BERTEMU SI RATU LEBAH

802 22 0
                                    

"Eris, Phil, waktunya sarapan!"

Eris yang baru saja selesai mengikat rambutnya menjadi dua kepang panjang bergegas keluar kamar. Phil tampak jengkel. Di bagian pundak jaketnya terdapat noda berwarna putih tulang yang kelihatannya sulit dibersihkan. Eris mendapati sebotol cat rambut semprot yang terguling di atas kasur kakaknya, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Ya ampun, ngapain kau memakai itu?"

"Diam!" kata kakaknya sinis.

"Kau mau ke sekolah cari pacar baru, ya?"

Phil mendelik pada adiknya. "Please, jangan beri tahu Ayah atau Ibu."

"Eris! Phil!" suara Ibu kembali memanggil. "Jangan biarkan aku membeku di sini kedinginan!"

"Datang! Datang!" sahut Phil, menarik tubuhnya ke atas pegangan tangga, lalu meluncur dengan cepat ke bawah. Eris berlari mengikutinya. Ibu mereka sedang meletakkan satu tangannya di atas meja, menggeleng-gelengkan kepala. Kacamata bersisi runcingnya tampak miring, dan rambutnya sedikit berantakan.

"Phillip, kau bisa mematahkan tulang-tulangmu kalau sampai jatuh! Dan apa yang terjadi dengan—"

"Bu, aku ini tidak pernah absen latihan fitness, mana mungkin aku mematahkan tulang semudah itu!" ujar Phil. "Oh, soal putih-putih itu biar kutangani nanti!"

"Aku sudah menduganya!" kata Mr Amberson, menenggak kopinya banyak-banyak sambil merapikan dasi. "Phillip akan menemui teman kencannya sepulang sekolah nanti. Ya, kan, Phillip?"

Muka Phil langsung bersemu merah. "Yah, itu tidak benar!"'

"Tidak, tidak masalah buatku," kata Mr Amberson. "Kau sedang menjalani kehidupan remajamu, Nak. Kau tidak akan pernah lagi merasakannya setelah kau jadi tua, rambutmu memutih, dan kulitmu menjadi kendur. Lihat? Aku dan ibumu sendiri terlalu tua untuk merasakannya lagi, tapi kami tak pernah melupakan saat kencan pertama kami."

"Oh, George!" kata Mrs Amberson, mengikat ulang rambut keriting pirangnya.

"Ya, saat itu dia tidak berhenti membicarakan betapa kerennya rambut merahku!" ujar Mr Amberson sambil terkikik-kikik. "Ingat waktu aku membawamu ke pesta tahun baru itu, kan, Sally?"

"Mungkin sudah waktunya anak-anak berangkat, Georgie," kata Mrs Amberson tegas. "Kau akan mengantarkan Eris dan Phil ke sekolah baru mereka, ingat?"

"Ya, ya," kata Mr Amberson. "Kalian tak usah khawatir. Mana mungkin aku bisa lupa."

Eris merapikan kepangannya sambil mengunyah roti panggang isi kornet. Tiba-tiba, Mata Mrs Amberson melayang kepadanya.

"Oh, tidak, Eris, kau tidak bisa bergaya seperti itu!"

"Memangnya kenapa, Bu?" tanya Eris heran.

Mrs Amberson menegakkan punggung putrinya, lalu menyuruhnya berdiri. Setiap inci pakaian Eris diamatinya, mulai dari kaos tim Glasgow Celtics dan celana kain yang dikenakannya, sampai rambutnya yang dikepang.

"Uhm, no way! Kau terlihat sangat tidak pantas dengan baju seperti itu..."

"Ayolah, Bu, aku bangga sekali mengenakan kaos tim ini. Kau tak pernah melarangku sebelumnya," keluh Eris.

"Tidak, tidak. Di sekolah barumu kau akan mendapat banyak sekali masalah. Kau harus tampil sedikit lebih... Amerika."

Eris menyeringai. "Well, apanya yang salah? Banyak anak-anak Amerika yang berpakaian seperti ini. Sudah tiga hari sejak kita pindah ke sini dan aku selalu memperhatikan sekeliling. Tak ada yang salah dengan pakaianku."

Elfworld: Kerajaan di Bawah BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang