JALAN LAIN YANG HARUS DITEMPUH

231 6 0
                                    

Maafkan aku sebagai penulis yang payah dan tidak kompeten karena terlalu lama sekali membuat kalian menunggu. Hiks. Ah, dan sempat juga kulihat di kolom komentar bahwa ternyata banyak yang menyukai kisah ini juga ternyata, hehehe. Aku mohon maaf sekali karena hiatus lama sekali hingga dua tahun. Sungguh, bukan waktu yang bisa dibilang wajar bagi penulis untuk vakum dari kepenulisan.

Banyak halangan yang kualami selama menyelesaikan kisah ini. Kuliahku, terutama, dan sekian lama menjalani kehidupan di dunia kerja, telah membuat imajinasiku nyaris mati. Ah, tapi itu semua sudah berlalu. Aku kembali lagi sekarang, dan doakan aku akan  tetap konsisten.

Terima kasih bagi yang sudah memasukkan kisah ini dalam daftar bacaannya. Aku sangat menghargai kalian yang telah menjadi pembaca setiaku. Kalian pasti sudah lama ingin melanjutkan petualangan bersama Eris, River, dan Primrose. Selama aku hiatus, aku juga banyak belajar tentang tata cara menulis. Aku juga akan melakukan beberapa perubahan pada bab-bab awal seperti memperbaiki tipografi dan cover yang baru. Ya, cover yang lama kurang sesuai dengan tone ceritanya, menurutku. Mungkin akan ada perubahan lagi setelah kisah ini selesai. Ah, sudahlah. Tanpa berlama-lama lagi, inilah lanjutan kisah ini untuk kalian!

Salam penuh maaf,

Penulis.

***

Pernahkah kau mengalami mimpi buruk? Pernah? Ya, aku sering mengalaminya juga, terutama ketika sedang cemas atau mengalami tekanan hidup yang belum bisa kuselesaikan. Aku tidak pernah percaya bahwa mimpi buruk sebagai suatu pertanda, tapi aku percaya bahwa mimpi diciptakan sebagai rekap dari masa lalu yang kelam. Betapa indahnya tidur tanpa mimpi, karena kau tidak perlu takut memejamkan mata dan tenggelam dalam masa lalu. Mimpi buruk biasanya akan hilang saat kita mendengar burung berkicau di pagi hari atau seorang ibu menggugah kita dengan lembut.

Sedangkan bagi anak seperti River, mimpi buruknya bisa hilang apabila ayahnya meneriakinya pagi-pagi, lalu menyuruhnya membereskan sisa-sisa pertengkaran di pub. Tak jarang River menemukan seorang pria teler yang hanya mengenakan celana kolor atau tertidur pulas dan mendengkur seharian. Sampai kemudian, seorang istri akan datang dengan rambut setengah dirol sambil marah-marah dan mengomel. Tapi di rumah Ursula, River bangun tepat ketika hidungnya mencium aroma nektar yang manis dan sesuatu yang dipanggang di dalam api. Kedua matanya mengerjap terbuka dan ia menggeliat, meluruskan sendi-sendinya yang kaku seraya menguap lebar-lebar.

Ursula datang menyeberangi ruang tamu, membersihkan debu-debu di perabotnya sambil bersenandung. Ia mengenakan celemek anyam berwarna hijau lumut dan rambutnya yang putih-perak diikat tinggi-tinggi menyerupai sanggul. Gaunnya kini berwarna biru satin dan memiliki hiasan daun-daun keemasan. "Selamat pagi, Pangeran Tidur!" sapanya dengan suara semerdu nyanyian beluga. "Sarapan sudah hampir siap, kalau kau sudah tidak sabar! Bagaimana tidurmu, Nak?"

"Luar biasa," jawab River sambil menguap lagi. "Aku merasa sembuh seperti sediakala. Terima kasih—"

"Ehhh, tut-tut-tut, jangan mengucapkannya terlalu cepat, Nak," tukas Ursula. "Pertama-tama, aku ingin kau memutar sendi bahumu. Yak, seperti itu. Benar. Bagus sekali, Nak. Kau merasa pegal? Tidak? Bagus! Mari kita minum antibiotik terakhirmu."

"Wow! Kalian di Necropolis memproduksi antibiotik?" River berkomentar.

"Ah, aku tidak paham apa maksudmu, Nak," kata Ursula, "tapi sejak aku tinggal di sini, aku sudah menguasai tata cara membuat antibiotik. Apakah kalian di Bumi juga mempelajarinya?"

"Eh, melalui ilmu kedokteran, mungkin..." sahut River tidak yakin. "Aku belum pernah melihatnya secara langsung."

"Aku sudah," kata Ursula. Ia merogoh sebuah botol dengan cairan berwarna hijau gelap yang menggelegak seperti lumpur hidup, lalu membukanya. Aroma campuran ikan basi dan jamur di atas rumput membuat River mengerutkan hidungnya secara spontan, tapi Ursula tampaknya tidak peduli. "Satu tetes saja, Nak. Jangan khawatir, setelah ini kau akan benar-benar pulih. Ramuan antibiotik ini terbuat dari esens cicak darat Lizardycon dan lintah penyedot nanah dari Rufflebroncle! Bahan-bahan paling mujarab dan paling mahal di seluruh dimensi! Aaak... buka mulutmu!" Ursula mencengkeram rahang bawah River begitu kuat sampai River bisa merasakan gusinya berdenyut, sehingga mulutnya terbuka. River menutup matanya selagi antibiotik itu mengalir dari ujung lidahnya menuju kerongkongan. River merasa lehernya terbakar dan tercekik.

Elfworld: Kerajaan di Bawah BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang