Naruto © Masashi Kishimoto
~Epilogue~...
Hari-hari normalku terasa berubah. Sepi..., hampa, semua yang ku lakukan seakan tak wajar. Apapun itu entah di rumah atau di sekolah, kekosongan menyelimuti perasaanku.
Ah... yang benar saja. Toh, pada akhirnya aku memang menyesali perbuatanku sendiri. Aku terlalu bodoh untuk mengerti, aku sama sekali tidak peka dengan hatiku sendiri. Dan akhirnya, aku mendapatkan ending yang buruk.
Setelah kejadian itu, aku tak pernah sekalipun menemukan dia. Tadinya, aku bermaksud memohon maaf seusai Shikamaru memberikan pencerahan. Aku berjanji padanya, aku akan menata kembali perasaan yang telah kuhancurkan. Aku akan menyembuhkan hati yang pernah ku kecewakan. Tapi naasnya, dia tiada. Maksudku, ia telah pergi.
Beberapa minggu kebelakang, setelah Shikamaru mengunjungiku dan mengatakan kalau dia telah menemukan perempuan yang jauh lebih merepotkan daripada aku, aku bermaksud mengunjungi kediaman tetanggaku.
Lelaki pirang itu tak pernah datang lagi ke sekolah setelah kami bertengkar, membuat perasaanku semakin tidak nyaman.
Aku masih ingat, kata terakhir yang Ibunya Naruto ucapkan... “Naruto kembali ke Kiri, untuk menenangkan diri.”
Meski dengan tawaan singkat, tetapi Ibu Kushina tampak terluka. Beliau mengaku tidak pernah tau apa yang telah terjadi pada Naruto sampai senekad itu pulang kesana sendirian dengan alasan lain yang katanya Naruto ingin bertemu dengan Kakek Jiraiya. Padahal beberapa bulan lagi Ujian Akhir akan dilaksanakan.
Aku benar-benar menyesali perbuatanku padanya, dan mengutuk ketidakpekaanku.
“Haah.....,” aku mendengus pasrah. Pikiranku berkecamuk sampai berat badanpun ikut menyusut beberapa kilogram.
‘Inikah cara diet yang akurat?’ innerku.
Beberapa saat kemudian, ponselku berdering.
“Kamu dimana? Aku sudah di perpustakaan, loh...” sambarku pada si penelpon.
“Ah, Hinata, maaf. Kayaknya aku tidak bisa kesana.” Nada bicaranya terdengar menyesal.
Aku mengomel, “Aduh, kamu ini gimana sih, Kiba? ‘Kan kemarin kita sudah janjian. Tugas kelompok ini harus cepat-cepat selesai! Yang lain juga mana, sih, perasaan cuma aku sendirian berada disini. Kalian tega banget!” kekesalanku tersalurkan pada Kiba yang tak kunjung datang bersama yang lainnya. Hari ini, kami berencana mengerjakan tugas kelompok. Aku sudah menunggu cukup lama, sampai perpustakaan seluas ini hampir seluk-beluknya aku jumpai.
“Sorryy... banget. Aku benar-benar tidak bisa kalau hari ini. Yang lain juga sepertinya tidak akan datang. Semalam Shino bilang Ibunya masuk rumah sakit, Karui harus mengantar sepupunya wisuda, Hidan lagi sakit gigi...”
“Terus kamu kenapa?”
“Umm.... itu... Anjingku Akamaru... ah, intinya aku harus membawanya ke dokter hewan. Sudah sebulan belum check up!”
Aku memijat pelipisku yang tiba-tiba terasa pening.
“Besok saja sepulang sekolah, bagaimana? Aku akan memberitahukan sama yang lain.”
“Ya sudah, terserah. Kabari saja kalau mereka siap.”
“Oke, sekali lagi aku minta maaf ya, Hinata...”
Aku menjawab dengan gumaman, kemudian mematikan panggilan tersebut sepihak.
Aku mendesis kesal, sedikit menyesali karena datang tanpa mengonfirmasikan terlebih dahulu pada anggota kelompokku. Tapi apa boleh buat, “Karena sudah terlanjur ada disini, aku akan membawa beberapa buku untuk mengatasi rasa jenuhku di rumah.”
Mood-ku setingkat lebih baik dari sebelumnya. Kaki jenjangku mulai melangkah sedikit lincah, bermaksud untuk mencari lorong novel.
Biasanya setiap empat minggu sekali, perpustakaan pusat ini akan menyuplai buku-buku baru. Terutama novel dan manga, meskipun tidak banyak disediakan karena menitikberatkan ilmu pengetahuan yang jauh lebih bermanfaat.
Aku akan selalu dan sangat pasti memilih novel dengan referensi tentang hujan. Aku suka sekali hujan, dan itu tidak perlu dijelaskan lagi.
Aku masih berjalan menelusuri perpustakaan. Saking luasnya, aku sampai lupa dimana letak lorong perkumpulan novel itu. Sampai akhirnya, aku pun menemukan gudang dari novel tersebut.
“Wah...” aku berdecak kagum. Mataku berbinar senang saat melihat sampul-sampul baru berjejer rapih dari atas sampai ke bawah. Juga, pengolahan tata letak pada perpustakaan sekarang ini mengalami sedikit perubahan. Buku yang sudah lama disimpan di rak berkode A, dan buku yang baru terletak disampingnya, bagian B.
Aku mendekati rak novel berkode B. Mataku seakan lapar mencari-cari mangsa untuk diburu. Semuanya tampak menarik, tapi tidak ada yang mencatatkan sebuah kutipan dengan kata-kata hujan. Itu sedikit membuatku kecewa. Hingga akhirnya, aku tertarik dengan sampul novel berwarna biru.
Judulnya, “Hujan, karya Tere Liye...” Oh, akhirnya!
Untung saja letaknya tidak terlalu jauh, jadi aku bisa dengan mudah menggapai buku itu.
Kalau diingat-ingat lebih jeli, tempat ini terasa de javu. Disini adalah tempat pertama ketika aku membantu Naruto menyelesaikan tugas presentasinya. Tetapi, bukannya membantu dia, diriku malah mencari kesenangan sendiri. Dan, memoriku begitu jelas merekam kejadian tak terduga sekaligus memalukan!
Oh, astaga! Wajahku terasa panas sesaat mengingat insiden tersebut. Jariku dengan refleks menyentuh pelan bibir ini, bernostalgia untuk merasakan kembali ‘kecelakaan’ laknat tersebut.
'Aku memang bodoh, benar-benar bodoh!' runtukku dalam hati. Aku bermuram durja karena hal demikian, tetapi sedikit merasa tak bersalah. Entah mengapa rasanya agak senang, sampai-sampai jantungku meloncat tidak karuan.
Dengan sedikit senyum yang tersungging dibibir, aku kembali memilah novel lainnya.
Tanganku dengan lihai membolak-balik novel-novel tersebut, membuat sedikit celah akibat terlalu menekan beberapa buku. Menampilkan ganggang kecil yang mampu mengintip lorong seberang, tak disangka diriku justru menemukan hal yang lebih menarik.
Mata kami bertemu dalam satu titik dan saling mengunci.
“Naruto...-kun?”
...
Bersambung...
A/n : Hallo, ada yang merindukanku? 😂😂 Ah, maaf, aku keinget kalo fict ini belum tuntang dengan endingnya 😂😂 ini aku bikin asal2an karena punya secercah cahaya yang menerangi otak bekuku 😂😂 #plaks! … "Katanya udah pensiun, ko nulis lagi?" 😂😂 iya, emang udah pensiun, tapi kalo ada ide balik lagi, dan hilang plot pensiun lagi #smirk 😭😭 gomen, aku seneng dengan duta ku yang sekarang. Saking senengnya sampe sibuk di duta terus. 😍😍😍 btw, aku sekarang bukan jones lagi loh… aku udah nikah. Gaada yang mau ngucapin selamat gituh? 😸😸😸 dan para fanboy ku tercintaaah, maaf ya jangan ngantri-ngatri lagi.. Kalian mesti move on!! Wkwk #ngayaltingkatdewa 😄😄😄
So, see next chap yang entah kapan bakalan up lagi 😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
[ 12 ] Lovely Rain [ Completed ]
Fiksi PenggemarNaruto © Masashi Kishimoto [ AU ] [ NaruHina Fanfict Story ] [ Dedicated : @PipitIswanti ] ... Hujan. Tak ada hal terindah ketika butiran permata itu turun dari langit luas, membawa sejuta kedamaian untuk hati yang lara. Bagai pelita dikala gelap. B...