Lovely Rain [ 14 ]

1K 80 1
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto
Dedicated : Azu_Hime

The last episode


Entah berapa ribu bulir air mata ini menetes dari netraku. Menghiasi kedua sisi wajah, basah dan semakin basah. Hatiku cukup teriris. Sakit sekali. Tak ku sangka, lelaki itu begitu beraninya berkata demikian. Dengan lantang ia berkata, keluhan yang tak sepantasnya keluar dari mulut lelaki itu.

Apakah aku sekejam itu? Tidak mengertikah ia, bahwa aku juga terluka?

Dan yang bisa aku lakukan hanya terus menangis. Aku tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh mereka. Mereka yang ku maksud ialah para pengunjung cafe. Ya, malam ini diriku memutuskan untuk keluar rumah. Menghindari iris biru menjijikan milik Si Pirang. Menyebalkan.

Terlebih lagi, ada seseorang yang sangat ingin ku temui setelah sekian lama ia pergi. Nara Shikamaru, kekasihku. Aku bahkan terkejut saat bertemu dengannya tanpa kesengajaan di Mall tadi. Ketika aku keluar dari area pembelanjaan, tiba-tiba Shikamaru menepuk pundakku lembut. Tentu saja, khayalku bangkit. Ku kira dirinya hanya ukiran imajinasiku semata. Tetapi, hanya sekejap aku bermimpi, angin kesadaran berhembus padaku. Berbisik lembut bahwa semua ini bukan kebohongan.

Dengan refleks, aku memeluknya teramat erat. Menumpahkan seluruh kerinduan yang tertahan selama ini. Tak peduli dengan tatapan banyak jiwa, yang kurasakan hanyalah kehadiran Shikamaru benar-benar berada dalam waktu yang tepat.

Dan disinilah kami berada sekarang. Saling berbagi kerinduan, beberapa candaan ringan, bahkan ku tumpahkan segala beban yang sedang ku pikul saat ini. Sampai tangisku menjadi-jadi, membuat dirinya merasa malu dan kewalahan.

Aku mengeluarkan semua isi tas belanjaan yang berisi lebih dari sepuluh jenis Ramen. Sambil terus tersendu, Shikamaru hanya bisa menatap dengan mimik wajah menyebalkan.

Aku terisak, "Lihat, Shika! Tidakkah kamu pikir kalau aku ini tidak sejahat itu?! Aku bahkan membeli semua ini semata untuk meluapkan amarahku pada Naruto! Aku benci dia!!"

Satu persatu, aku remukkan Ramen instant tersebut. Kemudian membuangnya ke dalam tempat sampah dengan kasar. Entah bagaimana aku mendeskripsikan perasaan ini, tetapi kekesalanku sudah cukup terpendam sejak kemarin. Dan ditambah lagi, respon Shikamaru semakin membuatku kesal. Ia hanya menggaruk-garuk sebelah pipinya dengan telunjuk.

"Dan kamu juga, kemana saja selama ini?" nada bicaraku sedikit meninggi, "Kamu jarang sekali memberiku kabar! Kamu lupa padaku?"

Ia mendesah, "Aku sibuk, Hinata. Bukannya sudah aku bilang—"

"Apakah karena kasibukanmu itu membuat kamu melupakan pacarmu?"

Shikamaru menjeda dengan tenang, "Bukan seperti itu."

"Lalu?" balasku bermaksud memojokkannya.

Shikamaru berdehem pelan, "Bukankah sudah ada Naruto?" menyeringai.

What?

Apa maksudnya? Mengapa Shikamaru membicarakan Naruto, sih? Bahkan ia seolah mengira karena kehadiran si Pirang itu membuat Shika tersaingi.

Oh Tuhan, mengapa perasaanku tiba-tiba berdegup amat kilat? Apakah karena ucapan Shikamaru? Apakah aku…

Tidak mungkin!

"Sudah ku duga," perhatianku beralih pada lelaki bermata sipit di depanku. Ia tersenyum simpul, menatap irisku teramat dalam seakan mencari-cari sesuatu.

Aku tak paham, tatapan Shika seperti membunuh gerak tubuhku. Membuat aku mati kutu. Aku terdiam membisu, tak mampu berbuat ataupun berkata apa-apa. Padahal mimik wajahnya tampak tenang.

[ 12 ] Lovely Rain [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang