13. Girl

188 12 3
                                    

Minal Aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin
**
Mulmed Ethan Dolan as R.IlhamUlhaqS.
Grayson Dolan as R. AidanUlhaqS
***
'Mampus gue!' batin Fiona gugup saat di tatap oleh teman sekelasnya



Happy reading!!
****
Disinilah dia berada di backstage panggung Aula yang sudah di sulap sedemikian pula. Beberapa anak OSIS kelas 12 berseliweran dan juga perwakilan kelas X lainnya. Mulai dari kelas IPA, IPS, dan Bahasa yang berjumlah 30 orang, termasuk Fiona.

Berbeda dengan anak yang lain, Fiona justru tetap tenang dengan memikirkan lagu apa yang akan dia bawakan dan mengingat kembali kunci-kunci gitar, juga tak lupa mempersiapkan hatinya. Karena bernyanyi sambil memainkan gitar hanya membuka kenangan indah bersama Adrian.

Di tempat lain

The FARIDA kecuali Ilham berbondong menuju UKS, dimana Ilham pingsan gara kucing.

Cklek

“Oi! Buruan kek masuk jangan berhenti di tengah jalan! Liat yang di belakang dong! Nih pada macet nying” keluh Fahran yang berada di depannya dan langsung mendorong sahabat yang berada di depannya dengan sekuat tenaga.

Berhubung di depannya adalah Rafka –yang sedang asyik memainkan kucing kesayangan Iqbal– langsung jatuh dan menimpa Daniel lalu menimpa Iqbal dan terakhir menimpa Azka. Mereka jatuh dengan posisi err .... tidak elit.

“Pada bangun napa! Lo pada berat tau! Bal bangun, ish!”
“Aduduh geli jangan gerak-gerak di punggung gue juga kali Dan”
“Rafka bangun jan enak-enakkan tidur di punggung gue”

Sedangkan Aidan?

Cekikikan. Aidan duduk di samping Ilham yang tengah tidur dengan kepala di pangkuan Aidan sambil di elus rambutnya. Ilham hanya tersenyum geli sambil menikmati elusan di kepalanya.

“Bantuin kek malah cekikikan dan lo juga malah enak-enakan di elus-elus” Ilham hanya memeletkan lidahnya lalu meringkuk seperti janin. Aidan hanya geleng-geleng kepala melihat adiknya yang tidak mau di tinggal saat sakit dan ingin di manja.

Di saat kembar laki-laki gengsi untuk mengkhawatirkan atau memperhatikan di saat sakit. Berbeda dengan Aidan dan Ilham, tidak peduli dengan anggapan orang lain tentang mereka. Mereka berdua tetap memperhatikan di saat mereka sakit, bahkan jika tidak bisa tidur sendiri di kamar mereka biasanya mereka tidur berdua sambil memeluk satu sama lain. Bukannya gay, tapi kebiasaan dari kecil.

Jika ada yang bertanya 'Kenapa gak gengsi sama sekali?'. Mereka berdua tersenyum lalu merangkul satu sama lain.

'Kata Bunda, kalo mau menunjukin rasa sayang kita sama orang lain, jangan gengsi, karena gengsi, hanya akan membutakan emosi kita dan selama orang yang kita sayang masih ada, tunjukkan rasa sayang kita sebelum rasa penyesalan yang mendatangi kita'

Kembali ke cerita.

Satu per satu bangkit dengan wajah sebal, terutama kucing milik Iqbal yang sedari tadi menatap sengit ke Rafka dan langsung mengeluskan badannya ke kaki Iqbal dan Iqbal langsung menggendong kucingnya lalu di simpan di atas meja.

“Udah gak apa-apakan ham?” Ilham hanya mengangguk. Dia menengadah menatap Aidan.

“Bang..” Aidan hanya berdeham karena sedang menjawab pertanyaan tentang Ilham yang masih terlihat lemas. “Ish! Abang!!”

Aidan menunduk menatap Ilham yang sedang mengerucutkan bibirnya, “Kenapa ion?”

Ilham menunjuk gelas yang berada di atas nakas dengan lirikkan matanya. Begitu paham, Aidan mengambil gelas yang di atas nakas lalu dengan telaten membantu Ilham untuk meminumnya.

FIONAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang