Part 6

1K 45 2
                                    

Part 6

Pukul tujuh malam. Callysta berada di kamarnya, sedang sibuk dengan kegiatannya. Ia tidak sedang membaca ataupun menulis sesuatu. Ia juga tidak sedang merapikan kamarnya atau sibuk dengan komputernya. Ia hanya sedang duduk dan menggoreskan sesuatu di atas kertas yang berada di meja mungil samping meja belajarnya. Hanya dengan lampu kamar yang ia atur cahayanya, dan lampu kecil di ujung meja, cukup untuk memberinya penerangan.

Kertas yang awalnya hanyalah sebuah benda tipis polos yang mudah sobek itu kini penuh dengan goresan dan guratan hitam di atasnya. Garis-garis lurus, melengkung, memotong, dan sebagainya menyatu hingga terbentuk sebuah gambar yang indah. Gambar yang hanya berawal dari imajinasinya, menjadi sesuatu yang cantik dan terlihat hidup setelah dituangkan di atas kertas-kertas itu.

Semua gambar itu belum benar-benar hidup jika tak diberi sesuatu yang membuatnya bernyawa. Layaknya manusia, gambar-gambar itu perlu diberi paru-paru, hati, dan jantung. Semua organ penting dalam tubuh manusia. Paru-paru diberikan dengan cara membuat goresan bayangan di sekitar gambar. Hati diilustrasikan dengan memberikan warna pada gambarnya. Dan jantung diibaratkan dengan cahaya atau bayangan putih yang selalu ada pada bola mata, seperti pantulan cahaya.

Tentu diantara semua hal itu yang terpenting adalah jantung. Bagi manusia jantung pun yang terpenting. Begitu juga dengan jantung yang diberikan pada sebuah gambar sehingga membuatnya benar-benar nyata.

"Call, kau masih di dalam?" Tanya seseorang di balik pintu kamar Callysta. Yang ditanya tidak melakukan apa-apa selain fokus pada garis yang ia buat. Tidak membukakan pintu tapi ia hanya menjawab, "Ya, kau masuk saja, Lucas.." Kemudian suara kenop pintu terdengar menandakan pintu itu terbuka. Suara derap langkah yang mendekat dapat ia dengar. Dan selanjutnya, Lucas sudah berada di belakang Callysta dengan kepala yang ia miringkan, mencoba mencari tahu apa yang sedang gadis itu lakukan.

"Wah, wah, wah, kau mulai menggambar lagi? Pantas saja sejak sore tadi kau tidak keluar kamar." Ucap Lucas sambil menyilangkan kedua lengannya. "Aku mulai ingat kalau aku memiliki bakat gambar yang sudah lama tidak ku kembangkan. Maka dari itu, selagi aku memiliki waktu luang, aku akan berlatih lagi." Kata gadis itu yang tak henti-hentinya membuat semua garis yang ia inginkan.

Lucas hanya menaikkan sebelah alisnya seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia perhatikan setiap langkah dalam membuat garis yang dibentuk oleh gadis itu. "Kau seperti ingin mengikuti kejuaraan saja." Katanya lagi. "Tidak, hanya saja aku ingin kalau kemampuanku yang satu ini tidak mati terkubur begitu saja. Aku harus mengembangkannya dan membuatnya lebih baik. Tidak seperti kau tentunya.." Callysta mengejek sepupunya itu. Kini ia mulai mewarnai gambarnya.

"Enak saja, aku lebih pandai darimu. Aku pandai dalam hal primer, kalau bakat hanyalah hal sekunder." Lucas membanggakan dirinya karena ia lebih pandai dari Callysta dalam hal pelajaran, dan ia menganggap kalau bakat hanyalah hal kedua yang perlu dikembangkan. Tapi ia lebih memprioritaskan pendidikan. Itulah Lucas Terence. Bukan berlaga sok pintar, tapi Lucas benar-benar seseorang yang bekerja keras dalam belajar karena ia sangat menginginkan cita-citanya bisa menjadi nyata.

Pria berambut hitam gelapitu kemudian berjalan menuju pintu kamar Callysta, hendak pergi. "Hey, ini sudah waktunya makan malam. Jangan sampai kegiatanmu itu membuat kau kenyang duluan." Callysta hanya berdehem sambil mengangkat ibu jari tangan kirinya. Sepertinya ia sangat rindu akan kegiatannya ini. "Ya kau duluan saja, aku akan menyusul setelah yang satu ini."

Heart by Heart ⇨ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang