Part 18

537 37 4
                                    

Part 18

"Kalian mendapat nilai terbaik."

"Aaaa!"

Ketiga gadis itu berteriak berbarengan saat Mr.Lynch menganugerahkan tiga nilai terbaik. Mata pelajaran matematika kali ini mungkin menjadi yang paling sempurna bagi mereka di awal tahun ajaran baru. Seluruh murid kelas XII B saling pandang dan kembali menatap tiga gadis yang berdiri di depan kelas itu. Asal tahu saja, nilai mereka hanya kisaran angka 50 sampai 75. Oh, itu aib.

"Pertahankan nilai itu, ya."

"Baik, sir!"

Callysta, Mya, dan Lucy kembali ke kursi masing-masing. Zayn yang menunggu disana menampilkan wajah dengan alis kanan yang terangkat. Dia pasti cemburu. Callysta tersenyum tepat saat ia menduduki kursinya.

Pria itu tetap diam sambil terus menatapi Callysta yang padahal sudah membuka lembaran baru di buku tulisnya. Callysta menoleh, ia mengerutkan dahi. "Apa? Ow, kau pasti iri 'kan?" Tanyanya disudahi senyuman licik atas kemenangan. Disana Zayn hanya menggeleng, "Teriakan kalian membuat telingaku sakit, tahu!" Mata Zayn membulat tepat di kata terakhir. Ia menggosok-gosok kedua telinganya.

"Zayn bodoh." Respon Callysta sambil menggerutu di posisinya.

.

.

Waktunya pulang setelah bel idaman para pelajar berdering. Liam menghampiri kawan-kawannya yang berada di kelas samping. Sejak menginjak kaki di depan pintu, ia dapat melihat Lucy yang tengah bergembira. "Hey! Whoa, hati-hati Lucy.." Liam mengambil buku Lucy yang tak sengaja terlempar ke arahnya dan mengenai ujung sepatunya. Ia melihat sebuah nilai tertera di buku itu yang tak asing lagi bagi seorang Liam karena ia sering mendapatkannya, nilai 100.

Kemudian dirinya tersenyum dan memberikan itu kembali pada Lucy. "Nilai terbaik? Kau hebat, Lu!" Mya melipat kedua lengannya di depan dada. "Tidak hanya Lucy, kami pun mendapat nilai terbaik. Dan semua ini berkat Callysta Jane Cleon!" Gadis itu membuka lengannya dan menghadapkan ke arah Callysta. "Beri tepuk tangan, Zayn!" Mya berteriak kepada Zayn yang duduk diatas meja guru. Dan dengan berat hati pria itu menepukkan kedua telapak tangannya tiga kali.

"Pelit sekali!" Sergah Mya lagi.

"Haha, ada apa denganmu, mate?" Liam menepuk pundak Zayn dan berdiri disampingnya. Zayn hanya menatapi setiap tingkah aneh tiga gadis yang masih berstatus sahabatnya itu. Terutama pada Callysta yang sepertinya sudah total terjangkit virus aneh Lucy. Sebenarnya Lucy menularkan itu pada Mya kemudian menularkannya lagi pada Callysta. "Kau tidak lihat, Liam? Aku adalah patung disini." Liam tertawa sejenak. "Ya, setidaknya aku adalah patung yang tampan." Perkataannya kali ini hanya diberi gelengan kepala oleh Liam.

"Ow, jangan lupa ini pun berkat sepupumu yang tampan dan pintar itu, Call!"

Zayn dan Liam saling pandang sedangkan Mya mengangguk setuju. "Sepupu Callysta?" Tanya Liam. "Yap! Namanya Lucas, dia yang mengajari kami PR matematika. Dia tampan, pintar, dan keren!" Ungkap Lucy bersemangat. Gadis itu memiliki rasa yang menggebu-gebu sendiri jika mendeskripsikan tentang Lucas.

Kini Zayn dan Liam merespon dengan tatapan yang sama. "Ayolah, bisa kita pulang sekarang?"

.

.

Sampai di parkiran mobil, Callysta terlihat seperti mencari sesuatu. Kepalanya yang terus menoleh kanan-kiri membuat Zayn curiga. "Kau mencari sesuatu?" Callysta berhenti di titik itu. Matanya masih melirik sana-sini. "Um, aku hanya berharap saja kalau mobil Harry terparkir disini." Zayn mengangkat kedua alisnya. Jawaban yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Untuk apa Callysta mencari mobil seseorang yang padahal orang itu sendiri tidak masuk sekolah?

Heart by Heart ⇨ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang