Perpisahan

3.1K 372 102
                                    

"Namanya... Annie" Ujar Rivaille. Dari nada suaranya terdengar kalau pria itu sepertinya benar-benar menyukai wanita yang dipanggil Annie itu. Terlihat senyum tipis yang tidak ketara dibibirnya saat menyebutkan nama si wanita.

"Kami bertemu di saat Direktur tempatku bekerja mengadakan sebuah pesta" Rivaille memberi jeda, ingin mengetahui tanggapan Eren.

Hening

Eren hanya terdiam sambil menundukan kepalanya, menatap kearah lantai dibawah kakinya, seolah lantai tersebut lebih menarik dibanding dengan orang yang duduk disampingnya.

"Saat itu dia ada disana, duduk sendiri dan terlihat kesepian. Aku datang mendekatinya dan mengajaknya bicara. Kami bicara seputar kehidupan masing-masing, dari ceritanya aku mengetahui kalau ternyata dia masih single dan saat dia menanyakan apakah aku sedang memiliki hubungan dengan seseorang, aku menjawab tidak... karena saat itu aku sadar, kalau aku masih mencintainya dan tidak bisa melupakannya..."

Tangan Eren mengepal erat, rahangnya mengeras menahan tangis agar tidak keluar, penjelasan yang diberikan oleh suaminya membuat Eren terasa seperti ditusuk ribuan jarum.

'Jika perempuan yang bernama Annie itu yang dicintainya, lalu aku dianggap apa? Pengganti Annie?' batin Eren.

Hatinya terasa sangat sakit, cinta yang dia berikan pada suami hanya disia-siakan. Dirinya yang selalu berusaha agar sang suami selalu bahagia bersamanya justru hanya di sia-siakan oleh orang yang dicintainya.

"Aku berkata padanya bahwa aku tinggal di apartement sendirian, kemudian dia mangajakku untuk tinggal bersama dengannya. Aku bingung, aku merasa ini tidaklah adil untuk kalian berdua, jadi aku memutuskan untuk berkata jujur padamu"

Tangan eren gemetar, dirinya tidak ingin menangis dihadapan pria yang sudah menyakiti perasaannya.

"Aku tidak bisa memaafkanmu Rivaille-san... tidak bisa..." Eren berusaha agar suaranya yang keluar tidak terdengar menyedihkan. "Kau sudah berjanji padaku... kau bilang-"

Pertahanannya runtuh seketika, air matanya sudah banyak menggenang dipelupuk mata, tidak sanggup meneruskan kata-katanya.

"Pergi..." lirih Eren

Dia menangkupkan wajahnya ke telapak tangan, mencegah Rivaille mengetahui kalau dirinya sudah tidak sanggup lagi dengan keadaan yang terjadi saat ini, mencegah dirinya sendiri untuk mengeluarkan air mata juga isak tangis yang membuat dirinya terlihat lemah dihadapan orang yang sudah menyakiti hatinya.

Rivaille beranjak dari sofa yang didudukinya, kemudian dia berlutut dihadapan Eren yang masih duduk diatas sofa sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sedangkan tangan Rivaille sendiri diletakkan diatas kedua lutut Eren.

"Eren, aku minta maaf... aku bersungguh-sungguh saat mengatakan kalau aku mencintaimu, semua itu tulus dari dalam hatiku..."

"Katakanlah aku ini jahat, karena nyatanya bagiku, kau tidak cukup untukku..." lirih Rivaille.

'Tidak cukup? Jadi dua tahun hidup bersama denganku tidak cukup baginya? Jadi menurutnya cukup hanya dengan Annie? Wanita yang baru ditemuinya kembali dan berkencan beberapa kali?' batin Eren.

Destiny (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang