Part 21

493 30 4
                                    

Part 21

"Uh, kenapa Callysta lama sekali?"

Lucy terus menggerutu. Daritadi memang dia yang selalu berbicara tak sabaran. Tapi mungkin semua orang akan melakukan hal sama jika sedang menunggu seseorang yang tak kunjung datang.

Selang beberapa menit kemudian, tampak di kejauhan Callysta berjalan ke arah parkiran. Lucy bersyukur bahagia. "Ah, itu dia." Ucap Zayn yang lalu memicingkan matanya melihat ada sesuatu yang aneh. Oh tidak, itu bukan keanehan. Hanya Callysta yang terlihat sedang berjalan bersama seseorang.

Liam, Mya, dan Lucy mensejajarkan diri dengan Zayn. Menyambut kedatangan Callysta yang telah memakan waktu hampir setengah jam. Ralat, mungkin menyambut kedatangan dua orang itu. Awalnya mereka tidak tahu siapa yang sedang berjalan bersama Callysta, tapi semakin lama, sebuah kacamata hitam besar muncul dari balik jauhnya jarak. "Dia..?"

"Hai semua, maaf menunggu lama." Sapa Callysta.

"Oh, tenang saja, Call. Belum juga satu jam.." Ucap Mya tersenyum miring.

"Ayolah, Mya. Aku minta maaf.."

"Permintaan maaf diterima. Tapi awas jika kau mengulanginya lagi." Kini Zayn melipat kedua lengannya di depan dada. Detik berikutnya ia melirik ke arah Marcel yang sedikit menundukkan kepala. Wajah Zayn berubah tak baik.

"Mengapa kau bersamanya?"

"Uh, sebenarnya ini bukan salah Callysta. Aku yang telah membuatnya berlama-lama di kelas. Tadi aku sedikit berbincang dengannya. Maaf.." Marcel membetulkan posisi kacamatanya.

"Permintaan maaf diterima!"

"Hey, mengapa kau main terima begitu saja, Lucy?!"

"Hey, mengapa kau main bertindak jahat begitu saja, Zayn? Lagipula dia sudah menjadi temanku dan Callysta."

Zayn diam di tempatnya. Ia tak bisa menjawab apa-apa. Sepertinya mulut Zayn sudah dikunci oleh keseluruhan kalimat Lucy tadi. Apa benar Zayn jahat? Sejak kapan Marcel menjadi teman Callysta?

"Jadi apa? Marcel akan pulang bersama kita?" Seperti biasa, Liam selalu berbicara begitu santai dan sangat ramah. Senyuman pun jarang sekali pudar dari wajahnya. Ah, Liam selalu membuat suasana tenang.

"Nah, itu dia yang ingin kukatakan. Sebenarnya Marcel baru saja mengajakku untuk pergi. Kami berdua akan jalan-jalan sekitar kota London. Ini semua hanya karena Marcel adalah warga baru disini, jadi dia ingin melihat-lihat kota ini." Ucap Callysta menoleh ke arah Marcel.

Zayn, Mya, dan Lucy membulatkan mata bersamaan. Tak percaya apa yang baru saja Callysta katakan. "Mengitari London? Aku ingin ikut!" Lucy berteriak antusias.

"Tidak boleh! Kau sudah berjanji akan membantu merapikan kamarku, Lu."

"Tapi, Mya—" Mya memasang wajah mengancam pada Lucy yang padahal ia berniat akan melakukan tipuan wajah anak anjing andalannya. Sedangkan Zayn, entahlah, wajahnya selalu tanpa arti.

"Jadi, maaf lagi. Aku tidak bisa pulang bersama. Baiklah, kami duluan ya!"

Callysta berjalan ke arah mobilnya yang terparkir di samping mobil Mya. Langkahnya diekori oleh Marcel yang lalu ikut masuk ke dalam mobilnya. Tak berapa lama Callysta pergi, Mya pun memtuskan untuk pulang dengan Lucy yang ikut bersamanya. Sedangkan Zayn dan Liam masih berdiri disana.

Zayn terus menatap ke arah perginya mobil Callysta yang padahal kendaraan itu saja sudah hilang di balik gerbang sekolah. Di pikirannya bermunculan berbagai macam kosakata. Banyak sekali tak terhitung jumlahnya namun yang pasti semua itu menyangkut Callysta.

Heart by Heart ⇨ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang