BALADA SPRITANIUM DAN LONELY ISLANDS

104 3 0
                                    

River sama sekali tidak menyukai kesan pertama itu, tapi ia berusaha agar tidak kelihatan gentar.

"Siapa kau?" tanyanya pada pria kecil di atas lebah madu itu.

"Ya ampun, Manusia ini rupanya benar-benar kurang sopan santun," pria kecil itu terkekeh, namun di telinga River, suaranya seperti kodok kecil yang menguak di musim hujan. Pria itu kemudian menyuruh anak buahnya untuk menurunkan tombak dengan gestur anggun. River sadar bahwa manusia-manusia kecil itu tadi hanya bermaksud menggertak, namun ekspresi serius dengan dahi berkerut masih bertahan di wajah mereka yang berkulit hijau keunguan seperti talas.

"Tidak baik bagiku berkenalan dengan makhluk asing, terutama yang datang melalui portal. Oh, demi kepinding, tentu saja—banyak makhluk gelap yang datang melalui portal akhir-akhir ini, tapi sudahlah," pria kecil itu mendesah, lalu mengangkat sedikit dagunya. "Bila memang harus menyebutkan nama, aku akan melakukannya dengan senang hati untukmu, Manusia. Perkenalkan, namaku Pozzle. Aku adalah pemimpin pasukan pengawal Sprite yang bertugas menjaga keamanan ibukota. Kami berada di bawah perintah Ratu Gardenia, ratu dari semua Sprite."

"Puja Sang Ratu, semoga dia dilindungi Sihir Kekal!" seru anak buah pria kecil itu serentak.

"Semoga Sihir Kekal selalu bersamanya," kata si pria kecil bernama Pozzle itu pelan, lalu melanjutkan, "Sebuah kabar sudah tersiar ke telinga kami, pasukan penjaga, bahwa akan datang para Penjaga Kunci dari dimensi lain bernama Bumi kepada kami. Ratu adalah seorang bijak. Beliau sudah mendeskripsikannya dengan sangat baik pada kami. Namun, kami tidak menduga bahwa yang datang adalah—yah—Manusia."

Ada nada jijik yang tak bisa disembunyikan dalam suaranya. Situasi menjadi agak kaku, sehingga mau tidak mau, River mencoba meluruskan.

"Yah, mohon maaf, Tuan, kalau ternyata deskripsi Sang Ratu padamu tidak sesuai dengan perkiraanmu," kata River hati-hati.

"Oh, tidak, Ratu sudah mendeskripsikannya dengan sangat baik, sehingga mungkin bisa jadi kami yang terlalu bodoh untuk memahaminya," sergah Pozzle, kesal sendiri karena River bermaksud mengoreksinya. "Ratu sendiri yang mengumpulkan kami di aulanya, lalu menyampaikan isi wangsit yang diterimanya pada malam bulan ketujuh Spritannia. Akan datang para Penjaga, yang salah satunya berambut kuning keemasan seperti gurun pasir, sehingga sudah pasti makhluk itu adalah dirimu, bukan? Dan yang satunya lagi adalah seorang gadis, berambut merah layaknya api, yang—"

Seketika River teringat dengan Eris. Ia celingukan sendiri, sebelum akhirnya sadar bahwa Eris jatuh ke lubang bersamanya. River pun berbalik, menemukan Eris terbaring beberapa meter darinya dengan keadaan menelungkup. Rambut merahnya tergerai jatuh menutupi mukanya.Ia menyentuh dahi Eris dengan punggung tangannya yang gemetar untuk memeriksa keadaan cewek itu. River menelan ludah.

"Eris?" bisik River sambil mengguncang punggung Eris perlahan. "Bangun!" Namun Eris tidak bergerak, dan napasnya terdengar pendek-pendek. Darah yang mengalir dari hidungnya sudah mengering, namun lebam di lututnya tampak semakin biru. Lukanya terbuka lagi.

"Well?" Pozzle bertanya. "Sepertinya temanmu sudah mati, Manusia."

"Tidak, dia tidak mati! Dia hanya terluka!" tukas River, mendadak emosinya tersulut. "Tolong dia, please! Kami habis bertarung dengan para Gargoyle dan Silvan di Sabana Antar Dunia. Dan... dan... ada Wyrm juga yang mengejar kami! Tolonglah, Sir."

"Baiklah, baiklah, jangan menangis di sini, Manusia. Aku jadi semakin jijik padamu," dengus Pozzle. Lalu, katanya kepada anak buahnya. "Perintah darurat! Bawa Manusia-manusia ini—terutama yang berambut merah itu ke Paviliun Penyembuhan! Carikan perawat dan tabib! Setelah itu, kabarkan pada Dewan Penasihat Ratu bahwa kita sudah mengamankan para Penjaga. Sampaikan juga bahwa pertemuan dengan Penjaga akan segera dilakukan setelah keduanya pulih."

Elfworld: Kerajaan di Bawah BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang