Chapter 9

2.6K 324 19
                                    

-Part 3-

The Concubine

.

.

Suasana Aula Utama tiba-tiba berubah tegang. Kaisar duduk di singgasananya, sementara para menteri dan anggota dewan menunduk tak berkutik.

Beberapa saat sebelumnya, kemarahan Kaisar yang tak terduga membuat semua orang yang ada di sana tercekat perasaan takut. Ketenangan sikapnya telah lenyap digantikan kemurkaan.

"Siapa? Tak ada yang mengaku?"

Pertanyaan itu diajukan dengan suara pelan, namun penuh pertimbangan. Di singgasananya, Kaisar mencoba mencari sedikit saja petunjuk yang bisa membantunya menentukan siapa orang di balik pembantaian yang terjadi di Mutiara Emas.

"Sesungguhnya aku tak mengira akan terjadi seburuk ini. Tapi ketahuilah, rencanamu tak berhasil. Yang tewas terbunuh di Mutiara Emas bukanlah Hoshako, ia aman bersamaku. Yang terbunuh adalah prajurit wanita yang kuperintahkan menyamar."

Kesunyian terasa semakin gelap. Akhirnya mereka semua paham.

Mutiara Emas telah ditetapkan menjadi kediaman selir Kaisar. Itu berarti ... "Anda telah memberinya nama, Yang Mulia?"

Dari arah kursi khusus untuk penasihat, Tobirama tidak duduk sendirian. Di sana, Madara akhirnya mengisi kursi yang telah ia biarkan kosong selama ini.

Ia mengenakan pakaian resmi penasihat, berseragam dengan yang dikenakan Tobirama. Hanya saja warnanya lebih pekat, dan emblem lambang klan Uchiha menghiasi bagian puncak kedua bahunya. Di bagian dadanya, Madara menyematkan pin berbentuk bunga kenanga yang terbuat dari perak.

"Maaf karena hamba terlambat, Yang Mulia," sahut Madara penuh nada penyesalan.

Sasuke tak berhasil ia tipu. Seperti juga semua orang yang ada di sana. Dia tidak benar-benar menyesal karena datang terlambat.

Madara adalah anggota Uchiha yang tak sepenuhnya bisa dibanggakan. Ia telah lama berkecimpung dalam dunia politik. Beda dengan adiknya yang lebih menguasai dunia seni dan mengabdikan dirinya dalam kekaisaran secara penuh. 

Izuna adalah penasihat juga, tapi mengkhususkan dirinya dalam kemiliteran. Setidaknya, dalam dunia militer, kelicikan bisa ditunjukan dengan cara yang lebih lelaki. Izuna akan lebih memilih bertarung dalam duel pedang daripada manipulasi dan bersilat lidah.

"Apa ini artinya kau kembali aktif, Madara?"

Masih menunduk, Madara berujar, "Adalah sebuah kehormatan bagi hamba bila bisa mengabdi di bawah kepemimpinan Anda, Yang Mulia."

Selama sesaat, rasa jengkel Sasuke terhapus. Ia memandang Madara dan mencoba memahami semua yang terjadi belakangan ini. Tentu dia memiliki kecurigaan akan kembalinya Madara dalam susunan pemerintahannya. Sebelumnya ia pergi begitu saja tanpa memberi alasan yang pasti. Lalu sekarang dia kembali.

Secara tidak langsung, dia juga membawa Hinata.

Dari semua hal itu, Sasuke tidak mungkin menganggap ini semua hanya sebagai kebetulan semata. Pasti ada rencana yang telah direncanakan dengan matang. Sasuke tidak ingin hanyut dalam pesona Hinata. Ada kemungkinan besar ia sengaja disodorkan Madara dengan cara yang tak biasa. 

Posisi paling dekat dengan Kaisar jika bukan berhubungan darah, tentu saja berhubungan dengan perasaan. Dan bila menyangkut perasaan, pasti Madara membutuhkan seorang perempuan untuk itu.

Pertemuan pagi itu berakhir dengan kelelahan yang tak berwujud nyata. Sasuke masih belum bisa menemukan jawaban akan siapa di balik penyerangan Mutiara Emas semalam. 

Empress of the SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang