Tiga cowok tampan keluar secara bersamaan dari mobil berwarna hitam mengkilap, berdiri sejajar memperhatikan bagunan cafe didepannya. Dengan perlahan mereka melepas kacamata yang sedari tadi bertengger di hidung masing-masing.
"Kita ngapain kayak boy band gagal begini? Berdiri dipinggir jalan pula, mau ngamen?"
Terhempas sudah angan-angan mereka menjadi cowok kece nan keren, gara-gara celetukan konyol dari salah satu mereka.
"Kirun, tai!" Gertak Ali dan Kevin kepada Kirun yang berada diposisi tengah, sedangkan Kirun hanya nyengir tanpa dosa.
" Ya mangap, gue khilap." Ucap Kirun masih dengan cengirannya."Gue kira lo gak pernah khilap, yang lo lakuin kan semua dari hati dan niat lo."Celetuk Kevin yang ditanggapi Kirun dengan menjilat pipi Kevin.
Kirun melarikan diri memasuki cafe."TAI AYAM LO, NAJIS, MANDI PAKE KEMBANG TUJUH RUPA GUE!. AWAS LO, CURUT SINI LO!" Kevin seperti orang gila mengejar Kirun memasuki Cafe.
Dan Ali hanya menggelengkan kepalanya melihat temannya seperti itu. Biasanya ia akan lebih jahil daripada Kirun, namun kini pikirannya masih tertuju pada Prilly, sahabatnya itu sekarang hanya bisa terduduk di kursi roda walaupun hanya seminggu, namun Ali tak bisa melihat prilly seperti itu. Tidak ada lagi Prilly yang ceria dan suka berteriak kencang, memang setelah prilly siuman tadi di Uks sekolah ia menanyakan soal kakinya, saat Jessica menjelaskan bahwa ia harus mengenakan kursi roda selama seminggu, wajah Ayu nya berubah murung, dan hanya menjawab dengan gelengan atau anggukan jika ditanya.
Awalnya Ali ingin membolos bekerja untuk hari ini, namun Prilly menolak ditemani dan memilih mengunci kamarnya, akhirnya Ali pasrah ditarik paksa oleh Kirun dan Kevin.
Ali sungguh menyesal tidak bisa menjaga sahabat tercinta nya itu dengan baik, ia gagal menjaga permata yang papah prilly titipkan kepadanya, ia sungguh gagal terhadap janji-janjinya.
"Gue emang gak pantes menjadi seorang laki-laki sejati." Gumamanya geram, dengan kasar ia meraup wajahnya, lalu mulai melangkah menuju pintu cafe.
Namun sebelum ia mencapai handel, ia tercekat, mematung, dan menahan nafas...
Yang gue liat samar-samar pengemudinya cewek
dan kalo gak salah plat mobilnya..
B 274...
B 274..
"B 274..., cewek?" Gumam Ali memandang mobil putih yang terparkir tak jauh didepan pintu masuk.
"Gak salah lagi, pasti cewek gila itu!" Geram Ali, tangannya mengepal, dan dengan langkah lebar ia memasuki cafe.
"Kevin, lo liat Vera?" Tanya Ali buru-buru kepada Kevin yang sedang mengatur mesin pembuat coffee." Tumben lo nyariin Vera, suka lo?" Ujar Kevin dengan nada mengejek tanpa mengalihkan perhatiannya.
"Lo tinggal jawab aja, liat atau enggak!" Gertak Ali, Kevin terlonjak sahabatnya ini sedang tidak bercanda, ia membalikan tubuhnya dan melihat Ali yang berada di depan mini barnya.
"Tadi gue liat, dia jalan ke ruangan Dimas." Ucap Kevin.
Dengan cepat Ali menuju ruangan Dimas yang berada di bagain belakang Cafe, namun baru saja ia akan memasuki lorong, sudah terlihat Vera sedang berjalan menuju arahnya.
"Hai Ali, cariin aku ya? Ih so sweet." Ujar Vera dengan suaranya yang dibuat imut.
"Lo cewek gila, cewek iblis yang gak punya perasaan. Terkutuk lo!" Teriak Ali tanpa kontrol, suaranya menggema sampai ujung lorong. Untungnya ini sudah jam makan siang, jadi cafe tutup sementara, dan untungnya juga tidak ada yang sedang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective [Boy]friend -End
FanfictionFanfiction Area Don't Copy ⚠ Seperti sepasang sayap terbang terbelai angin, menembus awan melihat betapa banyak hal yang harus mereka ketahui bersama. Hingga debaran itu membakar, mendobrak keras keyakinan pada relung kepercayaan ikatan, entah sej...