10. Boy

271 15 0
                                    

“Haduh gusti, eta budak tiluan matak teh sok matak nyeri mastaka wae?” (translate: ya ampun tuhan, 3 anak itu selalu buat sakit kepala)


Happy reading!
**
Aidan dan Ilham sudah siap dengan motor mereka yang sudah di starter. Ilham dengan Watadosnya, dia pergi meninggalkan Fiona yang misuh-misuh bersama Aidan dan Bagas yang baru meninggalkan mereka berdua.

“Awas aja! Dasar abang! Sinting! Gila! Miring! Edan! Shit! Fuck!”

Tangan Aidan bergerak untuk menjewer telinga adiknya. Fiona membulatkan matanya menyadari umpatannya yang begitu lemes keluar dari mulutnya.

Language please” Sontak Fiona mengangguk dan segera naik ke motor Aidan.

Motor Aidan segera berangkat ke sekolah dan dengan lihai Aidan membelah jalan raya dengan kecepatan di atas rata-rata. Terpaksa, Fiona memeluk pinggang Aidan dan memejamkan mata karena perih oleh debu.

Ckitt
Plak!

“Aw sakit kali dek! Gak berperasaan banget sih!” ringis Aidan sambil mengusap tangannya yang menjadi korban tabokkan Fiona.

Fiona hanya mengangkat alisnya lalu berbalik meninggalkan Aidan di parkiran dan berjalan menuju kelasnya. Ilham yang melihat kejadian tadi hanya tertawa bersama anak buahnya. Kecuali Azka dengan wajah sengak 'nya.

“Gila anjir ngakak! ekspresi Aidan tadi kek gini” Fahran menirukan wajah kesakitan Aidan dengan di lebih-lebihkan. Mereka tertawa lalu terdiam. Fahran dengan cuek meneruskan tadi tanpa melihat kode yang lain berikan.

Sret

“Enak bener ketawain gue hm?”

Anying! Goblok! Gak kasih tau gue lagi!’ batin Fahran kesal sambil menatap lainnya yang diam dengan wajah pucat, tapi terlihat dari mata mereka jika mereka juga ingin tertawa melihat Fahran yang tertangkap basah meledek wajah kesakitan Aidan.

“Lah kok malah kicep?” tanya Aidan santai dengan intonasi yang dingin membuat Fahran membeku.

Aidan melihat ke yang lain. Ilham, Rafka, Iqbal, Azka, dan Daniel yang malah diam. Lalu dia menyeret Fahran yang masih di rangkulannya dengan sadis.

“Ampun mbah! Tunda dulu eksekusi saya mbah!”

Aidan mengacuhkan ucapan Fahran yang ngalor-ngidul di ikuti Ilham, Rafka, Iqbal, Azka, dan Daniel yang selalu menjadi ekor.

Di sepanjang koridor, semua siswa-siswi menyingkir dari jalan dan memberi jalan untuk The FARIDA (Fahran. Aidan. Rafka. Ilham. Daniel. Azka). Di tengah jalan mereka harus terhenti karena Fahran menubruk Fiona yang tengah membaca novel di tengah jalan.

Bruk

Novel milik Fiona terjatuh dengan keadaan tertutup membuat Fiona menggeram kesal. Dia menatap tajam ke arah Fahran dan Fahran langsung ciut ketika melihat Fiona yang menatap tajam dirinya. Tapi dirinya menekan rasa ciut dengan membentak adik kelasnya--Fiona.

“Lo itu kalo jalan pake mata! Gak liat semua orang nyingkir ketika kita lewat?” bentak Fahran menekan rasa ciut dan menetralkan rasa takutnya untuk menatap balik.

“Dimana-mana jalan itu pake kaki bukan pake mata! Itu otak lu di simpan dimana hah?! Suka-suka gue lah emangnya lo pemilik koridor ini hah?!”

Semuanya diam menahan tawa melihat Fahran yang mendadak diam ketika berdebat. Fiona menatap sinis lalu hendak berjongkok untuk mengambil novelnya. Tapi sebelum dia menyentuh novelnya, novelnya sudah di injak oleh sepatu adidas hitam. Fiona menggeram kesal dengan emosi yang sudah di ubun-ubun kepalanya yang siap untuk meledak.

“Tolong lepaskan kaki anda sebelum saya melepaskan kaki anda dari novel saya”

Glek. Aidan dan Ilham menelan salivanya susah payah ketika melihat adiknya memakai bahasa formal. Itu tandanya Fiona sudah marah dan tak main-main dengan ucapannya. Rangkulannya di bahu Fahran terlepas hingga Fahran bebas bergerak dengan kaki yang masih menginjak novel. Bahkan, dia menekan injakannya hingga cover dari novel tersebut sudah rusak dan kotor.

“Untuk terakhir kalinya. Tolong lepaskan Kak Fahran Ghanisyah Dartana untuk melepaskan kaki anda sebelum saya yang melepaskan kaki anda dari novel saya”

Fiona kembali ke posisi awal yaitu berdiri dengan tegap dengan menyilangkan tangannya di dada dan menatap tajam Fahran membuat The FARIDA bergidik ngeri.

“Kalo gue gak mau?” tantang Fahran mengangkat dagunya angkuh.

Fiona tersenyum miring dan tatapannya masih tajam. Sudah lama dia tidak memplampiaskan unek-unek 'nya dengan memukul. Dia harus fikir ulang karena ini masih MOS, tidak mau berurusan dengan BK tapi sesekali bolehlah ya?, pikir Fiona.

“Mending angkat kaki lu dan pada hitungan ke tiga gue yang akan lepas kaki lo dari novel gue. Gimana?” tawar Fiona dan Fahran hanya diam sambil menatap remeh.

“Satu...” Fiona menahan senyumannya dan diam-diam pemanasan di sekitar tangan, bahu, dan punggungnya. Tangan Fahran menangkring di bahu Fiona membuat kesempatan semakin besar.

“Dua ...” Aidan dan Ilham terbelalak kaget lalu dengan bisikan pelan menyuruh yang lain mundur beberapa langkah untuk memberi ruangan untuk Fiona dan Fahran.

“Ti--"

BRAK!!!

Hitungan ke tiga Fahran belum selesai ketika Fiona menarik tangan yang menangkring di bahunya lalu dia banting Fahran dengan cukup kuat sehingga di sekitarnya memekik kaget terutama siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor kelas X.

Well, gue gak pernah main-main dengan ucapan gue. And, be carefull with me and See you Fahran Ghanisyah Dartana”

Fiona memungut novelnya kembali lalu dengan acuh dia berjalan menabrakkan bahunya ke bahu sang kakak kembarnya yang melongo.

"Now be carefull with me The FARIDA and See you next time” teriak Fiona membuat The FARIDA membeku di tempat beberapa detik.

“Aww shh” ringisan Fahran menyadarkan The FARIDA yang membeku lalu dengan panik membopong tubuh Fahran yang masih tergeletak di lantai dingin koridor kelas X.

Mereka membawa Fahran ke UKS yang lumayan dekat dengan di antara koridor kelas X, koridor kelas XI dan koridor kelas XII.

Ringisan tak henti-hentinya keluar dari bibir tipis Fahran sambil menggeliat tak nyaman di brankar UKS membuat The FARIDA cemas dan kesal. Mereka duduk mengelilingi brankar Fahran.

BUG!!!

“JING!! SAKIT SETAN!!” dengan tak berdosanya Rafka menonjok bahu Fahran yang membuat dia memekik kesakitan.

“Berisik tau kak!” ucap Iqbal ketus karena kesal Fahran tak henti-hentinya meringis.

Iqbal beranjak lalu pergi keluar UKS. Aidan menoleh dan kernyitan bingung menghiasi dahinya.

“Kemana dek?” masih ingatkah kalo Iqbal itu paling muda hingga di panggil adik.

Iqbal berbalik, “Ke kelas. Oh iya buat kak Fahran GWS” dia melanjutkan langkahnya, tiba-tiba dia berhenti melangkah lalu berbalik dengan seringai jahil di wajahnya. “Gak mati aja sekalian?” Iqbal segera berlari menghindari Fahran yang akan menceramahinya.

Fahran melotot sedangkan yang lainnya tertawa.

“Dasar Iqbal laknat, untung gue sayang. Dan ini gara-gara cewek mungil tenaga kuli! Awas aja lo gue bakal bales perbuatan lo itu”




A/n: maafkan author yang late update :(. Author kena writers block atau gak ada ide. Dan ini gara" doi #malahcurhat #plak
Im so sorry, guys :(
Tinggalkan jejak kawan... Loveyouu...

FIONAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang