Epilogue : Bag. 2

611 55 0
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto
~ Epilogue ~

...

“Naruto... —kun?”

Mata biru itu, persis seperti mata milik Naruto. Tapi mengapa, ada rasa ragu untuk mengakui opini tersebut?

Dari seberang sana pula, ekspresi cengangan menyambut sesaat setelah aku menyerukan sebuah nama. Aku bisa melihat pelebaran dari iris miliknya. Kuputuskan untuk menghentikan kontak kami, dan secepat kilat berlari ke lorong seberang.

Tatapan tak mengira dengan refleks kupertontonkan pada seseorang yang baru saja kuharapkan adalah Naruto. Tetapi…

“Eh?”

“…..”

Bukan dia.

“Maaf? Apakah kita pernah kenal sebelumnya?” kerutan didahi orang tersebut terekspos jelas.

Pikiranku melayang jauh. Kupikir, dia adalah orang yang kucari selama ini. Tetapi... ah, sudahlah. Lagipula, mata biru itu palsu! Mengapa aku tidak teliti saat memperhatikannya? Mata biru itu hanya lensa kontak yang ia pakai.

Aku menghela nafas pasrah. Hatiku kecewa dengan kenyataan ini.

“Maafkan saya, kukira Anda adalah orang yang saya cari.” Aku membungkukkan setengah badanku kemudian berlalu meninggalkan orang tersebut.

Kakiku terasa lemas. Aku melangkah dengan malas ke arah pintu keluar perpustakaan. Buku yang semula ingin aku pinjam pun tertinggal. Tak berinisiatif untuk kembali, aku memilih untuk pulang saja. Terus terang, hatiku seketika hancur dengan perasaan  malu yang tak kunjung hilang.

Aku terhenti sesaat dari langkahku. Mengacak frustasi mahkota berhargaku. Tatapan aneh orang-orang yang berhilir-mudik tak aku pedulikan lagi. Dunia yang ramai seakan hanya dihuni oleh diriku sendiri.

“Bisa-bisanya, sih, aku salah orang! Tiba-tiba merasa menyesal.”

Setelah itu, aku memutuskan untuk mencari angkutan umum ke seberang jalan. Sampai akhirnya seseorang menggapai tanganku dan menarik tubuhku dengan kilat, menghentikan langkah pertama yang akan aku daratkan pada aspal jalanan disana. Tanpa aku sadari, aku sudah berada dalam pelukannya.

“Hinata…”

“Eh?”

“Aku…, maafkan aku.”

“Eeeh??!”

“Naruto?”

“Ya?”

“Apa benar itu kamu?”

Lelaki itu terkekeh pelan. Aku masih tak dapat mencerna drama yang baru saja terjadi antara kami. Di trotoar jalan, dalam keadaan ramainya orang-orang berlalu-lalang. Lelaki ini memelukku tanpa permisi tepat disituasi semacam itu. Mengejutkanku dan bahkan aku baru menyadari sekarang bahwa hal tersebut sangat memalukan. Dasar menyebalkan.

“Kamu tidak mengenaliku, —ttebayo?” dia menatapku sekilas, lalu tersenyum bangga. Matanya kembali terfokus pada jalanan.

Netraku masih tidak mau berhenti menatap orang yang sedang mengemudikan mobil disampingku ini, “Ya, aku sama sekali tidak kenal siapa kamu!” ucapku kemudian dengan nada yang terdengar kesal, lalu langsung disambut tawaan yang cukup lepas.

“Baiklah, baiklah,” disela tawaan Naruto, “Aku akan memperkenalkan diri lagi padamu, Hinata.” kemudian berdehem menghentikan tawanya.

“Perkenalkan, namaku Uzumaki Naruto, putra tunggal dari Ibu Uzumaki Kushina dan Ayah Namikaze Minato. Cucu kesayangan Kakek Jiraiya. Lahir tanggal 10 Oktober, di kota Kiri. Kemudian pindah ke kota Konoha sekitar beberapa bulan yang lalu. Tempat tinggalku sekarang berada tepat disamping rumah keluarga Hyuuga yang—“

Stop!” aku menghentikan cerocosnya yang sungguh tidak berbobot.

“Eh?”

“Kamu sama sekali tidak mengerti apa maksudku?” helaan nafas yang kutarik ulur terasa semakin berat.

“Kamu bilang—“

“Bukan itu maksudku, Naruto!” teriakku marah, membuat lelaki itu terlihat sedikit merinding.

Aku menetralkan amarahku. Kembali menarik nafas lalu membuangnya secara perlahan. Entah mengapa, Naruto yang aku kenal pemalu dan tertutup bisa semenyebalkan seperti ini. Sangat jauh dari perkiraanku. Dia berbeda, dia juga berubah secepat ini. Bukan hanya kepribadiannya, tetapi penampilan luar Naruto yang sekarang jauh lebih seperti orang dewasa dari terakhir aku melihatnya.

“Y-ya, maafkan aku, Hinata.” bahkan memanggil namaku saja Naruto sudah tak memiliki tata krama seperti waktu itu!

“Astaga, ada apa dengan orang ini?” tanpa sadar, aku mengatakannya. Cepat-cepat kututupi mulutku.

Naruto tersenyum, lebih terlihat mengerikan bagiku. Ia berusaha menepi dari perjalanan kami, dan menghentikan mobilnya.

“Kata Ibuku, mengobrol sambil menyetir itu tidak baik.” lalu menatap ke arahku, “Apa yang ingin kamu tau tentang aku? Aku berubah? Kenapa aku menghilang? Itu ‘kan yang ingin kamu tanyakan?” tiba-tiba Naruto menyondongkan tubuhnya ke arahku yang membuat jantungku melompat-lompat terkejut.

“K-kalau kamu tau, kenapa kamu malah balik nanya?! Bukannya menjawab!”

Naruto kembali terkekeh, “Hinata, inilah aku yang sebenarnya. Ah, bukan. Ini adalah aku yang sekarang.” Lalu tersenyum cerah dengan deretan gigi putih yang refleks ia tunjukkan.

“Aku punya kepribadian yang hangat dari Ibuku, dan kepribadian kalem dari Ayahku, —ttebayo…” pandangannya menajam ke arahku, membuat aku sedikit tersengat oleh tatapannya.

“Lihat, bahkan kamu kaget saat aku tatap seperti itu!” mejauh dan tertawa lepas.

“Ini sama sekali tidak lucu, Uzumaki Naruto!”

“Haha… baiklah, maafkan aku. Tapi, kupikir kita perlu tempat untuk mengobrol. Aku akan jelaskan semuanya ke kamu.”

Tanpa menunggu persetujuan dariku, Naruto kembali menyalakan mobilnya dan melaju dengan kecepatan normal.

Bersambung…

A/n : Ini epilog tapi kok gak selesai-selesai yak? :v entah deh endingnya di chapter berikutnya ato malah lebih banyak lagi. Padahal aku ingin bikin fanfic baru loh! Hehe.
Masih berstatus ‘coming soon’ karena masih dalam proses, judulnya “Mon Chéri Non Ma Chérie?” itu dari bahasa Prancis, artinya ‘Sayangku bukan Sayangku?’. Haha, apaan yak? :v
Lebih jelasnya sih gini, kayak bahasa Inggris yang membedakan nama ‘dia’ pake ‘She’ atau ‘He’ itu juga panggilan Sayang yang ‘Mon Chéri’ buat manggil ke cowo, kalau yang ‘Ma Chérie’ dipake buat manggil cewe. Ngerti kan maksudku? Intinya begitu deh. Hehe
Tapi, aku juga pengen bikin sad ending dulu buat ff Timeline, request dari adik ke duaku, Yuki chan, malah jadi bingung jalurnya mesti gimana, hehe.
Oh iya, dan aku bikin lanjutan epilog ini gak pake revisi ulang ya, jadi maaf kalo kualitas ceritaku malah jadi jelek, aku cuman lagi pengen nulis aja. Met baca ya, :* :*

[ 12 ] Lovely Rain [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang