SEORANG TEMAN YANG TAK TERDUGA

568 22 14
                                    

Mari kita lanjutkan.


Setelah kejadian yang mengakibatkan rumahnya hancur, Eris bersumpah dalam hati bahwa kalau dia sudah bekerja nanti, uangnya akan dialokasikan untuk membangun rumah yang kuat dari serangan Gargoyle. Memang konyol, tetapi sulit rasanya berpikir normal di saat-saat seperti ini. Cukup lama berjalan cepat membuat kakinya semakin kaku, bukannya semakin baik. Eris hanya berharap dukun kenalan Primrose itu cukup bebaik hati untuk memberinya secangkir coklat panas atau teh dengan biskuit untuk meringankan pikirannya.

Hutan yang dituju itu kelihatan kuno sekali. Eris jadi teringat film-film horor yang pernah ditontonnya karena dipaksa oleh Phil. Pohon-pohon yang sudah kering dan kebanyakan kayunya lapuk membentuk postur-postur aneh bagaikan pilar-pilar kuil kematian. Udara yang dingin dan pengap juga menambah aura mistis di dalam hutan itu. Suara burung hantu di dalam batang pohon dedalu tua mengagetkan Eris.

"Flare, aku takut," ia berbisik pada kunci itu.

Flare memunculkan pendar lemah, namun cukup terang untuk membuat Eris merasa lebih baik. Cahaya tunggal yang diciptakan Primrose begitu redup bila dibandingkan dengan pendar Kunci Api. Untuk sesaat, Eris berhasil melupakan rasa sakit di kakinya. Dipandangnya River sekilas. Ia masih tidak sadarkan diri. Sesekali ia menggigil karena demam.

Primrose akhirnya berhenti di sebuah pohon ash yang kayunya setengah terbakar. Ia kemudian menyuruh Eris mendekat.

"Ini pohonnya," katanya.

"Lalu, bagaimana kita membuka portalnya?" tanya Eris.

"Dekatkan kuncinya," kata Primrose. "Kuncimu."

Flare berkedip-kedip meyakinkan. Ketika Eris mendekatkannya pada batang kayu ash tersebut, hologram yang berbentuk Rune muncul di permukaannya. Primrose kemudian mengetuk kayu ash itu tiga kali dan berkata, "Rìoghachd na talmhainn."

Ada perasaan aneh dalam diri Eris. Ia tahu kalimat itu pernah dibacanya di kotak musik tempat Primrose menyembunyikan Flare, dan spontan bertanya, "Hei, mantra apaan sih itu?"

"Artinya united land—tanah persatuan," jawab Primrose. "Kalimat itu adalah semboyan Elfworld, dimensi ajaib yang memisahkan dunia makhluk mistis dengan dunia manusia. Karena kesakralannya, kalimat itu sengaja kugunakan sebagai penyegel dalam kotak musik yang kujadikan penyimpanan agar Kunci Api tidak bisa ditemukan oleh musuh."

"Oooh," kata Eris, manggut-manggut.

Tak lama kemudian, terdengar suara gemuruh dari dalam bumi. Perlahan-lahan, pohon kayu ash yang ringkih itu tenggelam ke tanah sampai tingginya kini hanya selutut Eris, kemudian secara fantastis kulitnya yang melepuh terbuka. Tinggallah sisa dahan-dahannya meliuk-liuk membentuk semacam pintu yang berbonggol-bonggol tanpa kenop. Lubang kunci pintu itu cocok sekali dengan bentuk kepala Flare, dengan cara yang mengejutkan. Eris memasukkan Flare ke dalam lubang kunci itu, lalu memutarnya. Dengan sendirinya, pintu itu berayun terbuka ke arah luar. Perlahan-lahan, seberkas cahaya putih menyilaukan muncul dari baliknya. Kemudian, cahaya putih itu menjelma menjadi berkas-berkas multiwarna yang berputar sangat cepat dan bermedan magnet tinggi. Eris hampir tersungkur masuk ke dalamnya kalau Primrose tidak menahannya.

"Hati-hati!" seru Primrose. "Jangan masuk sebelum mengatakan tujuanmu pada portal! Kalau tidak, kau bisa salah masuk dimensi!"

"Wejangan yang bagus," engah Eris, bersusah payah menyeimbangkan diri. "Harusnya kau bilang dari tadi!"

"Itu tadi hanya tes," sahut Primrose, tidak mau disalahkan. "Kau sendiri yang tidak mau bertanya. Portal sihir, bawa kami ke Necropolis!"

Lubang multiwarna yang penuh magnet dalam portal itu seketika berputar lebih cepat. Angin yang diakibatkan putarannya membuat Eris menggigil kedinginan. Butuh waktu sekitar beberapa menit sebelum anginnya berhenti. Celah dalam portal itu lalu berganti menjadi jendela ke sebuah pemandangan yang belum pernah dilihat Eris sebelumnya, seolah-olah portal itu sendiri tak pernah di sana.

Elfworld: Kerajaan di Bawah BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang