Part 27

475 32 8
                                    

Part 27

Itu bukan plat nomor Harry. Itu bukan mobil Harry!

Langkah Zayn terhenti, hatinya berdegup sangat cepat. Ia sendiri tak dapat mengontrol nafasnya yang terus memburu. Matanya masih terpaku pada rangkaian angka dan huruf itu. Apa maksudnya ini? Zayn ingat betul plat nomor mobil Harry seperti apa. Dan ini, ini bukanlah milik Harry. Lalu siapa yang di dalam mobil itu?

"Hey, apa yang sedang kau lakukan?"

Zayn refleks melihat ke arah kursi kemudi mobil itu. Seseorang menjulurkan kepalanya lewat jendela mobil. "Apa yang kau lihat, Malik?" Dan itu Harry.

Rasa khawatir Zayn mulai menurun. Ia dapat mengendalikan kembali nafasnya yang sempat tak teratur. Tuhan, ternyata itu benar Harry. "Oh, cepatlah masuk!" Zayn menuruti ucapan pria itu dan ia melangkah masuk ke mobil.

"Kenapa lama sekali?"

"Astaga, kau tidak tahu betapa takutnya aku tadi, Styles!"

"Ada apa?"

"Harusnya aku yang bertanya itu! Ada apa dengan mobilmu? Plat nomormu? Kukira ini bukanlah kau."

Harry memainkan mata seperti sedang berpikir, detik berikutnya ia tertawa lepas melihat ekspresi Zayn yang wajahnya sudah pucat dan berkeringat.

Zayn sendiri kian jengkel sambil terus mengucapkan kata syukur dalam hatinya karena pikiran negatifnya tidaklah menjadi nyata. Ia mengusap dada beberapa kali.

"Sudah kubilang aku memiliki rencana, dan mobil ini adalah bagian dari rencanaku." Ucap Harry tersenyum singkat. Ternyata pria ini masih bisa memperlihatkan senyumnya terlebih lagi pada seorang Zayn yang dulu adalah target bully-annya. Sungguh aneh.

"Jadi sekarang apa?"

"Pertama, aku akan menjelaskan rencana terbesarku, haha" Semangat Harry begitu jelas, membuat Zayn bertaut alis merasa bingung.

"Ada apa denganmu? Apakah menghilangnya kau selama ini telah membuat dirimu gila?" Ucap Zayn tersenyum miring dan nada menyindir. "Sedikit." Zayn memutar bola matanya sebagai respon.

"Kau tidak ingin tahu sebab aku menghilang selama ini? Aku bisa memberitahumu, Zayn."

"Untuk apa? Itu bukan urusanku."

"Benarkah? Oh ya, kau benar."

"Lagipula kita ini bukan teman, ingat itu."

"Ya, ya, terserah apa katamu, Malik."

Pembicaraan yang serasa perdebatan itu akhirnya mereda setelah terdengar suara handphone yang berasal dari saku jaket Harry. Diambilnya benda itu dan tulisan 'Lucas' tertera pada layarnya.

Ini gawat. Ia baru ingat bila handphone Callysta berada di tangannya.

Zayn melihat ekspresi terkejut pada wajah Harry. Ada apa dengannya? Apakah yang menelpon itu adalah ibunya yang terus menceramahinya untuk segera pulang? Huh. "Kenapa? Cepat angkat, Styles. Itu sangat berisik." Zayn melirik sekilas pada handphone itu. Sepertinya ia tahu sesuatu. "Tunggu, aku merasa familiar pada benda itu. Apa ia milikmu?"

Nafas Harry tercekat, "Tentu saja ini milikku. Kau kira ini milik siapa? Callysta?"

"Apa?"

**

Lucas terus berjalan mengitari kamarnya dengan handphone di depan telinga. Sudah lewat tengah malam tapi Callysta belum juga tiba di rumah. Kesabaran dan emosi Lucas tak stabil. Ia tidak tahu apa yang mesti dilakukan dalam kondisi seperti ini selain terus menghubungi nomor sepupunya itu. Kapan ia akan bertindak sendiri dan tidak menyusahkan orang lain?

"Sial!"

Pria itu memijat keningnya dalam keputus asaan. Ia merasa telah gagal dalam menjaga Callysta. Ia merasa telah berkhianat kepada tuan dan nyonya Cleon dalam tugasnya ini. Tanpa disadari sebulir air mengaliri pipinya, membasahi daerah pelupuk mata dan wajahnya.

Lucas terus menangis sambil terduduk lemas di samping tempat tidur. Ia mengacak-acak rambut hingga terlihat sangat kacau. Sungguh dirinya seperti orang depresi berat yang mungkin memang begitulah ia rasakan.

"Maafkan aku, Call."

**

Harry kikuk seketika. Ia buru-buru memasukkan kembali handphone itu yang beruntungnya sudah tidak berbunyi lagi. "Haha, lupakan apa yang kukatakan. Itu benar handphone-ku. Oh ayolah, aku terlihat seperti orang bodoh!"

"Jujur saja handphone itu sangat mengusikku, Styles. Tapi aku tidak peduli, sekarang bagaimana?" Ucap Zayn.

"Kita akan pergi ke suatu tempat, dan kita akan membuat sebuah kejutan disana."

Lagi-lagi pikiran negatif Zayn kembali menghantuinya. Sebenarnya banyak sekali hal yang ingin ia tanyakan pada pria yang telah hilang beberapa minggu itu. Sangat banyak sampai-sampai ia tidak ingin menanyakannya. Akan membuang-buang waktu.

Dan sekarang, apa yang akan mereka lakukan? "Maksudmu?"

"Bersiaplah, Malik."

"Siap untuk apa?!"

"Apa kau sudah pernah bertempur sebelumnya?" Tanya Harry mengeluarkan seringai aneh nan menyeramkan.

Zayn membulatkan mata, "Aku tidak tahu."

"Setidaknya kau sudah pernah menonton film Fast and Furious, bukan?"

Bola mata Zayn serasa ingin lompat keluar ketika mobil yang dinaikinya tiba-tiba berjalan dengan sangat cepat. Melaju di jalanan pada tengah malam dengan kecepatan di atas anjuran dan menyalip sana-sini. Astaga, Harry memang sudah gila!

"Oh ya, aku baru ingat terakhir pertempuranmu itu denganku 'kan?" Ucapnya menoleh sebentar ke arah Zayn lalu kembali fokus pada jalanan. Ia masih menyetir. "Uhh, bagaimana denganmu?" Zayn merasa tidak nyaman dan terus merasa percakapan bukanlah hal yang baik dalam situasi seperti ini. Ia sendiri tak berpaling pada jalanan yang berlalu sangat cepat.

"Aku? Apa kau lupa kalau aku ini adalah pentolan Archard? Pertempuran seperti tawuran sudah menjadi hal yang biasa bagiku."

"Baiklah itu juga bukan urusanku. Kau jadi lebih banyak bercerita hal yang tidak penting, Styles. Kenapa tak kau ceritakan saja kita mau kemana dan apa yang akan kita lakukan?"

"Dan kenapa kau selalu terburu-buru, Zayn? Aku hanya membutuhkan bantuan beladirimu."

Mobil Harry berhenti di depan sebuah gerbang tua yang kumuh. Tampak di kejauhan berdiri sebuah bangunan yang tak kalah tua dan kumuhnya dari gerbang ini. Tempat itu terlihat mengerikan.

Harry turun dari mobilnya dan disusul oleh Zayn. Gerbang itu dikunci dengan rantai yang karatan. "Tempat apa ini?" Tanya Zayn melihat-lihat daerah asing sekitarnya. "Zayn, kau pegang rantai ini. Buat suara berisik setelah aba-abaku."

Kemudian Harry membuka pintu mobilnya dan mengambil dua batang plat nomor yang bertuliskan HA12 RRY. Itu adalah plat nomor miliknya. Lalu ia memasangnya pada bagian depan dan belakang mobil itu. "Plat nomor mobilmu? Apa yang kau lakukan?"

"Kemungkinan besar mobil ini akan dihancurkan, dan aku tidak ingin menghancurkan mobilku yang asli." Ucapnya sambil mengganti plat nomor tersebut. Zayn masih tidak mengerti pada rencana yang disusun pria itu. Mata Zayn mengikuti Harry yang berjalan ke bagian belakang mobil.

"Kita tidak mungkin memanjat gerbang ini maka satu-satunya jalan hanyalah lewat gerbang depan." Ia berdiri dan menepukkan kedua telapak tangannya, membersihkan debu atau kotoran sejenisnya.

"Baiklah, Zayn, sekarang!"

Zayn menggoyang-goyangkan rantai itu hingga menimbulkan suara bising benturan besi yang khas. Berkali-kali ia lakukan, kian ramai suaranya. Hingga tampak di kejauhan beberapa orang muncul, berlari ke arah Zayn.

"Siapa mereka?!"

"Lari, Zayn!"

Hey, pls yg respect sama author dan suka ff ini, vote di setiap part nya yaa author hargai setiap vote kalian haha thanks before:))

Heart by Heart ⇨ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang