Part 37

259 26 8
                                    

Part 37

"Aku pulang!" Lucas hampir tersedak ketika hendak menelan suapan pertamanya. Teriakan itu berasal dari ruang tengah dan tidak perlu ditanya lagi siapa pemilik suara tersebut. Panjang umur! Orang itu muncul di balik pintu ruang makan.

Senyum merekah semenjak kemunculannya lima detik lalu di ambang pintu. Wajah sumringah masih terpampang seraya berjalan menghampiri Lucas yang diam kebingungan.

Callysta Cleon berhenti tepat pada kursi meja makan di samping sepupunya. Mereka berdua saling tatap. Lucas dengan alis terangkat, Callysta dengan pesona deretan gigi putih rapi. Mata gadis itu mengkuti pergerakan mulut Lucas yang sedang mengunyah dan berhenti bergerak ketika sudah ditelannya.

Lucas Terence membuka mulut, "Dasar bodoh! Kemana saja kau sore ini, huh?! Apa kau tidak tahu betapa khawatirnya aku sebagai sepupumu yang berkewajiban menjagamu?! Seharusnya kau sadar itu dan tidak coba-coba mempersulitku!" Geramnya Lucas mengendalikan emosi. Nafasnya perlu diatur, ia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Aku sudah di puncak batas, nona Cleon. Dan semua ini karena kau." Nada suara pria itu kembali merendah walau sarat ketegasan. Ia benar-benar habis kesabaran. Namun Lucas Terence bukanlah tipe orang yang mudah meledak-ledak jika sedang marah. Ia terlalu bijak.

Lucas melipat dua tangan di depan dada, meratapi piring makan malamnya yang telah terasa hambar. Sedangkan Callysta hanya menyimpul senyum hangat dan menarik kursi, duduk fokus pada sepupunya.

Dengan mata teduh yang sarat ketenangan, Callysta sama sekali tidak marah pada kondisi Lucas sekarang ini. Ia tahu Lucas sangat khawatir dan ketakutan, mengingat Callysta baru saja selamat dari peristiwa hari itu.

Gadis itu meraih tangan Lucas yang terlipat erat. Ia menggenggamnya, membiarkan kehangatan mengalir dari tubuhnya menuju diri sepupunya. "Lucas, aku sadar betul bahwa aku sangat merepotkanmu. Selalu membuatmu cemas tak karuan di rumah." Lanjut Callysta kian melembut, "Berapa banyak kata 'maaf' yang kau butuhkan dari mulutku? Aku akan mengucapkannya dengan sungguh-sungguh."

Kini tatapan Lucas beralih pada sepupunya. Ia melihat ketulusan yang serius pada dua manik abu di hadapannya itu. "Call, jujur aku tidak butuh kata 'maaf' mu itu tapi setidaknya beri aku kabar. Karena memang aku tidak ingin kembali merasa cemas tak karuan di rumah." Ucapan Lucas sama lembutnya dengan Callysta. "Aku tidak mau kehilangan sepupuku lagi untuk yang kedua kalinya. Kau mengerti, bukan?" Callysta merespon dengan anggukan pelan, senyum melengkungkan bibirnya.

Sekarang giliran Lucas yang menggenggam tangan Callysta penuh rasa lega. Gadis itu terpaku sesaat, "Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu, Lucas. Aku pun tidak ingin mempersulit tugas yang diembani orangtuaku padamu." Raut wajah Callysta penuh sesal. Ia sungguh bersalah telah membuat sepupunya kelabakan karna kelakuan yang ia perbuat. Bagaimana jika mama Callysta tahu dan papa Callysta malah menghukum Lucas yang dianggap gagal menjaga putri semata wayangnya? Padahal itu salah gadisnya sendiri.

"Entahlah, Call. Aku sudah tidak lagi dipusingkan dengan embel-embel amanah dari om dan tante Cleon. Jujur aku sendiri merasa perlu melindungimu sebagai sepupuku."

"Begitu? Oh, aku sangat menyayangimu, Lucas. Terima kasih banyak."

"Tidak perlu berterima kasih seperti itu, kau tahu aku pun sayang padamu, Callysta Cleon."

"Baiklah, kalau begitu biarkan aku memelukmu, Lucas Terence."

Untuk beberapa saat dua saudara itu saling memeluk erat dan hangat, masing-masing berbagi rasa bahagia hingga terasa dalam tubuh. Mengikuti detik jarum jam yang terasa paling sempurna.

"Oh ya, kenapa tadi kau tersenyum tidak jelas ketika masuk?" Tanya Lucas teringat momen beberapa menit lalu. Dan malah gadis itu merespon dengan cengiran. Ia bergeleng kepala, "Hey, ada apa? Ceritakan padaku." Lucas dibuat penasaran karena sepupunya tak kunjung menjawab, ia hanya menyengir geli.

"Callysta Cleon, katakan padaku sekarang! Ayolah, kita baru saja berpelukan.." Lucas merengek tidak sabar sedangkan Callysta tertawa melihat tingkah pria itu. Ia mengalah, "Tentu, Lucas. Kau akan tahu alasannya.." sambungnya cepat "..nanti." Callysta mengecup pipi Lucas cepat lalu berlari kabur meninggalkan ruang makan. Lucas tergelak sesaat lantas menggeleng kepala menyerah.

**

Setelah menutup pintu utama, Harry berjalan santai menuju kamarnya. Menaiki anak tangga, ia bertemu dengan Gemma, sang kakak.

"Apa ini? Adikku pulang ke rumah?" Sindir Gemma bersandar pada dinding di puncak tangga.

"Malam, Gemma. Kau tidak merindukanku?" Balas pria itu tersenyum miring, menampilkan satu lesung pipi yang menawan. Gemma Styles melipat tangan, berhadapan dangan Harry yang sedikit lebih pendek karena tingkatan anak tangga.

"Kau tidak pulang beberapa hari terakhir, Harry. Apa kau membuat ulah lagi?"

"Ya, aku sedang menyamar tapi gagal dan akhirnya masuk rumah sakit." Jawabnya enteng.

"Astaga, apa yang kau lakukan? Mengapa rumah sakit?"

"Sudahlah, Gemma, kau tidak perlu khawatir. Buktinya sekarang aku ada di sini, bukan?" Harry mengibaskan tangannya di udara lalu berjalan melewati kakaknya. Beberapa langkah sampai di pintu kamar, Harry berbalik, "Kukembalikan kacamatamu, terima kasih."

Gemma menerima benda berbingkai itu yang ia ingat Harry meminjamnya lebih dari seminggu yang lalu. Wanita itu tidak tahu bahwa kacamata miliknya menjadi rahasia manis penyamaran sang adik. Dan sebenarnya ia tidak perlu tahu hal itu.

**

Callysta Cleon baru saja membersihkan badannya ketika nada dering terdengar dari arah meja belajar. Sambil menyeka air yang bersisa pada wajahnya, ia melihat, dan senyuman lantas timbul begitu saja.

"Iya, Harry?"

"Hai, Call. Belum tidur?"

"Belum, baru selesai mandi."

"Kenapa tidak mengajakku?"

"Apa maksudmu?"

"Mandi bersama. Kau tahu, menghemat air."

Mata Callysta hampir lompat keluar ketika mendengarnya. Tapi ia malah tersenyum geli.

"Kau gila, Styles." Callysta mendengar gelak tawa Harry di seberang sana.

"Besok hari libur, mau pergi denganku?"

"Kau berniat mengajakku kencan?"

"Dan kau menganggapnya begitu? Aku tidak keberatan."

"Aku juga tidak keberatan." Sesaat gadis itu mengendikkan bahu.

"Baiklah, aku akan tiba pukul 8 pagi. Berdandan yang cantik, okay?"

"Hm-mm.."

"Cepatlah tidur. Mimpikanku, ya? Selamat malam, Callie."

Callysta Cleon masih tersenyum seraya berkata, "Tentu. Malam, Harry." Sambungan pun terputus.

Ia akui itu adalah percakapan pertamanya dengan Harry melalui telepon. Dan hal itu meninggalkan bekas hingga membuat dirinya terus tersenyum sepanjang obrolan. Apalagi kata-kata Harry yang sangat geli dan menggoda.

Mungkin Callysta Cleon akan benar-benar bermimpi tentang Harry Styles malam ini.

Vomment yaaa, update tercepat nihh sedikiiiit lagi end;;

Heart by Heart ⇨ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang