Haylie memasuki ruang OSIS sendiri. Gadis itu mengangkat alis, melihat keadaan ruangan yang sepi. Ia mendesah pelan dan melangkah masuk. Mata bulatnya melebar, menemukan seseorang duduk di meja ujung dan menidurkan kepala di atas meja. Ia langsung mendekat perlahan dan hati-hati, memandangi pemuda yang memejamkan matanya itu.
Haylie tertegun, menghentikan langkah di dekat meja Ketua OSIS. Ia mengerjap, memandangi pemuda tampan yang melipat kedua tangan di atas meja dijadikannya bantalan untuk menidurkan kepala. Nafasnya menderu teratur dan berat, nampak lelah. Haylie meragu sesaat, namun kemudian diam-diam mendekat lagi. Tangannya terjulur dengan hati-hati, memperbaiki anak rambut yang jatuh di dahi Ezra. Hatinya terenyuh, melihat si ketua OSIS ini sudah berkerja sangat keras sejak awal.
Haylie menggigiti bibir, kembali ragu. Ia meneguk ludah, lalu memberanikan diri menyentuh kepala Ezra. Mengelus kemudian memijat pelan kepala pemuda itu yang jadi mengerang kecil.
Ezra bergumam dan agak mengernyitkan kening. Perlahan, ia membuka kelopak mata. Pemuda itu mengerjap lemah, yang berikutnya tertegun mendapati sosok Haylie berdiri di samping meja sedang mengelus rambutnya lembut.
Haylie yang tatapannya dibalas Ezra jadi terdiam. Tangannya berhenti memijat Ezra begitu saja. Perlahan, ia menipiskan bibir dan menarik kembali tangannya sambil menatap pemuda itu dalam diam.
Ezra tersenyum samar, tangannya terjulur meraih pergelangan tangan Haylie dan kembali menaruh tangan gadis itu di kepalanya. Tanpa kata, meminta gadis itu melanjutkan.
Haylie merasa pipinya memanas. Ia secara naluri makin mendekat, kembali memijat lembut kening Ezra.
"Harusnya ada satu hari istirahat buat lo," bisik Haylie tak tega.
Ezra mendesah pelan, kembali memejamkan mata dengan nyaman. "Bentar lagi juga selesai..." jawabnya parau.
"Udah makan?" tanya Haylie peduli.
Ezra bergumam kecil menjawab. Matanya terus terpejam, makin merasa nyaman dengan sentuhan gadis ini. Haylie merunduk, memandangi Ezra lurus dengan tatapan dalam.
Ada suara yang datang membuat Haylie tersentak dan menoleh. Ia terloncat kecil, melihat sosok Hanbin baru saja datang menampakkan diri di pintu ruang OSIS. Dengan pemuda tampan mengekor di belakangnya.
Haylie menarik nafas kaget, refleks menarik tangannya dan menegak dengan mata melebar melihat Nino yang juga jadi terdiam di ambang pintu OSIS.
Ezra langsung membuka mata, melirik Haylie yang membeku di sampingnya. Cowok itu mengernyit, lalu mengangkat wajah dan menolehkan kepala ke pintu OSIS.
Nino mengangkat alis, menangkap jelas ketika gadis itu mengelus kepala si ketua OSIS dengan tatapan dalam. Ia jadi merapatkan bibir dan menarik nafas mencoba menguasai diri.
"Gue balik aja," kata pemuda itu menepuk bahu Hanbin yang sedari awal malah bengong.
Hanbin yang merasa sial terjebak dalam situasi ini jadi tersentak. Memandang sepupunya yang berbalik dan melangkah pergi. Ia mengatupkan bibir, menoleh pada Haylie.
"A-anu... dia... mau itu...duet," kata Hanbin jadi bingung sendiri. "Mau ketemu lo... buat pensi..."
Haylie melebarkan mata. Gadis itu ingin beranjak, tapi malah jadi terdiam sendiri dan menoleh pada Ezra. Ezra dengan tenang membalas tatapan gadis itu dengan ekspresi tak terbaca. Haylie jadi menggigit ujung bibir, namun kemudian memantapkan diri melangkah pergi dan berjalan cepat keluar ruang OSIS. Melewati Hanbin yang memandangi kepergiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Re-Hi ✔ ✔
Teen FictionHaylie bukan tipe cewek yang biasa kamu temui. Penyanyi dengan image imut itu nyatanya punya sisi bobrok yang tak ada duanya. Dia dijuluki 'Duta Jones 2A3'. Tubuh mungil itu sangat masa bodoh, misterius, dan tak tertebak. Bergabung di Panitia Promo...