Prilly tidak tahu ekspresi apa yang harus ditunjukkan pada seseorang yang tengah berdiri di hadapannya sambil terus memegang tangannya saat ini.
"Dengan sangat sangat terpaksa aku melepasmu, meski hati ini sesungguhnya tak rela karena kau terikat hubungan baru, dan itu bersama dengan lelaki lain, bukan diriku yang selalu memujamu, oh gitar spanyol kesayanganku."
Saat ini yang bisa Prilly lakukan hanyalah memutar bola matanya.
"Kenapa kau melakukan ini? Kenapa? Apa mahar seribu rupiah tak cukup bagimu? Apa kau tak menyukai make-up kadaluarsa? Apa selang gas saja tidak cukup untukmu memasak? Dan apa mukena Nenek tidak bisa kamu pakai untuk menjadi makmumku?"
Tangan Prilly digenggam semakin kuat.
"Kau tak tahu betapa sakitnya hati ini, hatiku benar-benar hancur, di dalamnya tersarang ratusan obeng, baut, mur, dan satu jarum. Kau membuatku tak punya hati lagi, lalu bisakah aku mencintai wanita lain?"
"Apakah kau tahu, ada yang lebih terluka dibandingkan hatiku. Dia adalah Junedku, yang selalu setia tak mau diperjakai orang lain selain sama gitar spanyolnya sendiri. Tapi, mengapa kau menikah bukan dengan diriku?"
Lelaki itu menarik napasnya, "Sudah cukup aku banyak berbicara, percuma saja kau tak membalas cintaku ini."
"Pak Leo," panggil Prilly gemas. "Bapak mau saya jahit mulutnya ya?"
"Kalau kau jahit mulutku ini bagaimana aku bisa mengatakan kata cinta untukmu?"
Adegan melankolis yang dilakukan Leo terus berlanjut. Ali yang sejak tadi memperhatikan tak mengatakan apa-apa.
"Pak Leo! Udah jangan sedih, kita kan masih bisa sering ketemu Pak!"
"Apa kau tak ingat? Setiap aku datang ke cabang kantormu, kita selalu makan siang bersama, makan bakso di pinggir jalan, ngatain orang cabe-cabean, itu menyenangkan bukan? Apa itu tidak bisa menjadi alasan kau jatuh cinta padaku?"
"Ya Tuhan!" Prilly ingin pergi dari sana tapi Leo menggenggam kuat tangannya. Haruskah ia keluarkan jurus taekwondo agar lelaki itu mau melepaskan tangannya?
Mengapa tak ada satu pun yang mau memisahkannya dengan Leo?
Ali diam saja di tempatnya. Seperti biasa menjadi patung hiasan di rumahnya. Itu membuat Prilly geram. Padahal lelaki itu belum lama menjadi suaminya. Tidak bisakah dia melakukan sesuatu agar Leo tak mendekatinya?
Kejadian memalukan semalam ternyata mempengaruhi perasaan Prilly sampai saat ini, sejak persiapan sampai akad pernikahan selesai ia belum juga berbicara dengan Ali. Jangankan bicara, menatapnya saja tak berani!
Malu hayati, Bang!
"Nak?"
Prilly mendengar suara Bu Sofi, akhirnya ada juga yang bisa memisahkannya dengan Leo. Leo melepaskan tangannya dan tersenyum manis pada Bu Sofi memperlihatkan lesung pipinya.
"Bahagia terus sayang, Ibu gak bisa lama-lama di sini nanti anak-anak panti nyariin Ibu."
Prilly merasa sedih. Bu Sofi sudah seperti Ibunya sendiri, yang merawatnya sejak kecil penuh kasih sayang meskipun beliau juga merawat anak-anak panti yang lainnya.
Sejak pagi Bu Sofi mendampinginya dengan senyum bahagia sampai pernikahannya berjalan lancar.
Mendengarnya berpamitan seperti itu membuat Prilly sedih, ia tidak akan tinggal di rumah Bu Sofi lagi karena ia dan Ali sudah menikah. Semalam Prilly kebingungan karena belum memberitahu apa pun pada Bu Sofi tapi ternyata diam-diam Bu Sofi mengetahuinya. Bu Sofi bilang Ali yang memberitahunya minggu lalu. Lelaki itu datang ke rumah Bu Sofi membawa lamaran di saat Prilly sibuk bekerja keras untuk mengganti kerugian perusahaan sepanjang hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With Boss
FanfictionHanya karena kesalahan yang bahkan tak Prilly sadari membuat Prilly terpaksa menandatangani perjanjian tertulis meski sebenarnya hatinya tak yakin. Ternyata Bos itu sangat pintar mencari cara agar Prilly masuk ke dalam hidupnya. Lalu, apa jadinya ji...