Disebuah rumah kecil, telihat seorang remaja bersurai coklat tengah menatap langit malam dari sebuah jendela. Langit yang hanya berhiaskan bulan sabit tanpa bintang, keadaannya seolah sama dengan si remaja bersurai coklat tersebut, sendiri... tiada orang yang menemani. Hingga terdengar suara langkah kaki yang disusul dengan terbukanya pintu rumah itu, muncul seorang pria bersurai hitam legam yang masih menggunakan seragam kantorannya. Pria itu berjalan kearah satu-satunya sofa diruangan itu, tanpa menatap si remaja.
"Eren, kita perlu bicara..." ucap sang pria berambut hitam kepada si remaja yang dipanggil Eren.
Sekilas, mata Eren membola kaget sebelum dirinya kembali memasang wajah biasa saja. Eren berjalan mendekat kearah si pria dan mendudukkan dirinya disamping pria tersebut.
"Mengenai apa?" lirih Eren
Eren terus menundukkan kepalanya sambil menggigiti bibir bawahnya, sepertinya dirinya tidak memiliki niatan untuk menatap pria disampingnya.
"Aku-" pria itu kembali bicara, terdengar helaan napas dari bibir pria tersebut sebelum kembali berbicara "ku rasa-" kembali si pria memberi jeda, kegugupan mulai terdengar dari nada bicara pria itu.
"Aku tak bisa lagi..." pria itu mengucapkannya dengan suara yang pelan tapi cukup untuk didengar oleh Eren.
"Aku sudah tahu" ucapan Eren membuat pria itu langsung menatap kearahnya dengan ekspresi terkejut.
"Kau sudah tahu?" dari nada suara pria itu terdengar jelas jika dirinya terkejut, tidak menyangka akan hal yang diucapkan oleh Eren.
"Ya, aku sudah tahu. Aku tahu kalau Rivaille-san bermain dibelakangku selama dua bulan terakhir ini. Aku tidak begitu bodoh, hingga tak menyadari bebauan yang sering anda bawa kedalam rumah ini. Aku tahu Rivaille-san bermain dengan seorang wanita, meskipun aku tidak mengetahui siapa" pria yang dipanggil Rivaille oleh Eren hanya terdiam sambil mendengarkan perkataan yang selanjutkan akan keluar dari mulut Eren.
"Awalnya kau hanya sering telat pulang dari jam seharusnya, tapi lama kelamaan kau sering tidak pulang. Aku kira kau lembur agar bisa meluangkan waktu untukku, tapi ternyata aku salah. Saat kau pulang dalam keadaan mabuk, aku menggantikan bajumu agar kau bisa tidur dengan nyaman, tapi yang kutemukan justru bekas lipstiks di kemejamu. Dua hari setelah itu aku tanpa sengaja melihat tanda kemerahan di lehermu, padahal sudah hampir dua minggu kita tidak melakukan sex. Hingga akhirnya aku mulai sadar jika anda bermain dibelakangku" lanjut Eren.
"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku kalau kau sudah tau, Eren?" tanya Rivaille sambil menatap wajah Eren.
"Untuk apa?" nada suara Eren mulai bergetar.
"Aku terlalu takut akan reaksimu, dan....aku minta maaf" lirihnya.
"Kau tidak bisa melakukan ini padaku, kau tidak bisa hanya meminta maaf padaku" nada suara Eren semakin terdengar lirih.
"Eren..." panggilnya
"Kau egois... kau hanya memikirkan dirimu dan wanita itu"
"Eren dengarkan aku" nada suaranya mulai terdengar tegas. Setelah merasa Eren mau mendengarkannya Rivaille kembali bicara.
"Aku menemukannya...wanita yang dulu pernah aku ceritakan sebagai sahabatku. Sebenarnya, dia bukan hanya sahabatku dia juga merupakan cinta pertamaku..."
Hening
Eren yang pertama kali memutuskan keheningan itu. "Siapa?" tanyanya dengan suara yang bergetar.
"Namanya..."
~TBC~
Hayyy, ini fic pertama yang aku publish ke wattpad. Udh lama banget ditulis tapi ga pernah berani publish, tapi berkat paksaan dari teman'' saya akhirnya dipublish dehhh
fic ini murni dari imajinasi saya
saya persembahkan untuk suamiku tersayang
Levi Ackerman
selamat ulang tahun yaaaa sayyy~

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Hiatus)
FanfictionSemua karakter 'shingeki no kyojin' yang saya gunakan di fic ini, milik Hajime Isayama. Saya hanya meminjam karakternya saja. Pairing: RivaEre/RiRen Rate: M Warning: boyxboy/yaoi, romance, Mpreg, typos Ditinggalkan oleh sang suami, mendapat kecelak...