15. Obat

590 35 0
                                    

"Kalo lo sakit gue siap jadi obat buat lo. Karena gue gak bisa liat lo lama-lama sakit."

Alysa sangat tak fokus dengan pelajarannya disekolah. Ia ingin menangis terus menerus tapi ini sekolah dimana teman-temannya bisa melihat seorang Alysa yang cengeng.

Mata Alysa mulai berkaca-kaca.

Tiba-tiba bahu Alysa ditepuk teman sebangkunya,Dira.

"Sa! Lo kenapa?" Tegur Dira berbisik karena masih Bu Ratna sedang menerangkan pelajaran.

"Gue..nggak apa-apa." Jawab Alysa terbata-bata.

"Lo sakit? Mau pulang?" Tanya Dira khawatir.

"Gue..nggak apa-apa." Jawab Alysa masih dengan jawaban yang sama.

"Lo bisa sok kuat didepan yang lain. Tapi lo harus inget kalo gue itu sahabat lo. Gue tau kalo lo lagi ada masalah." Sahut Dira dengan muka judesnya.

"Lo pulang aja. Izin sama Bu Ratna. Gue liat lo bener-bener lagi gak bisa nerima pelajaran. Percuma lo disini,Sa." Lanjut Dira dan mendapat anggukan dari Alysa.

"Kayanya lo bener deh. Gue izin sama Bu Ratna aja,Dir. Gue mau istirahat sejenak." Ucap Alysa tersenyum miris.

Alysa pamit kepada Bu Ratna dengan alasan ia sakit. Ya Alysa memang sedang sakit yang berujung kehancuran hatinya kali ini.

Bukannya pulang ke rumahnya,Alysa malah pergi kerumah Arkan.

Sampai dirumah Arkan,Alysa langsung salaman kepada Mama Arkan dan ia langsung masuk kamar Arkan.

Arkan yang sedang menonton tv langsung mengalihkan pandangannya kearah Alysa yang sangat terlihat rapuh sedang diambang pintu kamarnya.

Alysa langsung saja menghampiri Arkan dan memeluk Arkan sambil menangis.

"Arkan! Gue percaya sama lo. Gue percaya sama lo. Lo sahabat gue! Bahkan disaat yang lain manas-manasin gue tentang lo sama cewek lain aja gue gak peduli karena gue percaya sama lo." Ucap Alysa sambil menangis.

"Alysa! Kenapa nangis?" Tanya Arkan lembut. Namun Alysa hanya menangis tanpa menjawab pertanyaan Arkan.

"Alysa! Kenapa nangis? Apa yang terjadi?" Tanya Arkan sekali lagi dengan sabar dan lembutnya ia mengusap rambut Alysa.

"Ka Adittt,Kan! Kak Adit." Jawab Alysa masih menangis.

"Kenapa sama Adit? Dia nyakitin lo?" Tanya Arkan dengan rahangnya yang mulai mengeras.

Arkan sudah tau kalau Adit dan Alysa sudah jadian. Bahkan Arkan jatuh dari tangga itu karena ia terburu-buru ingin menanyakan ini lewat sang mama bukan jatuh karena bercanda dengan Chantika. Alysa dan Adit jadian dengan tiba-tiba saja. Arkan mengira bahwa Alysa akan menjadi kekasih tapi Arkan sudah keduluan oleh Adit.

"Kak Adit itu Abang gue!" Jawab Alysa menangis kencang.

"Gimana bisa sih? Lo tau dari siapa hah?!" Tanya Arkan sambil melepaskan pelukan Alysa lalu mengacak rambutnya. Alysa hanya menangis.

"Gue gak sengaja nguping omongan Mama sama Ayah. Adit itu Abang gue! Jadi Ayah kandung gue itu bukan Ayah Vero. Ayah kandung gue itu Ferdi Prasetyo. Jadi Mama sama Papa Ferdi itu pisah saat usia gue 2 tahun dan Kak Adit 4 tahun. Kak Adit ikut Papa dan gue ikut Mama. Dan bodohnya gue itu ya gue baru tau ini semua sekarang." Jawab Alysa sambil mencoba untuk tidak menangis agar ia bisa menjelaskan ini kepada Arkan secara jelas.

"Terus Adit tau tentang ini?" Tanya Arkan menatap Alysa dengan sedih. Alysa hanya tersenyum miris sambil menggeleng.

"Kak Adit belum tau masalah ini. Gue sengaja menghindar. Gue gak sanggup untuk hadapin semua ini,Kan." Jawab Alysa kembali meneteskan air matanya.

"Lo harus bicara tentang itu ke Adit,Sa. Lo harus bisa hadapin ini semua. Semua ini gak akan selesai kalo lo terus menghindar." Nasihat Arkan sambil menghapus air mata dipipi Alysa.

"Kalo lo sakit gue siap jadi obat buat lo. Karena gue gak bisa liat lo lama-lama sakit." Lanjut Arkan dan berhasil membuat Alysa tersenyum.

Alysa ingin mengambil bantal untuk memukul Arkan namun tak sengaja kaki Arkan disenggol olehnya.

"Aduh! Sakit!" Teriak Arkan sambil meringis.

"Eh?! Maaf,Kan. Gue gak sengaja nyenggol kaki lo." Ucap Alysa dengan suara pelan.

"Nggak apa-apa disenggol dikaki asal jangan senggol gue dari hati lo aja." Sahut Arkan dengan gombalannya.

Pipi Alysa dibuat merah oleh ulah Arkan.

Alysa langsung saja mencubit lengan Arkan.

Lo emang bisa obatin rasa sakit gue,Kan.

"Hati gue lo buat sakit,Kaki gue juga,dan kali ini tangan gue. Sakit hati hayati,Bang!" Ucap Arkan dengan lebay tapi tak membuat Alysa tawa melainkan kebingungan.

Hati?karena gue jadian sama Kak Adit?
Kaki?kan dia bercanda sama Chantika jatuh bukan karena gue. Kalo cubit sih karena gue. Maksudnya dia bikin sakit kakinya apa?

"Maksud lo tentang kaki apa?" Tanya Alysa bingung.

"Eng... Enggak! Gue cuma bercanda." Jawab Arkan tersenyum kikuk.

"Bercanda mulu kapan seriusnya sama gue?" Ucap Alysa pelan.

"Oh jadi mau diseriusin nih? Putusin Kak Adit dulu makanya. Lagian pacaran sama Abang sendiri." Sahut Arkan dan berhasil membuat Alysa cemberut.

"Mana gue tau kalo Adit itu Abang gue. Mama juga gak nyangka Kak Adit itu abang gue." Ucap Alysa dengan sangat ketus.

"Harusnya tuh lo tunggu gue. Dasar bocah kebelet pacaran sama kakak kelas." Ucap Arkan dengan sangat tajam. Alysa langsung mengambil tasnya dengan kesal.

"Gue pamit." Ucap Alysa singkat dan melangkahkan kakinya keluar kamar Arkan.

"Alysa! Jangan marah sama gue dong. Nanti gue makin sakit." Teriak Arkan dari dalam kamarnya.

"Lo kan obat. Sembuhin aja diri lo sendiri." Sahut Alysa dari luar kamar Arkan.

Arkan bego! Lagian pake acara gombalin Alysa kaya gitu. Yaudah lo obatin sendiri aja,Kan.

Jangan buat gue jatuh terlalu dalam lagi kalo lo gak bisa bersama gue -Arkan Syahreza

Jangan lupa divote dan komentarnya. Makasih yang udah baca dan ngevote!❤

P E L A N G ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang