Senyum terukir di wajah Aidan ketika melihat wajah polos dan damai adiknya yang tertidur.
'Jadikanlah masa lalu sebagai pelajaran untuk masa depan. Boleh saja jika kau ingin melihat masa lalu tapi tidak untuk membuka luka lama yang tersirat.'
•
•
Happy reading!
**
CklekPintu kamar bernuansa biru saphire itu terbuka. Kepala menyembul dari balik pintu dengan senyum gelinya. Di susul oleh dua kepala yang menyembul di atasnya.
“Tuh kan, Ilham bilang juga apa. Gak percayaan bat sih” ucap Ilham mencibir.
Pletak!
“Ya maaf sih dek, kan kamu jail banget jadi gak percaya” ucap Bagas dengan santainya berucap santai setelah menjitak kepala Ilham yang menurutnya tidak sopan itu.
Lamora hanya menggeleng-geleng kepala melihat Ilham yang protes dan Bagas yang complain. Dengan jail, Lamora mendorong pintu kamar Aidan yang menumpu kedua pemuda tadi.
Bruk!
Keduanya terjatuh dan pintu kamar Aidan terbuka lebar. Suara jatuh Ilham dan Bagas terdengar keras hingga membangunkan Fiona yang tengah tertidur di pelukan Aidan. Ketika Fiona dan Aidan bangun, di sambut oleh pekikkan Ilham yang merengek.
“Huaa ... Abang bangun ih! Lo itu berat tahu!”
“Abang gak mau tahu tapi maunya tempe”
“Bundaa...”
Suara cekikikan menyadarkan semuanya. Di atas kasur, Aidan dan Fiona tengah menertawakan Ilham yang tertiban oleh Bagas sementara Lamora tengah menatap keduanya sambil geleng-geleng kepala. Ilham dan Bagas mengalihkan perhatiannya menuju Fiona dan Aidan yang tengah cekikikan.
“Mampus lo dek, itu gegara kualat suka jailin bu Diah” ucap Aidan masih memeluk Fiona yang masih menertawakan Ilham yang jatuh.
“Ketawain aja sampe puas!” ketus Ilham sambil menggeser Bagas yang masih di atasnya.
Ilham beranjak berdiri lalu hendak berbalik. Tapi tangan mungil yang melingkar di pinggang membuatnya harus berhenti.
“Abang jangan marah...” pelukannya semakin mengerat di pinggang membuat Ilham harus membalikkan badannya menghadap Fiona. Mata Fiona tampak berkaca-kaca, raut wajah yang memelas, dan memilin jarinya sambil setengah menunduk, membuat Ilham tidak tega.
Dengan cepat Ilham menarik di dekapannya. Bahu Fiona naik turun dan isakkan kecil terdengar pelan hingga Ilham sendiri yang mendengarnya. Ilham mengelus rambut Fiona dengan sayang.
“Ssstt... Jangan nangis ya, abang gak marah kok” Fiona mengendurkan pelukannya dan mendongak menatap Ilham dengan air matanya yang masih keluar. Ibu jari Ilham menghapus air mata Fiona yang melewati pipi chubby Fiona. “Udah ah jangan nangis nanti tambah jelek”
Fiona memukul dada bidang Ilham pelan tapi dia malah mengaduh dan memegang dada. Membuat Fiona cemas.
“Bang, gak apa-apa kan?” Ilham menggeleng dan tetap tersenyum walau wajahnya seperti orang yang kesakitan.
Bug
“Aelah dek, mau aja di kibulin sama tuh monyet” Aidan dan Bagas melempar bantal yang pas mengenai wajah Ilham yang langsung kaget. Fiona masih bingung karena belum mengerti. Kernyitan di dahinya semakin dalam seperti berpikir keras.
Tatapannya mulai tajam dan menatap Ilham sebal. “Wah parah lo bang! Gue di kibulin, dasar onta!”
“Ajaib bener dari monyet ke onta, kenapa gak monyet ke mermaid? Lumayankan biar masuk tv”
“Mati ae lo bang, kesel gue”
Fiona menatap malas meladeni Ilham yang mulutnya seperti rem blong. Ilham tersenyum geli melihat adiknya kesal karena ulahnya. Sudah lama Ilham tidak melihat ekspresi yang terukir di wajah Fiona.
“Utututu... Hei cewek, manyun mulu kode minta di cium ya?”
Sontak Fiona melotot sambil menatap Ilham dengan ngeri. “ABANG DASAR MESUM!!!!”
Plak
Sesuatu melayang dan mendarat pas di wajah Ilham. Dia mendengus sebal karena seharian ini sudah beberapa kali melempar barang dan selalu mendarar di wajahnya. Tangannya mengambil sesuatu yang mendarat di wajahnya.
Ilham langsung melotot ketika melihat sesuatu di tangannya.
“Anjing, kutang Bunda!” Sontak Lamora merebut celana dalamnya dari tangan anaknya yang jahil. Sementara anaknya -Aidan, Bagas, dan Fiona- tengah tertawa hingga Aidan berguling-guling di lantai karena tadi tidak sengaja di tendang Bagas hingga terjatuh dari kasur.
“Language please” Lamora menjewer telinga kiri Ilham dan di angkatnya tinggi-tinggi hingga Ilham merengek minta di lepaskan.
“Ampun bun ampun, ya allahu robbi bundaa sakit”
“Makanya kalo ngomong itu di filter dulu jangan asal ceplos”
Ilham menggerutu pelan, “Kek bunda gak aja”
Lamora melotot dan jewerannya semakin kencang. “Tadi bilang apa bang?”
Ilham membelakakan matanya lalu menggeleng dramatis.
“Ya allah apa lagi salah hamba? Salah mulu di mata bunda”
Lamora tidak mempedulikan ocehan Ilham terus menerus. Mulutnya seperti rem blong jika tak berhenti. Bagas menyodorkan apel ke Lamora dan langsung di terima dengan senang hati.
Hap“Gak ngoceh lagi” Lamora tersenyum manis lalu duduk bersama anaknya di atas kasur yang sedang tertawa melihat Ilham yang kesulitan melepaskan apel yang memyumpal mulutnya.
“Huaa bunda jahat, abang jahat, adek apalagi. Ilham marah” Ilham keluar dari kamar Aidan dengan langkah yang di hentakkan. Lamora terkekeh melihat Ilham yang merajuk karenanya.
Aidan, Bagas, dan Fiona semakin kencang tertawa melihat Ilham yang merajuk seperti perempuan.
Blam
Pintu kamar Ilham tertutup dengan di banting. Lamora tertawa bersama anaknya. Tak lama Ilham kembali ke kamar Aidan dengan wajah yang ketakutan. Sontak semuanya berhenti tertawa dan menanyakan mengapa Ilham terlihat ketakutan. Jari telunjuk Ilham mengarahkan ke arah pintu yang terjeblak olehnya.
Kucing gendut anggora berwarna putih dengan kalung berwarna maroon melekat di lehernya berlari menyusul Ilham yang ke kamar Aidan.
“HUAAA BUNDAA!!! Tolongin Aidan!”
“HUAAA BUNDAA!!! Tolongin Ilham dari monster!”
Aidan dan Ilham sontak berlari menuju Bagas dan bersembunyi di balik badan Bagas yang tegap. Lamora dan Bagas tertawa karena melihat si kembar yang ketakutan dengan si Elsa -kucing gendut milik Fiona-.
Fiona beranjak lalu melangkah mendekati kucingnya. Elsa sangat senang ketika majikannya mengelus bulunya dengan sayang hingga ekornya di gerak-gerakkan di gendongan Fiona. Perlahan dia melangkahkan kaki menuju kasur dan melepaskan Elsa di atas kasur.
Bagas dan Lamora segera menyingkir dari atas kasur sebelum Aidan dan Ilham menyadari jika Elsa si kucing gendut mulai berjalan menuju mereka berdua.
Meow
“Hua bunda sama princess jahat ih!”
“Bundaa!! Dasar piyo laknat!”Teriakan mereka berdua mengisi kamar Aidan yang berubah menjadi berisik. Merasa iba, Fiona membawa Elsa lalu menggendongnya kembali dari Aidan dan Ilham.
Tanpa Aidan dan Ilham sadari. Dari tadi Ilham menggendong Aidan secara bridal style dengan tangan Aidan yang melingkar di leher Ilham.
Cekrek
“Gerakan yang bagus dek” Aidan dan Ilham tersadar lalu mereka saling tatap. Lamora dan Fiona tertawa puas sambil melihat foto yang di ambil oleh Bagas.
Bruk
“Ah anjir sakit nih pantat gue pasti tepos” gerutu Aidan mengerucutkan bibirnya sambil mengelus pantatnya.
Bagas tersenyum melihat Fiona tertawa lepas bersama Lamora.
'Tidak ada tempat yang paling nyaman selain rumah dan keluarga.'
KAMU SEDANG MEMBACA
FIONAZKA
Teen Fiction[DILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA SAYA] In my memory, he can change everything. And he change me with everything about him. He name always play in my brain like a song. But, he not beside me and he's gone for forever. But, When he's come and everythi...