Part 15

677 33 8
                                    

Part 15

Author's POV

3.00 p.m.

Jam pulang. Seluruh murid Archard berhamburan keluar kelas berbahagia akibat bunyi bel idaman yang selalu ditunggu. Siapa sangka, tentunya rating nyanyian bel maupun lonceng di setiap sekolah selalu meningkat setiap saat. Seburuk apapun bunyi bel yang memekakkan telinga, tapi setiap pelajar sangat menantikannya.

Mungkin semuanya kecuali untuk pelajar yang satu ini. "Apa?! Kenapa bel sudah bunyi? Aku belum mengerti ini! Oh, Tuhan mengapa tak Kau lambatkan saja waktu di dunia?" Teriaknya melengking membuat keempat manusia di sekitarnya menutup rapat telinga mereka. Gadis itu mulai risih.

"Apa-apaan kau?!"

"Diam! Aku belum mengerti ini, Zayn!"

Zayn terkejut, sedangkan pria disampingnya itu membuka mulut, menganga cukup lebar. "Bagaimana jika aku tidak bisa menyelesaikan PR nanti?!" Suaranya yang cempreng memang perlu dilakukan tukar tambah pita suara. Zayn tidak tahu harus berbuat apa. "Hey, hey, tenanglah Lucy.. Kau bisa pelajari lagi di rumah." Ucap Callysta lembut mencoba menenangkan gadis kelimpungan, Lucy.

Mya yang berada disamping Liam bertingkah seperti cacing kepanasan. Liam sendiri akhirnya menutup rapat mulutnya yang menganga itu. Lalu ia berbisik, "Kurasa aku tidak pernah melihat fenomena seperti ini. Apa dia selalu begitu?" Liam menoleh ke arah Mya dan direspon dengan putaran bola matanya. Gadis itu berhembus nafas pelan. "Sepertinya terakhir terjadi sewaktu pertengahan semester dua di kelas XI. Dan ini pertama kalinya lagi."

"Tak pernah kutemui seseorang yang begitu sedih jika sekolah sudah bubar. Aku tak bisa membayangkan jika Tuhan benar melambatkan waktu di dunia. Mungkin aku sudah kabur dari sekolah." Zayn berbisik pelan sambil memperhatikan Lucy yang kian menggila dan Callysta yang mencoba menenangkan. Bisikan pria itu diberi anggukan singkat oleh dua teman disampingnya.

...

Di sisi lain, bau vodka memenuhi atmosfer di tempat itu. Ini bukanlah bau yang memuakkan, tapi ini adalah bau kebebasan bagi mereka. Tempat ini memiliki banyak stok vodka setiap harinya.

"Kau tidak minum, Harry?" Seorang gadis yang sudah mabuk total duduk disamping Harry. Nafasnya yang dipenuhi minuman itu menusuk hidung Harry dan membuatnya menjauh sesaat. "Tidak, kau tahu aku tidak pernah minum itu." Ucap Harry mengibaskan telapak tangannya didepan wajah. Mencari udara normal untuk ia hirup walaupun tak ada karena udara disana sudah tercampur sepenuhnya.

Harry memang sudah terbiasa dan tak menghiraukan bau vodka disekelilingnya itu. Namun ia akan risih jika baunya benar-benar tepat menusuk hidungnya. Dan yang sudah kukatakan, Harry tidak pernah mau meminum satu. Walaupun ia sering bergabung di tempat itu, tapi tujuannya hanya untuk senang-senang saja. Tidak lebih.

"Ayolah, Harry. Kau bisa mencobanya. Aku jamin kau akan ketagihan jika sudah kau coba. Tenang saja, stok disini masih banyak.." Ucapnya dengan suara yang begitu menggoda. Ia tersenyum tidak jelas. "Nadine, hentikan. Menjauh dariku.." Harry mendorong gadis itu agar tercipta jarak untuk bernafas. Hal seperti ini layaknya Harry adalah manusia suci yang coba dihasut oleh setan cantik namun tetap mengerikan.

Heart by Heart ⇨ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang