12. Boy

203 12 0
                                    

“Apa kau membalasku dengan cara dulu yang aku lakukan padamu?” lirih Delia menatap kepergian Aidan dan Fiona.



Happy reading! (P.s: baca author note di bawah ya. Penting)
**
Aidan dan Fiona menyusuri koridor kelas X dan mereka berdua berhenti di depan X IPA 3.

Aidan melepaskan rangkulannya lalu mendorong Fiona agar masuk ke dalam kelasnya. Fiona merengut kesal karena ulah Aidan.

“Abang!” ucap Fiona tajam menekankan katanya membuat Aidan terkekeh melihat Fiona yang marah karena ulahnya. Aidan menaikkan satu alisnya dan tersenyum geli melihat Fiona yang kesal padanya.

“Hm, kenapa sayang?”

Fiona menatap tajam Aidan dan Aidan hanya memberikan cengirannya.

“Belajar yang rajin dan jangan bolos MOS! Awas loh ya!”

Aidan mengacak pelan poni Fiona lalu dia pergi meninggalkan Fiona yang masih berdiri di ambang pintu kelasnya.

“Punya abang kok labil banget ya?” Fiona menggelengkan kepalanya sambil menatap Aidan yang berjalan santai dengan di iringi siswi yang menatap Aidan memuja.

Kemudian, Fiona masuk ke dalam kelasnya dengan wajah datar sambil mengacuhkan tatapan dari kelasnya.

**

Aidan melangkahkan kakinya menuju ruang Osis.

“HUAA!! SONO JAUH-JAUH DARI GUE!!”

Tiba-tiba Ilham berlari ke arahnya dan bersembunyi di punggung Aidan. Aidan mengernyit bingung lalu menoleh sedikit ke belakang punggungnya -dimana Ilham bersembunyi-

“OI! Ngapain sih dek main ngumpet bukannya siap-siap bina anak MOS malah jejeretean teu puguh*" ucap Aidan menarik Ilham untuk berdiri di sampingnya tapi Ilham malah memeluk dari belakang sambil mencengkram kemeja seragam putih Aidan. Reaksi Ilham seperti ketakutan.

Ilham oh Ilham! Where are you? Ready or not, im coming"

Ilham semakin mencengkram kemeja seragam milik Aidan, wajahnya pucat pasi, dan keringat dingin sebutir jagung mengalir dengan mulus dari dahinya. Itu membuat Aidan curiga.

Ilham melepas pelukannya lalu menarik tangan Aidan, “Bang, ayo keluar!”. Aidan menahan tangan Ilham yang ketakutan dan Aidan semakin bingung. “Nanti di ceritain, sekarang kita--”

BRAK!!

Pintu ruang OSIS tertutup dan langsung terkunci dengan sendirinya membuat si kembar terkaget-kaget. Tanpa sadar mereka berpelukan erat.

Meow

Aidan dan Ilham sontak menelan salivanya susah payah karena merasakan monster itu menggesekkan tubuhnya di kaki jenjang mereka berdua.

“Dek, lihat ke bawah barengan ya. Mungkin aja ini halu kita berdua” Ilham mengangguk saja karena monster ini terus menerus menggesekkan tubuhnya di kakinya. Meski geli dengan bulunya tapi rasa takut Aidan dan Ilham mengalahkan rasa geli yang hinggap di benak mereka.

Perlahan mereka menunduk untuk melihat itu.

“AAAA!!!!” jerit Aidan dan Ilham saat melihat monster di kakinya dan langsung naik ke atas meja terdekat. “Singkirkan monster ini!”

“Bwahahahaha” suara tawa berderai di ruang OSIS.

Rafka, Fahran, Azka, dan Iqbal muncul entah dari mana yang itu membuat mereka menoleh ke arah sumber suara. Mereka berempat tertawa terbahak-bahak melihat si kembar yang takut dengan kucing peliharaan Iqbal -yang kini sedang menggendong kucing anggora berwarna kuning gendut-

FIONAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang