Part 19

561 37 4
                                    

Part 19

"Kuharap kalian bisa berteman baik denganku."

Marcel Edward Carlton. Pria itu menyimpul senyum di akhir perkenalannya. Ia memiliki lesung pipi disana, di pipi kanan dan kirinya. Rambut hitam kecokletan yang disisir dan diberi minyak rambut dengan begitu rapi, terlihat sangat klimis. Pakaian menggelikan dengan dasi dan rompi. Serta kacamata dengan ukuran cukup besar menghiasi wajahnya.

Nyonya Bretha mempersilakan Marcel duduk disamping Henry List yang berada di belakang Zayn. Dan itu artinya murid baru tersebut akan duduk tepat di belakang Callysta.

Marcel berjalan menuju kursi yang ditentukan Nyonya Bretha. Senyum itu masih belum hilang juga dari wajahnya yang kebanyakan orang berpikir terlihat konyol. Ia melempar senyum tiga jari ke setiap murid yang dilihatnya. Hingga matanya bertemu dengan wajah cantik Callysta. Marcel tetap menyunggingkan bibir walaupun gadis itu sendiri tidak menatapnya. Pandangan Callysta lurus ke depan.

"Gadis ini.." Lirih Marcel hampir tak bersuara.

.

.

Saat itu, di kantin, Niall dan Louis kembali pada kebiasaan normal mereka. Bukan normal menjadi manusia biasa, tetapi menjadi apa yang selama ini mereka lakukan di sekolah. Kantin pun kembali menjadi sepi. Namun ini masih cukup ramai dibandingkan saat keberadaan Harry. Callysta dan lainnya masih bisa merasakan kenyamanan makan di kantin. Mungkin tidak berlaku untuk Lucy yang kehadirannya di tempat itu saja karena paksaan kawan-kawannya.

"Sudah ya, aku ingin ke kelas.." Pinta Lucy mendekati rengekan anak bayi. Ia terus memohon seperti itu setiap beberapa menit sekali. Tapi permintaannya tak digubris oleh siapapun. Termasuk Callysta yang hanya menggeleng. "Tunggu sampai bel masuk berbunyi."

"Huh?!"

Teriakan Lucy tiba-tiba terganti dengan suara tawa yang sangat keras dari arah sudut kantin. Semua orang menoleh ke sumber suara. "Hey, ada apa?" Zayn bertanya pada seorang siswa yang kebetulan datang dari arah itu. "Niall dan Louis mengambil bekal makan murid baru." Mereka saling pandang. "Murid baru?"

"Marcel?"

.

.

Marcel si murid baru berjalan pelan memasuki kantin sambil membawa bekal makan di tangannya. Sulit sekali baginya menerobos kerumunan manusia itu. Ketika hendak melangkah lebih dalam, pundak Marcel seperti ditarik oleh sesuatu. Dan hal itu membuatnya berbalik badan menghadap apa yang kini berada di depannya.

Dua orang pria berdiri tegap disana. Yang satu menyilangkan lengannya di depan dada dan satunya lagi memasukkan kedua lengannya kedalam saku celana. Mereka tersenyum miring. Niall dan Louis. "Hai, Marcel." Sapa Niall. Pria itu hanya diam karena ia tak mampu melakukan apapun. "Kita belum berkenalan, bukan? Aku Niall, dan ini Louis." Niall menunjuk Louis disampingnya.

Marcel hanya mengangguk sambil tersenyum, ia memegang erat bekalnya. Louis dapat menangkap gerakan lengan Marcel. "Kau membawa sesuatu? Berbaik hati untuk membaginya bersama kami?" Ucap Louis sedikit melangkah mendekati Marcel. "Tapi ini makan siangku. Maaf, kurasa aku tak bisa membaginya dengan kalian." Marcel berbicara dengan usahanya untuk tetap tenang. Namun di hatinya ia benar-benar takut jika dua orang itu akan melakukan sesuatu padanya.

"Oh, ayolah. Kita hanya ingin mencicipi sedikit. Kau masih murid baru disini jadi jangan berlaga sok pelit." Kini Niall dan Louis melangkah maju sedangkan Marcel mulai berjaga-jaga di posisinya. Rasanya untuk mundur saja ia tak mampu. "Apa yang kalian lakukan?" Mata Marcel berkedip cepat. "Kami hanya ingin mencicipi bekalmu, Nerd." Ucap si blonde seperti bisikan-bisikan iblis.

Heart by Heart ⇨ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang