9

155K 10.2K 383
                                    

Prilly tidak tahu mengapa Ali membawanya ke hadapan ruangan yang letaknya bersebelahan dengan gudang di villa. Begitu ia masuk bersama Ali, kehampaaan dalam ruangan langsung terasa dan bau debu yang menyengat. Hanya ada kursi kayu panjang dan meja kecil di dalam ruangan dan sebuah foto besar di dinding. Foto yang sama saat Prilly melihatnya di salah satu ruangan mansion Ali.

"Gadis kecil yang duduk di sebelahku adalah Natasha," gumam Ali tepat saat Prilly memperhatikan wajah gadis kecil yang rambutnya dikepang satu di tengah-tengah dua anak lelaki.

Prilly sangat menanti Ali mengatakan banyak hal yang dapat menjawab teka-teki hidupnya. Tadi, setelah berenang lelaki itu menghampiri Prilly di kamar lalu mengajaknya ke tempat ini dan ingin memberitahukan apa yang sudah Prilly tanyakan sebelumnya.

"Natasha benar saudari kandungmu, dia adalah kakakmu." Itu yang Prilly dengar, ternyata perkataan Ayah mertuanya tidak bohong. Natasha adalah saudari kandungnya. Prilly pun mengamati wajah Ali dari samping. Pandangan Ali tidak lepas dari foto sedikit pun.

"Dia selalu bersama kami sejak kecil, seperti putri bagi keluarga Afraz." Prilly bisa tahu kesedihan Ali melalui suaranya.

"Dia memiliki keluarga kandung tapi dia lebih dekat dengan kami. Bahkan ketika sekolah, dia memilih sekolah kami untuknya belajar sampai menjadi wanita yang berhasil dengan bisnisnya di usianya yang masih sangat muda."

Ali mulai menceritakan bagaimana suksesnya Natasha semasa hidupnya. Betapa beruntungnya Natasha. Pikir Prilly. Kakaknya itu pasti mendapatkan materi berlimpah untuk menempuh pendidikannya hingga menjadi orang yang sangat sukses. Sementara dirinya menyelesaikan gelar sarjana saja dengan beasiswa tanpa bantuan siapa pun, tapi meskipun begitu ia sangat mensyukuri apa yang sudah diraihnya. Mendapat gelar sarjana administrasi di kampus negeri dan pernah bekerja di Afraz Company saja ia sangat bahagia dan bangga dengan dirinya sendiri.

"Natasha sakit." Tiba-tiba saja perkataan Ali mengarah ke hal itu. Lelaki itu terlihat mengambil napasnya sejenak. "Tidak ada yang tahu dia sakit."

Bisa Prilly lihat Ali terlihat menderita ketika mengatakan itu.

"Aku, keluargaku, dan keluarganya tidak ada yang curiga sedikit pun pada Natasha saat bepergian ke luar negeri. Kami pikir dia selalu pergi karena mengurus bisnisnya, tapi dia pergi untuk mengobati kanker otak yang dideritanya."

Kanker otak? Prilly tidak menyangka kakaknya bisa menderita penyakit ganas seperti itu. Prilly pun memandangi wajah imut Natasha di foto itu dengan nanar.

"Puncaknya saat dia sudah tidak bisa bertahan lagi dengan penyakitnya. Dia memberitahu tentangmu." Kali ini Ali menyampingkan badannya menatap Prilly.

"Saat kamu masih bayi, seseorang menculikmu ketika keluarga kalian ingin pergi menuju Singapura, tempat tinggal nenekmu. Penculik itu sama sekali tidak meminta tebusan tapi dia memang ingin membunuhmu."

Prilly mengernyitkan dahinya. Benarkah masa lalunya seperti itu?

"Percayalah padaku," kata Ali seolah bisa membaca pikiran Prilly, "Penculik itu mengirimkan foto pada keluargamu kalau kamu sudah meninggal. Dia adalah penculik yang hebat sampai keluargamu tidak tahu kalau itu adalah foto palsu."

"Lalu, kenapa aku bisa dirawat oleh kedua orangtua angkatku yang sudah meninggal?" Tanya Prilly.

"Sehebat apa pun seseorang pasti memiliki kelemahan. Setelah menyebar berita bohong tentang kematianmu, penculik itu meninggalkanmu di jalan yang menuju hutan. Lalu, dua orang yang kamu anggap orangtua selama ini tidak sengaja menemukanmu di sana sampai mereka pun memilih mengangkatmu sebagai anak karena tidak ada siapa-siapa di jalan itu yang mungkin kehilangan dirimu saat itu."

Marry With BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang