Bab 4

1.2K 149 6
                                    

Dilain tempat Sana juga mengalami hal yang sama. Saat dirinya tengah berjalan bersama Mina dan Dahyun, Kai memanggilnya dari belakang.

"Kau mau kemana? Bisa kita bicara sebentar?" Ucap Kai.

"Kai annyeong. Nan EXO-L Mina imnida." Ucap Mina tiba-tiba dengan suara dibuat manis. Dahyun langsung menarik temannya itu dan menyisakan Kai dan juga Sana.

Mereka duduk di kantin perusahaan dan memesan minuman. Tidak ada yang memulai pembicaraan, Sana dan juga Kai tidak tahu harus berkata apa.

"Jal jinae?" Ucap Kai memecah keheningan.

"Jeoneun jal jinaeyo." Ucap Sana menyesap jus jeruknya.

"Bicaralah seperti biasa Sana-ya, kau membuatku tidak nyaman." Ucap Kai.

"Tidak. Aku nyaman seperti ini, malah aneh rasanya jika kita bersikap seperti biasanya. Setelah 'kejadian' itu aku tidak bisa bersikap seperti biasa, ingat? Kita orang asing sekarang." Ucap Sana melipatkan tangan didadanya.

"Kau masih marah padaku? Itu kejadian lama."

"Lalu jika itu kejadian lama kau tidak peduli? Kau tidak perlu berusaha merasa bersalah? Kau hanya perlu melupakan dengan mudah segala yang telah kita lakukan? Oke, dari dulu kau memang begitu egois, memikirkan kebaikan dirimu sendiri." Ketus Sana.

"Waktu itu aku hanya tidak mau kau merasa sepi dan sendiri, karena aku yang harus menjalani trainee." Jelas Kai.

"Kenyataannya? Kenyataannya aku lebih sepi dan menderita, kau putuskan aku semaumu. Kalau aku mau aku bisa menunggumu waktu itu. Tidak masalah jika kita tidak bisa berhubungan, aku akan mengunjungimu tiap minggu. Tapi kenyataannya? Kau malah memutuskan hubungan yang sudah lama kita jaga hanya karena keegoisanmu itu Jongin-ssi." Ucap Sana berdiri hendak meninggalkan Kai.

"Sana. Maafkan aku."

Sana menghentikan niatnya dan melihat Kai.

"Maafkan segala yang aku lakukan padamu. Bisakah kau kembali padaku?"

Deg..
'Apa ini? Sadarlah Sana dia sudah menyakitimu. Dan kau sudah menyukai orang lain, ingat.' Sana menarik nafasnya dan kembali menatap Kai.

"Jangan harap karena kau bintang terkenal sekarang, apa yang kamu mau bisa kamu miliki Jongin-ssi. Aku permisi." Kali ini Sana benar meninggalkan Kai.

'Huuu kerja bagus Sana.' Pujinya pada diri sendiri.

Untuk meredam amarahnya Sana naik ke lantai paling atas tepatnya atap yang sudah menjadi tempatnya untuk beristirahat jika ia lelah.

Tempatnya memang nyaman, sudah disediakan beberapa kursi dan meja disana, tumbuhan hijau dan bunga berwarna-warni memenuhi atap itu. Ditambah dengan lampu taman yang tidak terlalu tinggi ada disetiap sudut atap menambah kesan hangat dan romantis jika petang atau malam hari. Belum lagi bisa melihat kota Seoul yang setiap harinya tidak pernah sepi dari warga yang beraktivitas pagi dan malam hari.

Sesampainya disana Sana langsung menghampiri meja dan kursi kesukaannya karena dari sana Sana dapat melihat keindahan kota Seoul. Tapi seseorang disana lebih dulu darinya. Dan itu adalah Jeon Jungkook.

"Timjang-nim." Ucap Sana sambil duduk dihadapan Jungkook.

"Ahh Sana-ssi. Apa yang membuatmu kemari?" Tanya Jungkook. Belum sempat Sana menjawab Jungkook sudah memotong pembicaraan Sana. "Oke tidak perlu dijelaskan aku paham."

"Ishhh apa kau sedang meledekku timjang?" Kesal Sana.

"Hahaha bukan begitu, hanya saja aku mengerti perasaan orang yang benci saat harus bertemu dengan orang yang sudah lama ingin dilupakannya." Ucap Jungkook mulai terbuka.

"Emmmh kau memang paling mengerti aku timjang-nim. Tapi sepertinya mood mu juga kurang baik saat ini timjang, wae?" Ucap Sana mulai penasaran.

"Emmh? Apa sangat terlihat jelas? Haha." Ucap Jungkook.

"Ndee.. apa aku boleh tahu kenapa?" Tanya Sana hati-hati.

"Orang yang kau idolakan adalah mantan calon istriku." Ucap Jungkook mulai terbuka dan Sana terkejut.

"Jinjjayo? Omo."

"Yaa Krystal adalah mantan calon istri yang kabur dihari pernikahannya dengan namja bernama Jeon Jungkook." Ungkap Jungkook mengasihani dirinya sendiri.

"Dia pergi tepat dimana pernikahan sedang berlangsung. Tanpa mengatakan sesuatu dan meninggalkan pesan dia menghilang. Hilang seperti buih dalam air yang tidak bisa kau lihat lagi." Sana mencoba menjadi pendengar yang baik.

"Aku sudah seperti orang gila yang terus mencarinya dan menyalahkan diri sendiri waktu itu. Aku berpikir kemana dia? apa yang aku perbuat sehingga dia pergi? Sedangkan dirinya.  Tanpa rasa bersalah hadir lagi dihadapanku, mengatakan dia rindu padaku dengan begitu mudah.  Ha! Rindu,makan tuh rindu." Sana hanya melihat Jungkook empati.  "Aku sangat menyedihkan bukan?" Ucapan Jungkook membuat Sana reflek memegang tangan Jungkook yang tergeletak dimeja sekedar hanya untuk membuatnya tenang.

"Timjang-nim. Setiap orang pasti memiliki masa kelam dalam hidupnya. Akan sangat membosankan bukan jika hidup seseorang hanya datar tanpa cobaan? Lagipula Tuhan tidak akan memberikan cobaan pada umatnya yang melebihi batas kemampuannya. Itu berarti Tuhan percaya bahwa timjang-nim bisa melewati semua ini. Selain itu apa cuma dia wanita di dunia ini? Kau bisa mendapatkan yang lebih. Himnaera." Ucap Sana tersenyum pada Jungkook dengan tatapan hangatnya.

Mereka bertatap mata cukup lama. Seolah masing-masing dari mereka mengerti perasaan satu sama lain. Wajah mereka saling berdekatan, Sana menutup matanya dan tidak lama setelahnya bibir lembut mereka saling bersentuhan, disaksikan oleh matahari petang, angin yang berhembus dan juga hamparan kota Seoul.

Akan tetapi...
"Timjang-nim?" Ucapan Sana menyadarkan Jungkook.

'Ishhh pikiran liar apa yang baru saja aku pikirkan? Sadar Jeon Jungkook!'

Baru saja Jungkook membayangkan dirinya berciuman dengan yeoja yang diinginkannya.

"Ne?"

"Kau mengerti maksudku? Himnaera, timjang-nim."

"Ahh ne, aku tidak tahu kenapa aku menceritakan ini semua padamu. Tapi terima kasih sudah mau mendengarkannya. Dan kenapa kau jadi berbicara informal padaku" Ucap Jungkook.

"Isssh timjang-nim bisakah kita tidak usah membahas masalah formalitas disaat seperti ini?  Kau sudah aku biarkan duduk ditempatku dan aku sudah bersedia mendengarkanmu,  bukankah bagus. Hahaha " Ucap Sana dengan tawa canggungnya.

Sebenarnya Sana juga merasa aneh dan gugup kenapa muscle pignya ini bisa berterus terang padanya. Hati Sana bergetar saat Jungkook berbicara padanya dengan begitu serius,  tatapan matanya seolah menunjukan kesedihan dan juga kebencian.

"Apa kita akan tetap disini timjang-nim?" Tanya Sana karena melihat Jungkook menyenderkan badannya dan menutup mata sembari melipat tangannya.

"Emmh,  aku belum tidur seharian ini karena banyak yang harus dipikirkan. Jadi diamlah dan biarkan aku tidur."

Sana diam dan memperhatikan Jungkook yang tertidur.  Entah mengapa Sana melihat Jungkook berbeda jika sedang begini,  ia baru saja menyadari Jungkook adalah sesosok namja yang sangat tampan bahkan jika sedang tertidur. 

"Apakah sudah puas memperhatikan wajahku?" Ucap Jungkook tiba-tiba.

"Tidak,  aku tidak memperhatikanmu.

To be continued 😉

You're My Mr.Right (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang