14. Boy

209 15 2
                                    

“Cih! Punya kaki tuh di pake jalan bukannya malah di gendong! Dasar manja”



Happy Reading!

************************

Aidan menoleh ke arah geng Tirta yang sedang berdiri di tangga kelas 12 di dekat ruang Kesenian. Entah ini perasaannya saja atau memang benar. Sejak kelas X, Tirta selalu saja mencari masalah dengannya. Untungnya, si kembar alias Aidan dan Ilham selalu mendapat hoki. And unfortunatelly, Tirta selalu mendapat point pelanggaran.

“Anak manja jangan sekolah di sini! Malu-maluin sekolah tau” cerca Tirta yang membuat emosi Aidan tersulut

Emosi Aidan mendidih dan akan meledak. Emosinya akan tersulut, jika menyangkut Bunda, Princess -Fiona-, kak Bagas, dan kembarannya sendiri. Ilham yang melihat rahang Aidan mengeras langsung saja membisik yang langsung emosi Aidan mereda.

“Bang, jangan di ladeni yang ada makin ngelunjak. Pio ayam lebih utama daripada ngurus si Tirta”

Aidan memalingkan wajahnya sambil melayangkan tatapan tajamnya ke geng Tirta. “Lanjut jalan, hiraukan saja para tikus got”

Seketika geng Tirta tersulut dan The FARIDA langsung meninggalkan geng tikus got (sebutan geng Tirta dari Iqbal dan Ilham)

***

Di dalam Aula -backstage panggung-

Kini tengah penampilan X IPA 1 dan Fiona merasa gugup karena baru memegang gitar milik pemberian sang pemilik hati dinginnya yang sekarang membeku.

Biasanya jika seperti ini, pasti salah satu kakaknya akan memeluk sambil membisikkan kalimat menenangkan hatinya. Sekarang. Fiona butuh kakak kembarnya untuk menenangkannya.

Tepukan di bahunya membuat Fiona tersadar dari lamunan pikirannya. Fiona mendongak dan menatap siapa yang menepuk bahunya dengan sok akrab.

Aidan dan Ilham.

Tunggu dulu! Ada yang berbeda dengan Ilham! Berada di gendongan Aidan dengan wajah pucat dan terlihat sedikit lemas.

Ada apa dengan kakak kembarnya ini?!

Aidan menurunkan Ilham dengan pelan dan membantunya duduk di sofa bersama Fiona. Aidan berpamitan ke dua adiknya untuk melihat acara berjalan lancar atau tidak.

Ilham langsung menarik Fiona dalam dekapannya sesekali mencium puncak kepala Fiona sambil mengelus rambutnya dengan sayang. Nyaman. Wangi maskulin yang lembut terkadang membuat Fiona tertidur di pelukan Ilham.

Ilham memeluk Fiona sambil mengelus rambut cokelat pirang sebahu dan menguar wangi cokelat khas kesukaan makanan favorit Fiona.

“Kamu ke inget sama Adrian lagi ya?” Fiona hanya mengangguk saja. Bahkan untuk bilang ya pun rasanya suaranya tercekat di tenggorokan.

Ilham mengelus rambut Fiona dengan sayang. “Sekarang hilangin dulu tentang Adrian dan pikirkan Bang Bagas, Bang aidan, Bunda, dan Abang ya.

People come and go. Dia pergi karena ini takdir dan gak selamanya kamu stuck di satu orang aja. Life must go on. Jangan karena dia, kamu malah gak lanjut hidup kamu sendiri.

Memang, aku tau masa lalu yang lewatin berdua dengan dia indah tapi lebih indah kalau kamu gak inget lagi dan stuck di dia aja. Melupakan seseorang yang sudah melekat di hati kita memang susah tapi bukan berarti tidak bisa melupakan.”

Fiona mengeratkan pelukannya saat mendengar ucapan Ilham yang menohok hatinya. Ilham yang mengerti Fiona kembali sedih saat mendengar ucapannya. Memang terdengar kasar dan secara tidak langsung Ilham memaksa Fiona supaya melupakan masa lalunya bersama Adrian.

Ilham melepas pelukannya, memegang bahu Fiona dan menatap mata biru milik Fiona.

“Sekarang kamu jangan inget lagi Adrian ya. Nanti Adrian sedih liat kamu kayak gini lagi. Mana Pio ayam kesayangan abang?”

Fiona tersenyum lebar dan Ilham semakin semangat menggoda adiknya ini. Ilham nerentangkan tangannya dan bibirnya mengerucut ke depan. “Sini sini abang peluk plus cium dulu biar gak galau”

Bugh

“AW! Sakit pio ayam!” ringis Ilham sambil mengelus tangannya. Sementara Fiona mendelik sebal tapi tetap saja menubrukkan dirinya ke pelukan sang kakak.

Ilham yang belum siap pelukan dari Fiona langsung terjengkang ke belakang dan tidur terlentang yang untungnya ada bantal sofa yang menahan kepalanya. Fiona malah anteng di pelukan Ilham malah mengeratkan pelukannya dan menguselkan kepalanya di dada bidang Ilham.

Ilham melingkarkan tangannya di pinggang ramping. Fiona menyusupkan wajahnya di ceruk leher Ilham sementara Ilham memeluk Fiona sambil sesekali mencium pipi agak tembem.

“Fio sayang abang. Please dont go

Ilham tersenyum lalu mencium kedua pipi Fiona sampai Fiona kegelian. Fiona mendongak dan menatap Ilham yang di bawahnya. Sampai senyum mesum terukir di wajah Ilham menyadarkan posisinya yang akan membuat salah paham.

“Mau kemana sih dek? Buru-buru amat” Fiona berusaha bangkit tapi tertahan dengan tangan Ilham yang melingkar di pinggang rampingnya.

BRAK!!!














































Tbc
A/n: maaf buat telat update. Author bener-bener sibuk sama sekolah. Dan terima kasih buat yang masih setia nunggu cerita ini *cielah emangnya ada yang nunggu?:(*. Maaf ya

FIONAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang