Part 28

559 32 18
                                    

Part 28


Sakit itu masih terasa dalam kulit pipinya. Sudah berapa kali ia ditampar dan dijambak teramat keras oleh iblis yang satu itu. Callysta tidak akan menyanggah jika ditanya sakit atau tidak karena jawabannya sangatlah jelas. Perih hingga tak sanggup mengaduh.

"Aku baru ingat, bagaimana dengan kondisi kakimu?"

Callysta mengangkat kepalanya, menatap Nadine dengan sorot mata tak percaya. Ia ingat saat itu Nadine pernah menginjak kaki kirinya dengan sengaja sewaktu di kantin sekolah. "Kau keberatan jika aku memeriksanya sebentar?" Mata Callysta membulat lebar ketika Nadine berjongkok di depannya. Ia menatap kedua kaki Callysta bergantian.

"Bagian apa yang sakit, ya? Inikah?" Nadine menyentuh tulang kaki kiri Callysta. Nafas gadis itu tercekat, "Jangan, Nadine!" Permohonannya malah membuat Nadine menekan jarinya tepat di titik nyeri itu. Callysta menjerit kencang. Ia sudah tidak berdaya menahan rasa sakit yang kelewat parah ini. Jeritannya malah membuat Nadine semakin menekan tangannya, jika dilihat dari wajah gadis itu, Nadine serasa ingin mematahkan kaki Callysta sekarang juga.

"Suduh cukup, Nad." Ucap Vera memegang pundak temannya itu. Ia benar-benar terbawa suasana. Akhirnya Nadine berdiri, melangkah mundur menjauhi Callysta. "Rasanya ingin sekali aku melihatmu mati, Cleon." Bisiknya.


Tiba-tiba terdengar suara bising yang berasal dari area luar gudang bagian belakang. Pasti itu dari gerbang di belakang sana. "Apa itu?" Ucap Vera. "Cepat periksa!" Titahnya segera dilakukan oleh pria-pria yang berlarian ke luar gudang. Menyisakan Nadine, Callysta, dan Vera sendiri disana.

.

.

"Harry?!"

"Ayo, Zayn!"

Harry menarik lengan Zayn dan berlari ke jalanan. "Apa yang terjadi, Styles??" Teriak Zayn ketika keduanya bersembunyi di balik gedung apartemen yang kosong. "Sstt.." Harry mengintip sesaat dan mendapati orang-orang itu tengah memanjat gerbang. Sorot mata Harry tajam, "Sial! Mereka tidak membuka gerbangnya!" Umpat pria itu geram.


"Terpaksa, rencana B."

"Apa?! Yang benar saja! Bahkan aku tidak tahu rencana A-mu dan sekarang kau menggantinya dengan rencana baru??"

"Bukan rencana baru, Zayn. Aku sudah memikirkannya."

"Setidaknya beritahu aku rencana-rencana itu, Styles!"


Harry kembali mengintip dan kini orang-orang itu sudah di luar gerbang. "1..2..3.. Jumlah mereka 6 orang. Tidak mungkin Nadine memiliki anak buah yang sedikit, sisanya pasti berada di dalam gudang dan di bagian gerbang utama."


Harry kembali dalam posisi. Pikirannya sedang meramal berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Sekali lagi ia mengintip dan 4 dari 6 orang tersebut mulai berpencar. Ternyata 2 orang sisanya tetap berjaga di sekitar gerbang. "Huh, pintar juga mereka." Ucap Harry tersenyum miring. Disana Zayn hanya berdiri menatap gerak-gerik Harry yang membuatnya tambah kesal.

"Hey, apa sekarang-"

"Sekarang kita pergi."

Harry berlari lebih dulu sedangkan Zayn mendengus tanpa melakukan apapun.

"Ikuti aku, Zayn!"


Mereka berlari menyusuri gedung apartemen dan sampai di bagian ujung. Harry mulai mengintip, melacak keberadaan sesuatu di sekitarnya. Ia merasa cukup aman, "Baiklah, dengarkan aku, Zayn. Kau pergi ke gerbang utama dan aku akan urus mereka yang di belakang."

Heart by Heart ⇨ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang