Chapter 16

2.2K 270 24
                                    


Secara tidak langsung, Sasuke diminta Itachi untuk memilih antara permaisuri atau selirnya. Sampai saat ini, Sasuke belum pernah benar-benar memikirkan alasannya mempertahankan Shizuka. Utamanya, karena dukungan Senju masih dibutuhkan Sasuke dalam sistem pemerintahannya. Namun, dengan ketidakmampuan Shizuka, dia bisa saja menggantikan Shizuka dan tetap memperoleh dukungan dari Senju.

Jadi, apa hal yang sesungguhnya menjadi alasan Sasuke mempertahankan wanita itu?

Sekalipun dia tak pernah merasakan perasaan sebesar yang ia rasakan terhadap Hinata. Mungkin simpatinya terhadap Shizuka memang kuat. Dan hal itu yang selama ini diyakini Sasuke sebagai satu-satunya alasan yang membuatnya mempertahankan Shizuka.

Terukage berdiri di hadapan meja kerja Kaisar, memohon untuk diberikan izin mengemukakan pendapatnya. Kasim tua itu lalu berkata, "Itu adalah sisi kemanusiaan Anda, Yang Mulia. Anda tumbuh besar sebagai pangeran muda yang mengerti dan memahami penderitaan Ibu Suri. Anda tak ingin Permaisuri mengalami hal yang sama dengan apa yang pernah dialami Ibu Suri."

Hal itu mungkin ada benarnya. Dan memang masuk akal.

Jadi ternyata memang rasa simpati.

Ya, itulah jawabannya.

"Lalu apa hubungan Hoshako dan Ochtisuka no Miya?"

Ah ... akhirnya Sasuke sadar kegundahannya bukan datang dari masalah Permaisuri. Melainkan ini, kalimat yang diutarakan Itachi padanya. Ya, di bagian akhir kalimatnya.

Bila Anda tidak mampu, kembalikan Hinata padaku!

Dia menyebutnya 'Hinata'.

Hinata dalam benak Sasuke adalah sosok gadis asing yang terkapar tak berdaya di hutan. Hinata baginya adalah gadis yang senantiasa menemani malam-malamnya di ranjang. Hinata adalah miliknya, dan Hoshako adalah sosok yang ia tampilkan pada dunia. Tapi Hinata miliknya seorang.

Miliknya seorang.

Sasuke bisa saja menanyakannya langsung pada Hinata. Namun dia takut; takut tidak akan sanggup mendengar jawaban yang diberikan Hinata padanya.

.

.

.

Seperti kemuraman yang membeku, seperti itulah Hinata melihat Itachi malam itu.

Sesaat setelah selesai melatih kemampuannya bermain koto, Hinata menyerahkan alat musik itu pada Tsukiko. 

Perasaannya terganggu dengan keberadaan Itachi di Istana Ibu Suri. Dan dia berubah penasaran. Hinata menghindari Jalur Krisan yang menghubungkan istananya dengan Istana Ibu Suri. Tak menghiraukan keinginannya sendiri yang sulit dikendalikan. Dia harus melupakan Itachi.

Langkah kakinya membawa Hinata menyusuri Jalur Cermin. Ditemani Neji, Hinata berjalan-jalan sepanjang jalur itu dengan pikiran yang dipenuhi penyesalan. 

Seketika langkahnya terhenti ketika menemukan Itachi, bersandar pada batang pohon ume, duduk beralaskan batu pijakan. Kedua tangannya saling silang di depan dadanya, membekap dirinya dalam kehangatan sunyi. Cahaya merah keemasan dari lentera-lentera gantung membakar warna kelopak ume yang jatuh berguguran.

Itachi memejamkan mata. Tampak terlindung bayangan pohon yang menaunginya.

Kemudian, dengan perlahan ia membuka matanya. Tanpa berkata-kata, dia memandang sosok Hinata yang telah banyak berubah.

Tatapannya seolah menarik Hinata. Sementara tubuhnya tak bergerak. Kedua tangannya terdiam di sisi tubuhnya. Dari mata gelap Itachi, Hinata bisa merasakan penyambutan yang tidak mewah. Hanya sebuah penawaran akan sebuah pelukan hangat yang ramah.

Empress of the SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang