Eris terbangun kesiangan keesokan paginya. Seluruh badannya terasa sakit dan pegal. Saat ia membuka pintu kamar, secara bersamaan, Phil keluar dari kamar mandi. Seringai lebar terbentuk di wajahnya.
"Good morning, Sunshine!" katanya dengan nada paling menyebalkan yang pernah didengar Eris. Kejadian di pesta semalam membuat Eris harus berkali-kali menahan keinginannya untuk meninju wajah Phil sampai gepeng. Sebagai gantinya, Eris memilih untuk mengabaikan kakaknya, lalu turun dengan malas untuk sarapan. Ia tiba di dapur ketika Mrs Amberson mengumumkan bahwa ia baru saja menang taruhan poker.
"Oh, demi Tuhan, Sally!" seru Mr Amberson, nyaris menumpahkan kopinya saat istrinya datang dan memberitahunya kabar gembira tersebut. "Sungguh tidak disangka-sangka! Tapi, tunggu, kapan kau bermain?"
"Sewaktu kau bermain bingo semalam, seorang wanita menawariku main poker," sahut Mrs Amberson, tenggelam dalam kebahagiaan yang berlipat-lipat. "Aku main saja, tidak berpikir kalau bakalan menang, tapi ternyata keberuntungan berpihak padaku! Kita tidak hanya memenangkan taruhan uang, tapi juga mobil mewah! Gila, bukan? Oh, Georgie, kita harus pergi untuk mengambil hadiahnya! Selesaikan acara minum kopimu dan segera berganti pakaian! Dia hanya punya waktu pagi ini, kalau kita tidak bergegas pergi, hadiahnya akan berpindah tangan!"
"Apakah tidak terlalu pagi?" tanya Mr Amberson. "Jangan-jangan dia menipumu!"
"Tentu saja tidak!" tukas istrinya. "Wanita itu adalah wanita terhormat! Dia adalah istri dari bos perusahaan ternama di Amerika! Aku menyaksikan sendiri wajahnya yang kecewa berat saat aku menyapu bersih taruhannya!"
"Baik, baik, biarkan aku menghabiskan selembar koran lagi," kata Mr Amberson sambil geleng-geleng kepala. "Taruhan poker, eh? Aku harap lawan mainmu itu benar-benar memberi kita Aston Martin dan bukannya mobil plastisin!"
"Oh, ya, tentu saja Ibu memang banyak," kata Phil, berjalan santai memasuki dapur. Rambut merahnya kini berdiri tegak seperti duri landak. Tampaknya dia terlalu banyak mengenakan hair gel. "Ibu pernah memenangkan microwave baru dan sekotak salami waktu acara jalan sehat, kan?"
Eris memutar bola matanya dengan jengkel sembari menenggak jus jeruknya sampai tandas. Kalau Phil sudah betul-betul keterlaluan, dia tidak akan pernah memaafkan kakaknya itu seumur hidupnya. Untung Mrs Amberson juga tidak menganggapnya lucu.
"Ha ha ha, leluconmu semakin baik saja, Phil!" katanya sarkastis. "Ibu yakin kita menang besar! Uang sejuta dolar, katanya! Kita bisa membeli secara resmi tanah pekarangan di belakang rumah dan menjadikannya kebun hidroponik! Bayangkan betapa suksesnya nanti!"
"Oke, oke, Sally, kita berangkat!" kata Mr Amberson yang baru saja keluar dari kamar sudah rapi mengenakan jas dan topi fedoranya. Sementara itu, Mrs Amberson buru-buru membetulkan rambut dan riasan wajahnya, kemudian mengenakan mantel bulu paling mahal berwarna krem yang pernah dibelinya.
"Aku siap menyusul kemenangan!" dia mendeklarasikannya seperti William Wallace, pejuang Skotlandia, yang menyongsong pertempuran dengan kerajaan Inggris.
"Phil, Eris, kalian jaga rumah selagi aku dan ibu kalian pergi, oke?" Mr Amberson memperingatkan anak-anaknya. "Pokoknya, jangan sampai ada barang yang pecah atau jejak kaki di lantai, atau aku tidak akan segan-segan menghukum kalian. Paham?"
"Hokidoki!" balas Phil.
"Paham, Yah," sahut Eris, menatap kakaknya dengan pandangan sinis. Ingatan dipermalukan di pesta ulang tahun Rose dan ditertawakan oleh kakaknya sendiri langsung melintas lagi dalam benaknya.
Setelah mobil yang dikendarai Mr dan Mrs Amberson melaju pergi, Phil membaringkan dirinya di atas sofa sambil bersorak.
"Oh, yeah! Aku menguasai TV!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfworld: Kerajaan di Bawah Bumi
FantasyEris Amberson, seorang remaja Skotlandia yang berasal dari keluarga nomaden, baru saja pindah ke New Jersey dan sibuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru ketika tiba-tiba ia menemukan sebuah kunci ajaib. Tanpa disangka-sangka, sejumlah kejadian...