Part 23

532 35 4
                                    

Part 23

Kerumunan murid berembuk di daerah parkiran mobil. Diantara semua mobil-mobil yang berbaris disana, ada satu mobil yang menjadi objek penglihatan mereka. Baru saja Callysta, Marcel, Zayn, dan Liam tiba di gerbang tempat parkir, Lucy berlari-lari dari arah kerumunan menuju teman-temannya.

Dia terengah-engah memegangi perut sambil sesekali mengeluh. Callysta dan yang lain masih menunggu apa yang akan dikatakan oleh gadis itu. "Harry kembali!" Itulah kalimat pertama yang diucapkan Lucy. Ya, kalimat yang berisikan dua kata itu sangat jelas. Tanpa ada arti dibaliknya pun semua orang sudah tahu apa itu.

Si ikal menyebalkan telah datang!

Tak ada pikir panjang, Callysta bergegas lari menerobos kerumunan disusul Marcel dan Zayn di belakang. Sedangkan Liam lebih memilih untuk menunggu di depan gerbang. "Hey, Lu. Dimana Mya?"

Callysta terus memaksa masuk. Sesekali ia ucapkan permisi atau kata maaf walau sebenarnya ia sangat ingin mendorong manusia-manusia ini. Mungkin karena pengaruh harapan yang muncul dalam benak Callysta adalah suatu hal yang membuktikan bahwa pria itu benar-benar kembali ke sekolah, bahkan lebih bagus jika wujud Harry sendiri tengah berada disana.

Entahlah, tapi ia sangat menginginkan hal itu terjadi.

Kini mata Callysta bertumpu pada sebuah mobil sport hitam yang terparkir indah disana. Mengingatkan dia dengan mobil yang sama persis ia lihat di pinggiran kebun ilalang dekat rumahnya. Bola mata Callysta perlahan berjalan turun, melihat ke bawah tepatnya pada plat nomor mobil itu.

HA12 RRY.

Liam memperhatikan dari jauh. Tiga kawannya sudah tak tampak dalam jangkauan matanya. Sekarang ia perlu menunggu. Tidak masalah bagi Liam karena ia tipikal orang yang sabar menunggu. Oh, Liam.

Sekitar sepuluh menit berikutnya, Liam melihat tiga kawannya kembali. Mereka diam. "Jadi bagaimana? Apa yang di dalam sana itu benar-benar Harry?"

"Hanya mobilnya saja."

"Call, darimana kau tahu kalau itu mobil Harry?" Tanya Zayn singkat. Marcel masih terus diam, ia tidak berani berkata apa-apa karena takut jika Zayn marah.

"Waktu itu aku pernah menemukannya terparkir di dekat rumahku. Ya, itu saat aku, Mya, dan Lucy mengerjakan PR bersama. Dan yang lebih membuatku yakin adalah plat nomornya. Lucy yang mengatakan kalau itu memang plat nomor Harry."

Zayn mengerutkan dahi, "Kau membuat pertanyaan di otakku semakin bertambah, Call."

"Apa maksudmu, Zayn? Hal itu hanya kebetulan. Aku pun bingung, selalu di saat aku melihat mobil itu tapi tanpa Harry, tanpa pemiliknya."

"Lalu menurutmu mobil itu berjalan sendiri, huh?" Zayn sedikit menggertak Callysta yang kemudian menundukkan kepala. Jangan katakan kalau ini adalah pertengkaran pertama mereka.

"Kau sangat ingin ya, melihat mobil itu bersama pemiliknya? Melihat Harry kembali?"

"Memangnya kau tidak?!"

"Tidak!"

Callysta terkejut dalam diam. Mulutnya yang mungil itu terbuka tak percaya dengan sikap Zayn barusan. Apakah Zayn sebencinya itu pada Harry sampai ia tidak ingin Harry kembali?

"K-kenapa dengan dirimu, Zayn?" Lirih Callysta menahan bulir putih yang hendak keluar dari matanya. Tangannya bergetar, begitupun dengan suaranya. Ia tak pernah melihat Zayn seperti ini.

Heart by Heart ⇨ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang