Menyedihkan

2.7K 284 29
                                    

Disclaimer: Snk by Hajime Isayama

Pairing: RivaEre/RiRen

Rate: M

Warning: OOC, OC, Boyxboy/yaoi, romance, alur kecepetan, Mpreg, Typos.

.

.

.

.
~Happy Reading~
.

.

.

.
Chapter 9: Menyedihkan
.

.

.

.


Eren Zoe : 24 tahun
Levi Zoe : 5 tahun
Rivaille Ackerman : 32 tahun
Farlan Church : 29 tahun

.
.
.

Levi sampai di kantor Z corp. Ia melangkah masuk tanpa memperdulikan salam dari para karyawan yang mengetahui bahwa ia anak direktur disini.

'Cih, mencari muka sekali' batin Levi jengkel.

Ia tahu karyawan wanita di kantor ayahnya ini mencari muka padanya agar dapat memikat hati sang ayah. Berharap suatu hari nanti, mereka dapat menjadi ibu tirinya. No way itu tak akan pernah terjadi, gumam levi.

Ia melangkah menaiki lift dan menekan tombol untuk menuju ruangan sang ayah.

Lift terbuka ketika ia sudah sampai di lantai yang ia tuju. Levi berjalan dengan semangat sampai di depan ruangan Eren. Segera ia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Elen, kau lupa untuk menjemputku la-" Levi menghentikan ucapannya saat melihat Eren dengan raut wajah sedih dan air mata yang mengalir di kedua pipinya. 'Apa yang terjadi?' batin Levi.

Eren yang mendengar suara sang anak lantas segera mengelap wajahnya dengan tisu yang ada di atas meja dan segera memaksakan bibirnya untuk tersenyum pada Levi.

"A...ah Levi, aku ingin mencuci wajahku terlebih dahulu!" Eren melesat pergi dari hadapan Levi dan menuju toilet di dalam ruangannya untuk membasuh wajah.

Eren membasuh wajahnya dengan kasar, ia menatap cermin besar di hadapan seraya masih memikirkan pertemuannya dengan Rivaille beberapa menit yang lalu.

Flashback

Eren pov

"Apa kabarmu Eren?"

"Ehh?!" pertanyaan dari Rivaille sontak membuatku terkejut. Bagaimana tidak, kupikir ia sudah tahu rahasiaku. Tapi untunglah, sepertinya ia belum tahu. Aku sangat takut jika ia mengetahui tentang Levi, mungkin ia akan berusaha untuk merebutnya dariku.

Kulihat dia menaikkan sebelah alisnya. Mungkin ia bingung dengan reaksiku saat dia menanyakan kabarku.

"Kenapa kau terlihat terkejut bocah?"

'ugh' panggilan darinya untukku tidak pernah berubah. Tidakkah ia melihat aku sudah dewasa? Meski begitu entah mengapa hatiku merasa hangat. Mungkinkah aku masih menyimpan rasa padanya?

Aku menggelengkan kepala keras-keras, reflek karena pemikiran yang sempat terlintas di pikiranku.

"Kenapa kau menggeleng? Kau memikirkan sesuatu?"

Destiny (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang