6. Boy

400 22 3
                                    

  A/n: maafkan author yang terlambat update :'v
**
“Sukurin! Emang enak ngerjain orang! Fiona di lawan!” ucap Fiona sombong sambil menepuk-nepuk dadanya. “Uhuk uhuk .. Mending gua tidur aja dah” Fiona pun tertidur dan sudah berkelana menuju alam mimpi.

**
Aidan dan Ilham terlihat bolak-balik menuju toilet. Bi Ai yang melihat itu pun mengernyit bingung majikannya.

“*Kunaon den? Dari tadi bibi di *tingali teh bolak-balik toilet terus” tanya Bi Ai dengan logat sunda 'nya ketika melihat Ilham dan Aidan duduk di ruang keluarga sambil memegang perutnya. (*Kunaon= kenapa, *tingali=di lihat)

“Jadi kelinci percobaan jahil Fiona bi” jawab Ilham lemas sambil menyenderkan kepalanya di bahu Aidan. Dan Aidan hanya mengangguk lesu membenarkan ucapan kembarannya. Bi Ai pun menatap majikannya iba. Dia segera berlalu untuk mengambil obat sakit perut dan air putih.  Bi Ai pun kembali dengan membawa nampan berisi Obat sakit perut dan gelas air putih.

“Ini den obatnya” Bi Ai meletakkan obat sakit perut dan gelas berisi air putih. Aidan dan Ilham hanya mengangguk lalu memakan obat sakit perut. “Mending den tidur aja dari pada bolak-balik ke toilet”

“Makasih ya bi” Bi Ai tersenyum dan menatap Aidan dan Ilham yang sedang menaiki tangga menuju lantai dua. Anak yang sudah ia asuh dari bayi dan kini sudah besar.

“Rasanya teh bibi, baru nge-gantiin popok si aden kemarin. Sekarang sudah remaja lagi” gumam bi Ai menyeka air matanya sambil tersenyum. Bi Ai langsung membereskan obat dan gelas lalu pergi ke dapur.

Di lantai dua

“Bang, gue tidur di kamar lu ya?” Aidan mengangguk lalu menyeret kakinya dan membuka pintu kamarnya yang berwarna biru safir sedangkan Ilham berwarna sky blue. Ketika sampai di kamar, mereka berdua langsung menghempaskan tubuh mereka di atas kasur.

Hening. Keadaan kamar Aidan hening tanpa ocehan Ilham. Biasanya Ilham dan Fiona suka merecoki Aidan supaya mengeluarkan ekspresinya.

“Dan, tadi suasana hati Fiona comeback galau lagi gak ya?” Aidan mengendikkan jawaban untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan Ilham. Sejujurnya, ia juga merasa khawatir jika adik kecilnya terpuruk lagi. Apalagi sejak DIA meninggalkan Fiona setelah pengungkapan perasaannya, Fiona menjadi pendiam, murung, dan sesekali ia mendengar isak tangis ketika malam pada tanggal 12 Januari ataupun seharian tidak keluar kamar dengan memutar lagu favorit DIA sekencang-kencangnya di dalam kamarnya yang bernuansa merah maroon.

“Dari pada pusing dan mules, mendingan gue tidur” Aidan dan Ilham serempak membuka kaosnya dan sekarang shirtless yang menampilkan six pack. Sudah jadi kebiasaan kalau mereka berdua tidur tanpa kaos alias tidur dengan telanjang dada. Mereka berdua terlelap dengan posisi saling berhadapan dan memeluk satu sama lain. Namanya juga kebiasaan dari kecil, pastinya susah di hilangkan.

Cklek

Kamar Aidan terbuka dan nampak Fiona yang menyembulkan kepalanya menatap seisi kamar Aidan. Dia tersenyum melihat kakak kembarnya tidur bersama dengan posisi saling menghadap dan memeluk satu sama lain. Di mengeluarkan handphonenya dari celana hotpants. Ia mempotret foto kakak nya untuk di cetak dan di pasang di mading sekolah. Itu adalah rencana keduanya, setelah bakso super pedas tadi. Merasa puas dengan foto kakaknya, Fiona segera keluar dari kamar Aidan.

Princess?” Fiona menegang di tempat ketika Aidan memanggilnya. Perlahan, dia menengok ke belakang ternyata Aidan terbangun dan Ilham pun ikut terbangun ketika merasakan gerakan di kasur Aidan. Dengan senyum kikuk, Fiona berbalik dan berusaha menetralkan raut wajahnya.

FIONAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang