8

150K 9.9K 312
                                    

Tidak ada yang bisa Prilly lakukan ketika melihat Deana duduk dekat sekali dengan Ali bahkan kepala mereka hampir menyatu saat membaca beberapa berkas. Sudah hampir sebelas hari Ali dirawat di rumah sakit, selama itu juga banyak berkas-berkas yang harus Ali tandatangani. Hal yang membuat Prilly tidak bisa menerima kalau Deana yang mengurus kepentingan berkas itu. Wanita seksi itu datang beberapa saat yang lalu dan langsung membicarakan soal laporan perusahaan dengan Ali yang masih duduk di ranjang rawatnya.

Ali masih butuh waktu untuk memulihkan kesehatannya karena tifus yang menyerang tubuhnya. Namun Prilly tidak bisa melarang Deana atau pun Ali. Kalau ia melarang Ali untuk tidak memikirkan pekerjaan lebih dulu pasti lelaki itu akan memarahinya. Sebenarnya bukan amarah yang keluar tapi kata tegas dan tatapan tajamnya. Terkadang membuat Prilly ngeri atau malah ingin menantangnya.

Prilly berdeham kuat-kuat sambil merapikan berkasnya sendiri yang berisi gambar-gambar gaun desainnya. Deana terlihat kesal melirik Prilly. Wanita itu tidak memperbaiki posisinya sama sekali yang sangat dekat dengan Ali.

"Ekhem khem!" Prilly berdeham lagi. Kali ini mampu mengalihkan perhatian Ali dari berkas-berkasnya.

"Ada apa?" Tanya Ali dengan wajah datarnya.

"Panas banget ya ampun padahal cuma ngegambar doang." Prilly memasukkan berkasnya ke dalam tas. "Kamu kecilin ya AC-nya? Aku keluar aja deh kali dapat yang sepoi-sepoi."

"Tetap diam di ruangan ini."

Prilly menumpukan tangan di pipi bawahnya sambil mengutak-atik menu ponsel di tangan kirinya. Saat ia melirik Ali, lelaki itu kembali fokus pada berkas-berkasnya. Dan saat ia melirik Deana, wanita itu bukannya menunjukkan berkas lain pada Ali tapi malah tersenyum sambil memperhatikan Ali.

Laki gue kali! Biasa aja dong lihatnya!

"Saya minta laporan minggu lalu," ucap Ali pada Deana.

"Ada di bawahnya Pak." Balas Deana, perempuan itu tidak mengalihkan perhatiannya dari wajah tampan Ali.

"Ini laporan beberapa hari yang lalu." Ali langsung menatap Deana tajam membuat Deana langsung mengerjapkan matanya.

"Oh, maaf Pak. I-ini." Deana terlihat gugup menyerahkan berkas lain pada Ali.

Prilly mengerucutkan bibirnya merasa bosan. Hampir dua jam ia tidak melakukan apa-apa selain menggambar dan kini ia sudah berhenti melakukan pekerjaan itu karena malas melihat Deana yang terlihat sengaja memepetkan tubuhnya pada Ali.

"Aku sudah melihatnya. Sekarang pergilah!" Usir Ali terdengar marah karena Deana menyentuh-nyentuh tangannya secara sengaja.

Deana merapikan berkas-berkasnya kemudian pergi dari ruangan Ali. Prilly menatap Ali sinis lalu beranjak dari sofa menghampiri Ali.

"Senang? Digrepe-grepe sama perempuan lain?"

"Kamu melihatnya tapi malah diam saja." Ali hanya menunjukkan ekspresi datarnya.

"Sebenarnya aku mau marah! Tapi, takut ganggu, lagi pula kamu sedang memeriksa laporan perusahaan." Prilly melipat tangannya di bawah dada.

"Itu perempuan pakai bajunya rendah banget di bagian dadanya! Jujur, kamu ngintip kan?"

Ali menyipitkan matanya menatap Prilly, "Mengintip apa?"

"Pakai nanya lagi, payudaranya lah!"

"Aku tidak melihatnya, hanya terlihat," balas Ali sekenanya.

"Mata kamu gak suci lagi tuh. Punya aku aja belum kamu lihat tapi perempuan lain udah kamu lihat!"

"Aku tidak ingin berdebat."

Marry With BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang