-15- SEBUAH KADO

28 2 2
                                    

Kesempatan ku untuk bisa melihat kak sapta tinggal 1 semseter lagi.
Aku nggak bisa kayak gini terus.

Semakin hari, aku bukan hanya jadi fans kak sapta.

Ya. Aku naksir kak sapta.
Gimanapun caranya aku harus memberi tau kak sapta tentang perasaanku yang sudah lama ku pendam ini.

Aku berfikir bagaimana cara untuk menyampaikan rasa ini.

Setelah seminggu aku berfikir, akhirnya aku memiliki ide.
Aku membeli sebuah buku catatan kecil di sebuah toko.

Aku print semua foto paparazzi yang tersave di ponsel ku.
Lalu aku menempelkan nya dan memberi tulisan dibawah setiap foto itu.

Rencananya aku akan memberikan di hari kelulusan kak sapta.
Hari kelulusan itu tidak lama lagi, hanya menunggu sekitar 1 bulan lagi.

**
"lo udah siap?"
Tanya firda,Mila,caca, dan sasa untuk meyakinkan ku.

"Bismillah. Gue siap"

"cepetan samperin noh"
Firda mendorongku dari belakang.

Aku berjalan mendekat ke arah kak sapta yang sedang berdiri sendiri di depan pilar kantor.

Hari ini kak sapta keliatan ganteng banget.
Dia mengenakan jas hitam dengan paduan kaos putih di dalamnya.

Sedangkan aku memakai terusan putih dengan paduan blazer hitam dan jilbab bermotif bunga berwarna hitam.

"kak"
Sapaku pelan.

Kak sapta tesentak kaget melihatku ada di depan nya.

"iya de kenapa"
Tanya nya kembali sambil memasukkan ponsel yang tadi di pegang nya ke dalam saku celana.

"ini kado buat kakak."
Aku menyodorkan kado berbungkus merah dengan pita merah di atasnya.

"kado apa de?"
Tanya nya lagi.

"kado tentang catatan hati buat kakak"
Jawabku gugup.

Aku lalu menundukkan kepalaku dan tak ingin kak sapta melihat wajahku.

"kamu suka sama kakak?"

"emmm.. Iii.. iya kak. Kalo kakak?"
Aku membalikkan pertanyaan yang tadi kak sapta berikan padaku.

Aku takut kalo pertanyaan ini terlalu berat untuk dijawab oleh kak sapta.

Kak sapta lalu tersenyum dan mengambil kado yang ku sodorkan.

"kakak udah lama juga suka sama kamu. Mulai dari kamu add fb kakak, follow instagram, kamu chat kakak di bbm, waktu kamu seruang sama kakak waktu ujian, bahkan kakak perhatiin kamu terus waktu kamu duduk di pojok lapangan nyemangatin kakak main futsal hari itu. Cuma kakak takut nggak bisa bahagiain kamu. Kakak takut kamu kecewa sama kakak, soalnya kakak sebentar lagi udah nggak satu sekolah sama kamu."

aku tertunduk. Merasakan debaran di dada. Ada perasaan senang, dan ada sedihnya juga.

"oh iya makasi ya buat minum yang waktu itu kamu kasi ke kakak. Kakak suka liat smile yang kamu buat di atas tutup botol itu."
Sambungnya lagi.

Aku menaikkan kepalaku melihat wajah kak sapta, lalu bertanya
"kok kakak tau kalo aku yang ngasi?"

"temen kamu bilang nama mu waktu itu."

Aku sedikit geram melihat tingkah firda yang keterlaluan.

Padahal aku sudah bilang kalo dia jangan sampe menyebut namaku.
Tapi ternyata dia memberi tau kak sapta kalo aku yang memberi minum di hari itu.

"kamu mau jadi pacar kakak?"
Tanya kak sapta mengagetkan ku dalam lamunan.

"hah?"
Aku tersentak saat kak sapta bertanya begitu padaku.

"kamu mau nggak jadi pacar kakak?"
Dia mengulang pertanyaan nya dengan nada lemah lembut.

"emmm... iiii... iyaa kak aku mau"
Jawabku tersipu malu.

Kak sapta tersenyum dan langsung memeluk ku.

**

2 tahun kemudian.

Aku dan kak sapta dipertemukan lagi di satu universitas.

Entah kenapa bisa begini.

"kamu seneng bisa ada disini bareng aku?"
Tanya kak sapta dengan tangan kiri memeluk ku.

"seneng banget dong. Ternyata ngungkapin perasaan itu nggak susah ya?"

"ya nggak lah. Kalo suka sama seseorang, ya ungkapin aja. masalah dia suka juga atau nggak itu urusan belakang"
Jawab kak sapta enteng.

"coba liat bintang yang disana"
Kak sapta menunjuk bintang yang bertebaran dilangit malam itu.

"Bintang nya kenapa memang kak?"
Tanyaku heran sambil menyerngitkan dahi.

"Bintang nya cantik"
Jawabnya enteng.

Dia lalu mendekat ke telinga kanan ku, lalu berbisik
"Bintang nya cantik, tapi kalah cantik sama kamu"
Sambung nya lagi.

"sayang sama aku nggak?"
Kak sapta lagi lagi memberiku pertanyaan begitu.

"ya sayang dong."

Dia lalu memeluk ku.

Malam itu kita berdua melihat indahnya gemerlap malam di atas bukit yang masih terdengar suara lalu lalang kendaraan kota.

Ternyata kak sapta tidak sejutek yang kupikirkan.

Dia adalah cowok romantis yang pernah ku temui.
Aku bersyukur memilikinya.

SELESAI

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah KadoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang