15

2.9K 245 2
                                    

Ku setir mobilku menuju pantai. Ya, pantai adalah salah satu tempat favoritku ketika aku sedang merasa tidak karuan. Deburan ombak bisa membuatku tenang. Tiupan angin membuatku bisa meredakan amarahku.

Ku buka kaca mobilku ketika aku sampai di daerah pantai. Ku biarkan angin meniup rambutku dan udara asin pantai mengusik wajahku. Ku tepikan mobilku di bawah sebuah pohon kelapa untuk menikmati pemandangan pantai. Ya, walaupun aku tau bahwa aku terlalu kacau untuk menikmati pemandangan pantai tapi aku akan berusaha menikmati. Matahari masih setengah menggantung di langit yg sedikit berawan. Tidak banyak pengunjung hari ini. Ku lihat beberapa anak kecil bermain-main di pinggir pantai dan memekik girang ketika ombak menjilat jari kaki mereka. Orang tua anak-anak itu saling menatap dan berangkulan. Indah, ya.

Memiliki sebuah keluarga kecil adalah keinginanku dari dulu. Aku, suamiku, dan satu atau dua orang anak bersama-sama hidup di rumah yang nyaman dengan cat yang berwarna putih. Di bagian depan rumah akan ada taman tempat anak-anakku bermain. Lalu aku dan suamiku akan saling menatap mesra karena kebahagiaan yang kami dapat.
"Mami... Ini kakak godain aku terus." Anak bungsuku akan berlari kepadaku untuk mengadu.

"Aku nggak ngapa-ngapain kok, Mi. Kan cuma bercanda." Kata anak sulungku membela diri. Lalu aku dan suamiku akan memeluk kedua anak kami dan mencium puncak kepala mereka. Suamiku akan memandangku dengan penuh cinta lalu menggenggam tanganku erat.

Di dalam khayalanku, suamiku itu berwajah tidak jelas. Jadi mungkin saja itu Leo, mungkin saja tidak. Saat ini Leo adalah orang terakhir yang ingin ku bayangkan. Tapi, terlepas dari semua itu, tidak kurang indahkan khayalanku? Biarkan aku memiliki mereka sejenak, walau hanya dalam ketidaknyataan.

Ku cengkram setir mobilku kuat-kuat. Ku pandangi keluarga kecil yang bermain di pinggir pantai itu sekali lagi. Aku cemburu! Harusnya aku bisa seperti itu! Harusnya aku tidak kesepian!

Apa salahku??? Mengapa tega sekali Tuhan membuatku tidak bisa memiliki anak untuk ku sendiri?! Mengapa harus aku?! Aku benar-benar marah. Rasanya dadaku terbakar emosi namun aku tidak tau harus marah pada siapa. Ku pukul setir mobilku. Tangisku pun pecah. Ku tundukkan kepalaku di atas setir dan menangisi nasibku.

Bip.

Are you okay?

Nomor itu menghubungiku. Ku baca pertanyaan itu sekali lagi. Am i okay? Of course not but that's not your business! Kataku dalam hati. Perasaanku bukan urusan siapa-siapa! Dan aku tidak mau orang lain ikut campur dalam apapun yang ku rasakan.

I'm worried about you. Where are you?

Mengapa dia terus mengganggu ku? Ku hapus air mataku lalu ku hubungi nomor misterius itu. Tentu saja tidak dijawab. Namun aku tidak akan menyerah. Kuhubungi lagi pria itu. Lagi dan lagi dan lagi. Sampai ia menyerah dan menjawab teleponku.

"Halo?" Tidak ada jawaban.

"Halo?? Halo!!!" Teriakku. "DENGAR, SAYA TIDAK TAU SIAPA ANDA, TAPI SAYA TIDAK AKAN MEMBIARKAN ANDA MENGHANCURKAN PERNIKAHAN SAYA. TOLONG JANGAN HUBUNGI SAYA LAGI!"

"..."

"Apa anda dengar?"

"..."

"Terserah!" Kataku kesal lalu memutuskan hubungan telepon.

Dasar orang gila! Umpat ku dalam hati. Ku non-aktifkan ponselku lalu ku masukkan ke dalam tasku yang tadi ku letakkan di tempat duduk sampingku.

Ku sandarkan kepalaku di tempat duduk lalu kupejamkan mataku sebentar. Aku butuh sedikit ketenangan.

Ketika ku buka mataku, matahari sudah siap meninggalkan langit dan menyisahkan jejak berwarna oranye. Ku lihat sekelilingku, pantai sudah sepi sekali. Air pantai mulai mendekat ke bibir. Ku buka pintu mobil lalu aku keluar. Ku buka sepatuku dan ku tinggalkan di samping mobil. Ku rasakan pasir dibawah telapak kakiku. Kasar tapi juga basah.

Aku berjalan menyambut air secara perlahan. Ombak membasahi pinggir bawah celana ku. Dingin air pantai mulai menusuk kakiku. Rumput laut berwarna kecoklatan mengapung terbawa ombak. Tanpa arah. Hanya mengikuti arus.

Air menyentuh pinggangku. Perlahan aku mulai terseret lebih dalam. Lebih dalam.... Lebih dingin... Lebih menenangkan....

W'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang