Lovely Rain [ 12 ]

790 83 9
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto
Dedicated : Azu_Hime


Shikamaru selalu berkata, ‘Jika kamu punya masalah, selesaikanlah dengan baik.’. Tapi, permasalahan yang aku alami bukanlah perkara yang mudah. Tidak, maksudku Shikamaru sama sekali tidak mengetahui rincian problema yang sedang aku hadapi. Sebenarnya, hal tersebut tidaklah pantas dijadikan bahan permasalahan. Semua itu hanyalah kecelakan. Kecelakan yang mengundang rasa canggung tak berakhir antara aku dan Naruto.

Ya, semua kecelakaan itu adalah salahku. Jika saja waktu itu aku memilih bersabar menunggu Naruto atau meminta bantuan kepada petugas perpustaan, insiden tersebut tidak akan pernah terjadi. Baru saja beberapa minggu kami kembali akrab, selalu saja ada penghalang yang memisahkan.

Ya Tuhan, apakah aku tidak diizinkan berkawan baik dengan Naruto? Lalu, status apa yang pantas aku sandang dengan pria itu?

Tapi, aku merasa nyaman bersama dia. Aku suka berada disekitarnya.

Ya. Meskipun Naruto adalah teman dekatku, Shikamaru tidak melarang atau curiga. Dan bahkan dia sendiri memiliki penggemar disana. Seorang perempuan, yang katanya lumayan cantik dan sangat agresif. Aku tidak tau wajahnya, tapi perasaanku sedikit tenang. Akhirnya kekasihku tidak merasa kesepian ketika aku tak berada disampingnya.

Dan entah mengapa, aku malah bersikap biasa saja atas kejujuran Shikamaru. Aku tidak merasa terbebani meskipun perempuan tersebut begitu terang-terangan memberikan sepucuk surat pada kekasihku. Astaga, mengapa aku tidak cemburu?

“Hinata, ada apa? Makanlah makananmu, itu bukan mainan.”

Ah, lamunanku terlalu panjang sampai-sampai Kak Neji menegur secerewet itu. Jangan tanya mengapa, dia memang selalu begitu. Apalagi sekarang kuliahnya sedang libur cukup panjang, aku khawatir dia akan banyak melarang aktivitasku.

Satu suapan mulai masuk kedalam mulutku. Ku kunyah perlahan, ada rasa pedas mengecap dilidah. Aku lupa nama menu makan malam hari ini, karena Kak Neji yang memasak. Dia membawa menu aneh dari luar negeri, tapi lumayan juga untuk ukuran lidah Asia sepertiku.

“Terimakasih makanannya, aku sudah selesai.” ujar Hanabi kemudian membawa piring dan gelas cucian tersebut ke dalam wastafel, membuatku sedikit melongo sesaat.

“Cepat sekali,”

Kak Neji ikut beranjak, “Kamu terlalu banyak melamun, makanya seperti itu. Cepat habiskan! Setelah itu langsung tidur.” celotehnya tanpa jeda.

Astaga, dasar siscom!


Bel istirahat berdenting sangat nyaring, mengundang kegaduhan yang menyelimuti kelas ini. Aku mulai membenahi buku dan beberapa alat tulis, kemudian memasukkannya ke dalam tas. Ditengah kesibukan, aku melirik kursi di sebelah kiriku. Kursi itu adalah tempat duduk seorang murid pindahan dari kota Kiri, yang sudah menjalani study-nya selama dua bulan lebih. Bangku seorang bocah Uzumaki dengan nama akrab ‘Naruto’.

Lelaki itu terlihat terburu-buru seperti biasa, menghindari tatapanku dengan paras samar-samar memerah. Ya, aku mengerti. Bahkan diriku juga merasa demikian.

Sesaat, kututup pandanganku amat rapat. Kali ini aku akan mencoba menyapa Naruto dan membicarakan semua belenggu diantara kami. Aku ingin Naruto bisa melupakan kecelakaan itu, setidaknya membuat lelaki pirang tersebut bisa bersama-sama denganku seperti sebelumnya.

Aku mulai bergerak bangkit, menggerakkan leherku untuk mengarah tepat pada Naruto.

Mataku terbuka, “Naru—“

[ 12 ] Lovely Rain [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang