Nineteen

6.9K 481 7
                                    


David menemukan Dahlia yang sedang gelisah di dalam kelasnya, terlihat marah penuh umpatan karena panggilan teleponnya terabaikan.

"Dahlia?" Pada akhirnya, David mencoba menyapa.

"Eh, elo, Dav?" Suara Dahlia terdengar gugup, bergetar, dan khawatir secara kentara.

"Lo kenapa, kok dikelas gue?" David yang awalnya hanya berdiri di ambang pintu, melangkah mendekati Dahlia yang berada di samping meja Prilly.

Dahlia terlihat ragu untuk menjawab, cewek itu menggigit-gigit kecil kuku cantiknya, "Anu, itu."

David menjinakkan tatapannya, mencoba terlihat tidak memaksa, "Ngomong aja, siapa tau gue bisa bantu?"

"Lo liat Prilly?" Tidak ada salahnya bertanya pikir Dahlia, "Tadi gue tinggal ke toilet sebentar, dan dia masih baca novel disini. Tapi sekarang gak ada, gue udah coba telepon dia gak diangkat."

Rasanya Dahlia hampir menangis karena kesalahannya meninggalkan Prilly sendirian. Setelah mereka berunding tadi, Dahlia langsung pergi ke toilet, dan tetap mencoba menghubungi Kirun karena rasa khawatir terhadap pacarnya itu mendominasi benaknya, sehingga melupakan Prilly yang menunggu.

Aneh, ini kan sekolahan, mungkin saja Prilly pergi ke kantin, toilet, ataupun perpustakaan. Jadi, kenapa Dahlia terlihat khawatir, Pikir David

"Tenang okay, sekarang kita cari Prilly."

Dahlia mengangguk setuju, handphone miliknya dimasukan ke saku baju seragam, dan mulai mengikuti David yang melangkah ke luar.

••••••

Kevin memegang roda kemudi lumayan mengebut, disampingnya ada Jessica yang sedang menunggu resah dering ponsel Dahlia ataupun Prilly yang kunjung tidak ada jawaban. Sedangkan Ali sibuk menekan perban yang melilit pahanya, perban itu dipasangkan oleh suster tua yang cerewet minta di tampol. Disebelahnya Kirun berhati-hati meluruskan kakinya, lalu bertumpu di kursi depannya, milik Kevin. Cowok itu menatap mata kakinya yang juga diperban seperti Ali, mimik wajahnya sedikit sedih tetapi tetap memakan keripik kentang hasil curianya dari seorang petugas kepolisian. Mereka berdua diobati di Tkp, dan akan menuju ke sekolah sekarang ini.

Wow, matahari sudah hampir menenggelamkan dirinya di belah cakrawala, mungkin sekolah sudah sepi.

Dan wow lagi, mungkin mereka akan masuk kabar berita terbaru.

"Siapa yang panggil polisi?" Ali bersuara, memecah pikiran mading-masing temannya.

Kevin mencoba terkekeh, tapi terdengar canggung, ternyata tidak mudah di keadaan seperti ini, "Gue udah kerjasama dengan Polisi kesiangan itu, lo pikir gue dapet pistol dari mana kalau gak nyogok tikus negara kaya mereka?"

Kirun menggangguk, " Memang itu gunanya uang."

"Mereka gak bisa ditelepon," Ucap Jessica melemah, dia menatap Kevin hampir menangis.

"Jangan bercanda Jess," Ali menyembulkan kepalanya menengok Jessica yang berada didepannya, dia melotot mengerikan.

Jessica terisak, merasa khawatir sekaligus takut dengan wajah Ali yang seram, "Gue gak bercanda."

"Coba hubungi handy talkie Dahlia," Kirun juga berubah jadi panik, dia menurunkan kakinya perlahan.

Jessica menuruti Kirun, mencoba beberapa kali, tapi tetap saja, tidak ada yang menjawab, walau handy talkie Dahlia salurannya sedang aktif.

"Tetep gak bisa,"
Suara cewek itu semakin parau.

Kevin menarik nafas perlahan, dia harus tenang terlebih dahulu sebelum menenangkan orang lain, "Tenang sayang, kita udah mau sampai, kamu tenang dulu ya?"

Protective [Boy]friend -EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang