Musim dingin hadir, dan akhir tahun mendekat. Hinata menolak rencana perayaan yang diusulkan Sasuke padanya. Dia justru meminta Sasuke merahasiakan tanggal ulangtahunnya. Sasuke setuju dengan satu syarat: Hinata dilarang keluar lingkungan istana kecuali perjalanannya yang kini lebih panjang menuju Mutiara Naga.
Sebelumnya, di penghujung musim gugur, kediaman Hinata tidak lagi di Mutiara Emas. Ia dihadiahkan Istana Tujuh Langit dari Ibu Suri. Istana ini merupakan bangunan baru dalam komplek bangunan Istana Para Perempuan.
Hinata memang belum sepenuhnya diterima oleh Ibu Suri, namun ia telah menjadi bagian istana tanpa diragukan lagi. Ia disertakan dalam acara-acara jamuan para bangsawan. Dia juga yang mendapatkan perhatian lebih dari para istri-istri menteri yang kebanyakan datang bukan hanya karena memenuhi undangan Ibu Suri tapi juga mencaritahu lebih banyak tentang selir muda yang sering jadi topik pembicaraan belakangan ini.
Ketika mereka melihat Hinata secara langsung, mereka terpana pada pesona fisiknya yang tak biasa. Sebagian yang tak terlalu peduli pada masalah politik akan melaporkan kecantikannya yang tak semegah Permaisuri pada suami-suami mereka di rumah. Sedangkan yang menyukai gosip mulai membanding-bandingkan Hinata dengan Permaisuri.
Perbedaan usia biasanya menjadi kesimpulan akhir mengapa Kaisar begitu menyayangi selirnya. Dan sisanya, yang tertarik dengan kekuasaan akan berusaha mencari celah paling sempit sekalipun untuk masuk dalam lingkaran pergaulan sang selir. Mereka tahu roda kekuasaan telah bergulir jauh dari kaki Permaisuri, dan mulai mencari muka di hadapan Hinata.
Sayangnya, para wanita itu tak tahu Hinata telah memiliki kekuasaannya sendiri. Dalam diam dan ketenangan yang dirahasiakan, Hinata telah mempersiapkan sebuah kejayaan untuk anaknya nanti.
Beberapa kali Hinata harus rela ikut dengan rombongan Ibu Suri yang mengunjungi makam kerajaan di perbukitan. Mereka biasanya melanjutkan dengan acara menginap di onsen, sementara Kaisar dan rombongannya melakukan perburuan.
Agenda kegiatan Hinata tiba-tiba penuh dengan hal-hal yang sifatnya kenegaraan dan resmi.
Tubuhnya semakin membesar saat musim semi memasuki puncaknya. Dengan tubuh yang membesar dan gerakan yang lambat, Hinata mendapat pengecualian dari jamuan-jamuan yang dengan senang hati ia hindari.
Ia lebih banyak beristirahat di istananya, menerima kunjungan-kunjungan dari orang-orang yang kebanyakan datang untuk memberikan hadiah dan perhatian istimewa.
Di suatu pagi di bulan April, Hinata menunggu kehadiran Madara di sisi barat taman utama istananya. Sebelas orang prajurit berbaris di luar garis taman. Dua orang pelayan dayang menemaninya, Michi dan Tsukiko tampak duduk berdampingan di belakang Hinata. Menunggu perintah apa saja yang keluar dari bibir sang selir.
Hinata tak menunggu lama saat merasakan gemerisik dalam hatinya yang terusik dengan kehadiran seorang Uchiha lain di sekitarnya. Segera berdiri dengan hati-hati, ia memandang Madara yang berjalan dengan langkah-langkah tegap seorang bangsawan.
Uchiha itu membungkuk sekilas memberi salam, kemudian mendaki tiga tangga utama menuju tempat Hinata. Kini di bawah lindungan atap bungalow bernuansa emas dan merah, Madara berdiri berhadap-hadapan dengan Hinata.
"Hoshako-sama."
Ini bukan pertemuan mereka yang pertama. Dan pastinya juga bukan yang terakhir.
Para dayang dan pelayannya menyingkir dari jarak pendengaran. Hinata mempersilahkan Madara duduk. Kursi yang dikhususkan untuk Hinata terasa nyaman dengan tambahan bantalan.
Madara memulai dengan menanyakan kabar Hinata, yang kemudian dijawabnya dengan singkat.
Madara adalah orang pertama yang masuk dalam daftar fondasi kekuasaan Hinata. Ia sengaja memulai dengan seorang Uchiha juga. Bertarung dengan hatinya dan menyerahkan kepercayaannya pada Madara. Itu karena Hinata tahu alasan utama Madara meninggalkan kursi penasihat adalah karena dia tidak akur dengan Tobirama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress of the Sun
FanfictionREPUBLISHED.:Hinata-centric:. Dalam genggaman kekuasaan, Sasuke terbelenggu. Dalam ketidakberdayaan, Hinata berkuasa. Dalam limpahan kebebasan, Itachi mengorbankan segalanya. AU. SasuHina.