Eighteen

7.3K 505 10
                                    


Baca juga note dibawah!

Ali menyetir mobil milik Kevin secara ugal-ugalan, terus menambah kecepatan, lalu mengerem secara mendadak, serius Kevin dan Jessica akan menendang pantat Ali setelah mereka sampai.

Dahlia?

Cewek itu lebih memilih menemani Prilly, daripada melihat sesuatu yang buruk tentang pacarnya, dia tidak siap.

"Ali bego, hati-hati ini udah mau masuk perumahan. Anjir gue mau muntah!"
Kevin menggembungkan pipi, menahan dorongan angin yang berasal dari perutnya.

"Ali, hati-hati gak? Atau gue bunuh lo kalo pacar gue kenapa-napa." Sungut Jessica, dan mengelus punggung Kevin. Tetap saja dia harus berpegangan sesuatu, agar tidak terbentur, dan menimbulkan penyok wajah yang tidak keren sama sekali.

"Ini gue juga udah pelan kali, 110Km/jam."

"Bacot kamu mas." Kevin menampol kepala Ali yang berada di kursi kemudi, sedangkan dia dan Jessica berada di belakang, tempat duduk penumpang, Ali rela menjadi supir gila mereka.

"Jalan Manoko No.47, itu ada di daerah perumahan Permata jelek."

Ali bergumam, dengan masih mengendalikan roda kemudi, kali ini dia menurunkan kecepatan menjadi 59Km/jam.

"Serius, itu tempatnya?"

Di depan sana ada rumah jelek yang sama sekali tidak keren, belum ter-cat, dan besi gerbang sudah berkarat, banyak semak belukar disana. Tapi itu No. 47 yang mereka cari.

"Padahal gue pengennya, nge ledakin rumah mewah yang gede kaya istana."

Ali memarkirkan mobil disemak belukar disebrang rumah itu, sangat tipis jaraknya dengan pohon besar yang menyeramkan, kalau-kalau mobil putih honda itu lecet, Ali tak masalah, karena itu milik Kevin.

Dan Kevin tidak protes, hebat!

Ali mematikan mesin, lalu menyambar handy talky yang berada di dashboard, mencari saluran Kirun, dan ternyata masih aktif.

"Cek spider, lo denger gak?"

"Dua penjaga di gerbang, ruang mereka di lorong kanan, gue dilorong kiri." Ucap Kirun seraya berbisik.

"Kita susun rencana, Ali dan gue akan masuk lewat depan, dan kamu Jess, masuk lewat pintu samping itu."

Jessica mengangguk mantap, ternyata cewek itu cukup pemberani juga.

"Tapi kita gak ada senjata."

Ungkap Ali dengan ragu, masalahnya ini masalah dengan Psikopat gila yang menculik seseorang yang gak ada untungnya, bukan dengan sekumpulan anak geng suka tawuran yang sering ia tonjok.

"Siapa bilang?"

Kevin berbalik dan merogoh jok belakang mobil, mengambil beberapa barang yang ia bawa.

"Ini buat kamu."

Kevin menyerahkan tongkat baseball kepada Jessica.

"Fuck, i like this" Seru Jessica seraya mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi.

Kevin menyodorkan Ali sebuah pistol. "Seriusan, lo dapet dari mana, ini ilegal?"

"Calm dude, itu hanya mainan."

Ujar Kevin dengan nada geli, sedangkan dia sendiri juga memegang pistol dan itu juga mainan.

"Oke, kita mulai. Sayang, kamu lari ke halaman samping, waktu aku sama Ali udah berhasil lompat masuk, okey?"

"Ay ay sir."

"Ayo Li."

Kevin dan Ali menurni mobil, lalu mengendap di antara rumput-rumput liar yang menjulang tinggi, menyebrangi jalan dan menempel di balik dinding samping gerbang, memantau keadaan terlebih dahulu, Jessica terus memperhatikannya.

Protective [Boy]friend -EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang