Classmate

5.5K 80 0
                                    

Memasuki tahun ajaran baru di sekolah, Dylan sedikit gugup. Orang tuanya telah memberikan ancaman yang cukup kuat. Setelah dia beberapa kali mendapati masalah dengan banyak perempuan, Ayahnya mulai tahu apa yang Dylan lakukan selama ini.

Senin Pagi yang cukup cerah, tidak ada yang lebih menarik dari pada musik rock di telinganya. Papan pemberitahuan alias mading sedang ramai dikerubuti banyak orang, Dylan jadi malas menghampirinya.

Gerakan Dylan diperlambat, kemudian dia berbalik arah. Mencari bangku di setiap depan kelas yang kosong. Setelah ditemukannya bangku dengan bagian yang kosong dan seorang perempuan duduk di sana, Dylan menghampirinya dan ikut duduk. Tangganya meraih ponsel yang dia taruh di saku kemeja. Sambil memainkannya, dia menghubungi Pras dan Gio.

Dylan : gue kelas mana?

Pras : kelas ips lah, nanya lagi!

Dylan : ya yang mana?"

Pras : Kemaren di rapot Lo tulisannya apa? Lo naik kelas gak?

Dylan : anjing!

Pras : yang anjing gue apa hewan peliharaan lo?

Dylan : kampret!

Gio : what's up?

Gio : Lo sekelas sama mantan, bro

Pras : mantan gue yg mana?

Gio : maksud gue Dylan! Ah, bego!

Pras : santai zing

Dylan : gimana?

Gio : ips 2, Pevita juga

Dylan left the chat

Gio : Yee... Bocah kocak

Pras : Pevita calon pacar gue kan

Gio left the chat

Pras : zing:-)

Dylan yang telah terlebih dulu meninggalkan obrolan, mengangkat pandangannya dari ponsel. Kenapa kalau Dylan satu kelas sama Pevita? Harusnya biasa aja, Pevita juga nggak bilang apa-apa waktu Dylan putusin hubungan mereka.

Fyi, Dylan pernah menjalin hubungan dengan perempuan keturunan Belanda itu. Entah, Dylan tak berniat apa-apa walaupun dia menginginkan kepopuleran. Selain itu, Dylan selalu selalu mengikuti kontes taruhan. Entah itu dengan temannya---Pras dan Gio---atau musuh-musuhnya.

Kala itu Dylan memang taruhan sama Pras. Dylan menang dan dia suka dengan mobil Pras yang menjadi haknya selama  enam bulan. Hubungan mereka putus juga karena Dylan mengikuti taruhan yang lain juga. Selesai disitu, Dylan masih sering ganti-ganti pacar.

Dylan baru sadar dari lamunannya. Sesaat dia merasakan musik di telinganya mati. Dylan meletakkan kembali ponselnya di saku kemeja. Kabel headsetnya digulung dan hendak diletakkan ke dalam tasnya. Ketika Dylan hendak memindahkan posisi tasnya ke depan badannya tangganya menyenggol tubuh orang di sampingnya.

"AW!"

"Sorry," ucap Dylan secara reflek ketika mendengar suara itu.

Mereka saling tertegun. Tadinya Dylan mau jelasin kenapa, tapi melihat wajah itu, dia urung. Sama dengan perempuan yang sedang di depannya, tadinya dia ingin protes.

Perempuan itu, Pevita, orang yang tadi menjadi topik pembicaraan sementara Dylan melamun.

Pandangan mereka bertemu, tak ada yang ingin melepaskan. Namun, Pevita yang pertama sadar dan mengalihkan.

Return To DylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang