"Assalamualaikum Bun." Prilly mendorong pintu dengan susah payah, ia mengigil hebat, dingin merambat begitu cepat menerjang seluruh tubuhnya, ia basah kuyup.
"Waalaikumsallam.." Bunda Prilly keluar dari dapur masih menggunakan apron, melihat anaknya yang mengigil ia berlari menuju Prilly. "Ya ampun nak, kok basah kuyup gini? Tadi Pak Rulli telepon Bunda pake nomer orang bengkel, mobilnya mogok dan dia bilang kamu dijemput Ali."
Prilly gelisah, Ali tadi meninggalkannya, tak mungkin ia berkata seperti itu."ouh, itu, Tadi Ali gak bawa payung jadi kita ke parkiran mobilnya kehujanan deh." Maafin Prilly udah bohong bunda sesal gadis itu dalam hati.
"Syukur deh, trus Ali nya mana?" Tanya Bunda lagi yang membuat Prilly bertambah kikuk. "Ali pulang duluan bun, takutnya dia juga kedinginan. Prilly juga kedinginan nih bun, bantu Prilly ke kamar mandi dong bun." Gadis itu meringis lebar, mengalihkan pembicaraan agar ia tak terus berbohong.
Bunda Prilly tersenyum ia mendorong kursi roda anak gadisnya menuju kamar mandi bawah, semenjak Prilly sakit bunda Prilly sering berada dirumah, meninggalkan dunia boutique sesaat, dan Prilly senang akan hal itu, karena dia sejak kecil sangat jarang di temani kedua orang tuanya yang memang pembisnis, hanya Ali yang menemaninya dari dulu.
——*——
Gadis itu terduduk diatas lantai dingin menatap lepas ke arah jendela pembatas balkon, pandangannya tertuju pada balkon kamar yang tepat didepan balkon kamarnya.
Balkon kamar Ali, jika Ali ingin bercerita, mengajak bermain, ataupun ingin tidur dengannya selalu saja Ali melompati balkon yang berjarak 1 meter-an itu. Tangan gadis yang ternyata Prilly itu terangkat mengelus kaca besar didepannya, Pandangan miliknya agak terganggu oleh embun yang membasahi kaca itu.
"Ali, lo dimana? Kenapa belum balik juga?" Desah Prilly sendu. "Padahal gue tadi udah nunggu lo disekolah, tapi lo gak dateng-dateng, jadi gue manggil taksi aja. Apa lo lagi sibuk di cafe ya Li?" Ucap Prilly seperti berbicara langsung dengan Ali.
"Kalo tau gitu, gue gak akan minta yang aneh-aneh, biar lo bisa jagain gue waktu gue sakit kaya gini." Jeda sebentar, gadis itu mengatur nafas."Eh tapi gue cuma gak bisa jalan seminggu ya gak Li? Gue kan kuat. Lagaian mobil yang nabrak gue gak sekalian aja sih bikin gue masuk rumah sakit? Kan kalo gue masuk rumah sakit lo bisa nungguin gue terus." Gadis itu menunduk melihat kaki kanannya yang terperban, menggerakannya perlahan kekanan lalu kekiri.
"Gue saat ini sama seperti hujan, hujan yang merindukan bumi, dan gue yang rindu lo."
Dreett
Ponsel milik Prilly yang berada di atas nakas terus bergetar, membuat sang empu merasa terganggu. Perlahan Prilly berpegangan pada kaca, ia berdiri dengan tertatih. "Ashh" Desis nya saat kakinya terasa nyeri, dengan sekuat tenaga dia meraba-raba dinding kamar untuk membantunya berjalan. Sesampainya disamping ranjang ia menghempaskan pantatnya, lalu mengambil ponselnya yang terus berbunyi.
Unknown
Prilly mengerutkan keningnya, siapa?
Tak mau berpenasaran lebih lama, gadis itu menarik tombol hijau bertanda menerima panggilan.
"Hall..."
"Jauhin Ali, gadis manis."
Tut
Terputus sepihak dengan satu kalimat yang terlontar dari sang penelpon. Prilly semakin dibuat bingung.
"Apa pacar barunya Ali?"
•••••••
"Jauhin Ali, gadis manis."
Tut
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective [Boy]friend -End
FanfictionFanfiction Area Don't Copy ⚠ Seperti sepasang sayap terbang terbelai angin, menembus awan melihat betapa banyak hal yang harus mereka ketahui bersama. Hingga debaran itu membakar, mendobrak keras keyakinan pada relung kepercayaan ikatan, entah sej...