-Part 2-
The Radiant Light
.
.
Seorang utusan yang telah beberapa kali berkunjung dari kerajaan Inggris mengantarkan sebuah hadiah istimewa. Dia menjelaskan pada Kaisar mengenai rentang waktu yang dibutuhkan para pekerja untuk membangun hadiah yang secara khusus diperuntukkan baginya.
Ranjang berkerangka kayu jati yang berat, dengan kasur yang diisi rambut kuda. Sepasang bantal lembut dari bulu angsa. Dan tirai merah sutra yang mengilap dengan hiasan benang emas khas Eropa.
Sudah lama Sasuke merindukan perubahan suasana. Kehadiran Minato dan putranya yang berusia lima belas tahun, memberi kesempatan itu tanpa banyak persyaratan. Minato sudah begitu dipercaya pihak kolonial sebagai penyambung lidah. Dia bahkan menerima keramahan dari Kaisar dalam bentuk penyambutan yang luar biasa.
Tapi tentu saja, setiap tindak-tanduk Kaisar selalu mengundang perhatian banyak orang terutama anggota Dewan Pendamping.
Sebagian besar waktu bebas yang Sasuke miliki dan sangat terbatas itu digunakannya dengan melakukan kegiatan bersama Naruto. Remaja laki-laki itu punya rasa ingin tahu yang luar biasa.
Sasuke tak terlalu menyukai kejujuran Naruto yang bebas. Tapi Sasuke bisa menghargai jiwa mudanya yang berhasrat dan tak pernah berhenti menunjukkan ketertarikannya pada hal-hal yang masih asing bagi remaja berambut pirang itu.
Kekhawatiran anggota Dewan dan para menteri dalam pemerintahan Sasuke terbelenggu selama Kaisar masih menganggap utusan Kerajaan Kolonial sebagai sahabat bahkan keluarga.
Bila Sasuke diizinkan untuk bicara jujur, dia memang menyukai kehadiran Minato dan Naruto yang bisa mengundang tawa dari tiap perbincangan mereka. Itu karena tak satu pun dari dua Namikaze itu yang pernah menuntut Sasuke dengan kewajibannya sebagai kaisar.
Dalam pertemuan mingguan di Aula Utama, Menteri Pertahanan mengemukakan pendapatnya. Dan seperti sebelumnya, dari satu kalimat ke kalimat yang lain, selalu berujung pada permohonan yang sama.
"Yang Mulia, ini adalah bentuk penghinaan bagi kekaisaran kita. Bagaimana mungkin Kolonial menghadiahkan sebuah ranjang besar pada Anda?"
Mungkin dari satu sisi, hadiah istimewa itu memang terlihat seperti penghinaan. Sasuke yang masih belum dikaruniai keturunan seolah diejek untuk berusaha lebih keras lagi saat berhubungan badan dengan permaisurinya. Mungkin kesalahannya adalah alas tidurnya yang tak cukup hangat. Sehingga mereka memberikan ranjang.
"Mohon kebijaksanaan Anda, Yang Mulia," lanjut Menteri Pertahanan dengan penekanan di kalimatnya. Sisa anggota Dewan dan menteri-menteri lainnya menunduk serempak. Mengulangi kalimat Menteri Pertahanan secara bersamaan.
Selama kepala-kepala menunduk, Sasuke melirik sekilas pada satu penasihat kepercayaannya. Tobirama tampak berdiri dengan wajah tanpa ekspresi yang jelas. Dia tidak terlihat terganggu meski posisi Shizuka sebagai bagian klan Senju berada di ujung tanduk.
Tak sekali pun Tobirama meminta Sasuke mempertahankan Shizuka. Dia tahu cucu perempuan Hashirama itu telah gagal. Tobirama sendiri tak berani menyodorkan kandidat baru dari keluarganya. Harga dirinya mempertahankan niatnya untuk tak ikut campur dalam urusan takhta.
Untuk sekali ini, Tobirama hanya bisa memohon satu hal pada kaisarnya; menghentikan penderitaan Shizuka.
Ia mengangguk pelan sebagai pertanda jawabannya.
Sasuke segera paham.
"Baiklah," ujar Sasuke tegas.
Urat-urat leher para menteri berubah kaku. Mereka pikir, usaha dan rayuan mereka akan berakhir dengan kegagalan yang sama. Sepertinya kali ini, Kaisar telah kehabisan alasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress of the Sun
FanfictionREPUBLISHED.:Hinata-centric:. Dalam genggaman kekuasaan, Sasuke terbelenggu. Dalam ketidakberdayaan, Hinata berkuasa. Dalam limpahan kebebasan, Itachi mengorbankan segalanya. AU. SasuHina.