14

170K 10.1K 919
                                    

Cepet kan? XD

___________________________________

Benar-benar mengejutkan ketika Dian masuk ke kamar Ali. Untung saja Dian memiliki kunci cadangan semua kamar di rumahnya, penasaran mengapa sudah hampir siang ini Ali belum keluar dari kamarnya. Dan saat Dian melihat isi kamarnya itu, Dian membekap mulutnya lalu geleng-geleng kepala.

Semua bantal berserakkan di lantai. Yang membuat Dian tidak habis pikir adalah ke mana gaya tidur Ali yang seperti pangeran? Biasanya Dian melihat Ali tidur damai, tanpa gaya. Tapi, kali ini Ali tidur tengkurap dengan kaki dan tangan yang melebar menguasai kasur.

"Pangeran Mama berubah jadi kudanil begini," gumam Dian lalu memunguti bantal di lantai.

"Ali bangun, ini sudah siang. Biasanya meskipun hari libur kamu tetap bangun pagi terus nelor deh di ruangan kerja. Kenapa sekarang berubah? Ini hari spesial lho. Katanya disiplin sama waktu, tapi---" Perkataan Dian terhenti karena melihat bingkai foto Prilly di bawah tangan Ali. Senyum geli tercipta di wajah Dian yang ayu.

"Oh, jadi ini alasan kamu berubah, karena tidak ada Prilly di kamar kamu. Al, Al, baru sadar kalau Prilly itu berarti buat kamu?"

Dian menumpukkan bantal di belakang kepala Ali. Lalu menggoyang-goyangkan tangan Ali setelah memindahkan foto Prilly ke atas nakas.

"Al! Bangun!"

Dian sangat hafal Ali tipe orang yang kalau sudah tidur sulit dibangunkan siapa pun. Tapi, Dian tidak menyerah. Dian memencet hidung Ali hingga Ali tidak bisa bernapas dan menggeliat.

"Al, ini sudah siang lho, kamu tidak mau jemput Prilly?" Posisi tidur Ali berubah telentang. Perlahan bulu mata lentiknya itu bergerak hingga kelopak matanya terangkat.

"Mama?" Ali mengernyit sambil berusaha bangun menyenderkan punggungnya ke kepala ranjang. Menatap Dian yang berdiri sambil bersedekap.

"Buka yang benar mata kamu." Mata Ali memang masih terlihat sipit. Lelaki itu pun menguap lalu mengusap wajahnya. Matanya sudah tak sipit lagi namun terlihat sendu.

"Kamar kamu sudah seperti kapal pecah," kata Dian sambil menarik selimut Ali.

"Aku tidak bisa tidur." Dahi Ali berlipat-lipat. Ia bergerak dan duduk di tepi kasurnya.

"Karena Prilly?"

Ali melirik foto Prilly tapi dengan cepat mengalihkan tatapannya.

"Pergi mandi, setelah itu jemput Prilly."

"Jam berapa sekarang?"

"Setengah 9."

Ali ingat ini hari libur. Jadi, ia tidak terkejut bangun di jam yang tidak biasanya. Lagi pula ia baru tidur tadi subuh setelah belingsatan mencari posisi tidur yang enak namun tidak juga menemukannya. Ia merasa semalam itu ada yang aneh, hingga berakhir mengambil foto Prilly dan menaruh di dekat kepalanya. Tanpa sadar baru bisa tertidur.

"Eh, jangan melamun. Pergi mandi!" Teguran Dian menyadarkan Ali. Dan Ali langsung pergi ke kamar mandi membersihkan badannya.

***

"Papa yakin aku mirip Mama?" Prilly bertanya setelah Papa nya itu menceritakan banyak hal padanya tentang Mama. Setelah menghabiskan sarapan bersama, mereka duduk di halaman depan rumah sambil menikmati teh hangat dan makanan ringan. Dan itu sudah berlangsung dua jam, tapi memang menyenangkan bila bersama orang yang kita sayangi.

Dani meletakkan secangkir teh ke meja setelah menyeruputnya. Hanya seharian saja dia sudah sangat mengenali putrinya, mirip sekali dengan Dafina, istrinya.

Marry With BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang