MALAPETAKA YANG LAIN

153 4 0
                                    

"Eris! Oiii, Eriiiiiiiissss! Bangun! Kita berpindah dimensi!"

"Ehhh...?"

Mata Eris masih terasa berat ketika ia mendengar namanya dipanggil. Perlu waktu beberapa menit sebelum ia merangsek keluar dari selimut alganya-yang ternyata sudah tidak ada lagi!

"Apa yang... apa yang terjadi?!" Eris tersentak kaget. Kasur alga biru-ungu yang menjadi alas tidurnya juga lenyap, digantikan oleh rumput kering dan gatal yang menusuk kulit, menembus baju polonya. Yang memanggilnya tadi rupanya Primrose. Si Sprite terbang maju-mundur dengan gelisah. Eris mengerjap-ngerjapkan mata, lalu melihat ke sekelilingnya. Pemandangan sabana yang luas dan kering membentang hingga berkilo-kilo meter di depan matanya. Nyaris tidak terdengar angin sepoi-sepoi. Hanya ada suara serangga dan burung berkaok dengan nada tinggi di kejauhan. Udaranya cukup panas, tapi tidak terlalu terik. Langit biru-kuning pucat tak berawan menjadi atap bagi kawasan liar nan hening itu. Jantung Eris berdegup kencang. Panas api dari kunci yang tergantung di lehernya menyadarkannya satu hal.

"Portal!" seru Eris. "Aku... aku pasti menyentuh portal!"

"Mungkin," Primrose mendecakkan lidah. "Kau tidak ingat sama sekali?"

Eris menggeleng. "Aku hanya ingat semalam bermimpi aneh. Aku bertemu dengan ayah dan ibuku saat kalian berdua tidur. Mereka bilang mereka ditawan dalam sebuah sel, tapi..."

"Sel? Apakah mereka mengatakan padamu di mana mereka berada?" tukas Primrose antusias.

Eris bergidik, entah kenapa dia menjadi agak ngeri membayangkan keadaan orangtua dan kakaknya. Flare berpendar kemerahan di balik bajunya, sudah mulai mendingin. Eris mencoba mengingat penggalan-penggalan mimpinya untuk mencari tahu apakah orangtuanya mengatakan sesuatu tentang tempat mereka ditawan, tapi ingatannya sangat parah.

"Sayangnya, nggak," sahut Eris. Disandingnya tas yang diberikan Ursula untuk membawa bekal. Tas selempang kulit yang malang itu tergolek kempes di sebelahnya, dan sepanjang bermalam di Uisgahldomhainn, Eris sampai lupa kalau dialah yang bagian membawa tas itu. "Nah, omong-omong, di mana kita?"

"Dua tahun cahaya dari Uisgahldomhainn," suara River di belakang Eris menjawab. Cowok itu sedang berlutut di atas peta yang terbentang di atas rumput, menyusuri jalur antardimensi dengan telunjuknya. Eris tersentak, spontan berbalik.

"Demi kutil Gargoyle, River!" seloroh Eris. "Sejak kapan kau ada di belakangku?"

"Dari tadi di sini," kata River sambil menoleh. Seringai jahil terlukis di bibirnya. "Omong-omong, kemampuan kamuflaseku ternyata lumayan."

"Bodo amat," cibir Eris. "Kau bilang tadi kita berjarak dua tahun cahaya dari Uisgahldomhainn? Apakah itu artinya kita menyimpang dari jalur perjalanan ke Spritanium?"

"Tadinya, sih, kupikir begitu," kata River. "Tapi setelah kubuka lagi petanya, rupanya kita justru sudah melompat melewati gunung berbatu terjal di Kendrakor, palung tanpa dasar di Samudera Nibiru, dan tumbuhan pemakan manusia di Hutan Aurogenesis. Yah, intinya kita beruntung berpindah ke dimensi ini."

"Tapi, bagaimana bisa?" Eris menggaruk-garuk kepalanya sambil mondar-mandir. "Aku nggak ingat menyentuh Flare sama sekali waktu aku tertidur, atau menemukan portal, atau apapun. Jadi, bukan aku yang mem-booking portalnya. Pasti ada orang lain yang punya kekuatan yang sama atau semacam sihir."

"Itu tidak mungkin!" kata Primrose. "Satu-satunya kunci yang bisa membuka semua portal adalah Kunci Api, karena intinya terbuat dari bahan yang sama dengan ruas-ruas portal."

"Apa mungkin Zargos membuat tiruan Kunci Api untuk menjebak kita?" duga River.

"Tidak mungkin," geleng Eris. "Kunci Api tidak bisa digandakan oleh siapapun, termasuk Zargos. Itulah sebabnya dia mengincar kunci-kunci kita. Benar, kan, Prim?"

Elfworld: Kerajaan di Bawah BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang