Pertandingan untuk posisi juara ketiga baru saja selesai. Kini persiapan untuk pertandingan utama membuat lapangan makin ramai dan penuh, karena ini yang paling ditunggu apalagi sekolah mereka menjadi finalis utamanya.
Tim futsal sekolah sudah terlihat di pinggir lapangan. Denis, yang kali ini menggantikan posisi kapten, memimpin melakukan pemanasan dan perengangan. Sementara Pak Sani selaku Pembina mulai memberikan beberapa pengarahan.
Jevon yang tak sengaja menolehkan kepala mengangkat alis melihat seseorang datang.
"Lah, Jel? Katanya kakinya kumat?" tanya Jevon bingung.
Jelo mendekat dengan tenang. Cowok itu tersenyum, "udah sembuh dong," jawabnya dengan ceria membuat Jevon mendelik. "Gue mau nonton tim gue lah. Masa Ace-nya Epikschool nggak hadir sih di final gini," sambungnya dengan sombong, berjalan tenang melewati Jevon dan menyapa teman-temannya yang membalas dengan semangat melihat cowok itu datang.
"Gue pikir lo lagi showeran, ngerenung karena nggak bisa ikut main di final," celetuk Cakra melihat si jangkung itu datang.
Jelo langsung mengumpat, menabok keras kepala si adek kelas. Sedikit merasa tersinggung karena pada nyatanya... hal itu cukup benar. Cowok ini merasa terluka tak bisa ikut mewakili sekolahnya.
"Untung mood gue lagi bagus," gumam Jelo sambil duduk ke samping Hanbin yang sibuk melambai-lambai pada Lisa di pinggir lapangan. Hal itu membuat Jelo mendelik, "ngapain lo?"
Hanbin yang tersenyum-senyum sampai lesung pipinya terlihat jelas jadi menoleh dan mendelik kecil. "Nggak liat? Lagi ngumpulin semangat dari pacar tercinta," katanya dengan gaya pamer.
Jelo mendelik, lalu tertawa sinis.
Hanbin jadi mencibir, "lo mah jomblo tahu apasih, Jel," katanya mengejek.
Jelo jadi kembali terkekeh, "sorry. Gue bukan jomblo."
Hanbin langsung memberi tatapan tak percaya. Sementara Jelo tak melanjutkan karena kepalanya tertoleh ke arah yang tadi Hanbin melambai.
Garis wajah Jelo langsung berubah. Melihat seorang gadis mungil menyeruak ke depan teman-temannya, membuat gerombolan kelas itu heboh dan memerotes karena gadis itu selalu rusuh jika meminta tempat.
Di tempatnya, Haylie dengan sewot mendorong Bobi yang tak mau mengalah. Ia juga memaksa Jay menjauh dan mengambil tempat paling depan. Gadis itu ingin mencibir, tapi tanpa sengaja matanya tertoleh ke arah bangku para pemain futsal sedang bersiap.
Raut wajahnya berubah begitu saja.
Haylie jadi menegak, membalas tatapan Jelo yang lurus dan sedari tadi memandangi gadis itu. Jelo menatapnya dari jauh, lalu kemudian tersenyum. Membuat Haylie jadi tergagap kecil seperti terkena tembakan tepat.
Haylie dengan canggung mengalihkan wajah, merasa salah tingkah. Ia menautkan anak rambut ke telinganya dengan pipi memanas. "Ehm, panas ya," celetuknya mengibaskan telapak tangan ke pipi membuat Jay di sampingnya menoleh bingung.
"Ha?" Jay mendongak, memandang langit yang tak terik karena masih di musim hujan. Ia mengernyit, menoleh lagi pada Haylie. "Minum parasetamol sana," katanya dengan polos.
Haylie jadi menatap cowok itu sangar, "apasih lo, pendek."
"He, elo yang pendek anjir," balas Jay langsung tersinggung.
"Otak lo yang pendek," kata Haylie membuat Jay hampir saja mengumpat kasar.
Haylie melotot tak takut, membuat Jay sudah ingin maju menjambak cewek itu. Sebelum Theo si ketua kelas langsung menjauhkan keduanya karena mendengar Yoyo dan Bobi sudah mengompori di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Re-Hi ✔ ✔
Ficção AdolescenteHaylie bukan tipe cewek yang biasa kamu temui. Penyanyi dengan image imut itu nyatanya punya sisi bobrok yang tak ada duanya. Dia dijuluki 'Duta Jones 2A3'. Tubuh mungil itu sangat masa bodoh, misterius, dan tak tertebak. Bergabung di Panitia Promo...