Jelo mengerang kecil, merasakan ada gerakkan di ranjangnya seperti seseorang mendudukkan diri. Pemuda itu masih memejamkan mata, agak bergerak sedikit memperbaiki posisi tidur. Tapi entah kenapa kali ini ia benar-benar terjaga.
Jelo membuka kelopak mata perlahan. Keningnya berkerut, melihat bayang seorang gadis samar-samar. Pemuda itu mengerjap lagi, mencoba menjelaskan pandangan.
Jelo menarik nafas kaget, refleks bangkit terduduk membuat Haylie yang memandanginya lekat jadi ikut terlompat kaget.
Hening.
Jelo masih membatu dengan bibir terbuka. Perlahan tangan kanannya terangkat, dengan telunjuk mencoba menyentuh lengan Haylie membuat Haylie melongo bingung.
"Lah anjir nyata," gumam Jelo tak percaya sendiri. Namun kemudian ia menggeleng kecil, "gue pasti mimpi," sambungnya lagi meracau tak jelas.
Haylie yang tenganga jadi maju dan menepuk kepala cowok itu sampai Jelo menjerit. "Apaan sih lo. Gue Haylie, bukan kuntilanak!" katanya merasa sebal ditatap horror begitu.
Jelo kini yang gantian tenganga, menatap gadis itu masih kaget. "Ngapain lo di kamar gue?" tanyanya dengan suara yang masih parau bangun tidur.
Haylie memutar bola matanya, "katanya lo cedera? Anak-anak masih di jalan, beliin kue buat lo. Gue duluan ke sini, baru denger lo sakit," jelasnya membuat Jelo mengangkat alis.
Jelo diam sejenak, tapi kemudian mencibir kecil dan kembali mengubah posisi menjadi tidur lagi. Ia menarik selimut dan menutupi badannya dengan mata mulai terpejam, "pulang aja sana."
Haylie hampir saja mengumpat, langsung melotot merasa tertohok keras. "Eh, gue udah cepet-cepet ke sini ya pas denger lo sakit! Padahal gue lagi latihan tahu nggak!" katanya mulai emosi, merasa tersinggung. "Elo kenapa sih? Elo marah sama gue? Elo ngindarin gue, dan sekarang lo ngusir gue. Elo bener-bener nggak mau ketemu gue lagi?"
Jelo mendecak, mencoba tak peduli mengubah posisi menjadi memunggungi Haylie. "Ngapain sih lo peduli sama gue," balasnya dingin, tak mau menatap gadis itu. "Bukannya lo lagi bahagia-bahagianya udah baikan sama ketos tercinta?" sindirnya dengan pedas.
Haylie tertohok sekali lagi. Ia tenganga kecil, tiba-tiba merasa ingin menangis ditembak begitu tepat. Gadis itu dengan sebal menggeram, langsung berdiri dari duduknya.
"Nggak tahu diri banget ya lo udah dipeduliin. Dan emang lo tahu apa sih tentang gue sama Ezra?" tanya gadis itu jadi makin emosi. Ia mengepalkan tangan, menatap geram Jelo yang masih tak mau menoleh padanya. "Oke, fine. Gue pulang."
Gadis itu membalikkan tubuh. Tapi belum beranjak dan kembali melirik pemuda itu yang tak menahannya. Ia jadi merenggut, merasa dadanya kini terasa sesak dengan aliran darah melaju panas. Ia dengan sebal mendecak.
"ELO SEGITU MARAHNYA SAMA GUE!?" tanya gadis itu tak tahan lagi. Tak peduli jika ia sedang berada di rumah orang lain.
Jelo membuka kelopak mata. Terkejut tak menyangka dengan amukan gadis di belakangnya ini. Ia kini jadi melirik, walau belum mau menoleh sepenuhnya.
"Emang gue ngapain sih? Gue ngelakuin kesalahan apa?" tanya Haylie membalikkan tubuh kembali, memandang punggung cowok itu yang terbaring di tempat tidurnya. "Elo nggak tahu apa gue kepikiran apa yang terjadi sama lo, kenapa lo tiba-tiba ngilang. Elo nggak tahu betapa paniknya gue pas tahu lo cedera dan nggak bisa main di final. Dan saat bisa ketemu lo, lo malah ngusir gue dan nggak nahan gue!"
Jelo tertegun sendiri. Bisa mendengar isak tertahan dari suara emosi yang bergetar itu.
Haylie merasakan nafasnya terengah, menatap pemuda itu yang belum juga mau memandangnya. Gadis itu merenggut, mencoba menarik kembali bulir hangat yang sudah berkumpul di pelupuk matanya. Ia mengepalkan tangan, kemudian berbalik dan ingin pergi. Tapi suara Jelo menghentikannya lagi.
"Emang kalau gue nahan lo bakal tetep disini?"
Gadis mungil itu terdiam. Ia menegak kaget, menoleh begitu saja.
Jelo menghela nafas berat, perlahan menggerakkan kepala menoleh pada gadis itu yang berdiri di dekat tempat tidurnya. Matanya meredup kini.
"Walau gue lagi butuh lo... elokan nggak butuh gue. Jadi buat apa lo disini? Lo juga bakal pergi."
Haylie terpojok begitu saja. Gadis itu jadi mengernyitkan kening. "Lo ngomong apa sih?" tanyanya merasa terluka.
Jelo menipiskan bibir, mendesah berat. "Akhirnya juga lo bakal milih Ezra, kan?" tanyanya lagi, membuat Haylie benar-benar mengernyit sepenuhnya. Jadi tak mengerti kenapa Jelo tiba-tiba bertanya begitu.
"Maksud lo apasih?" tanya gadis itu tak paham, "elo marah tentang Ezra? Kenapa lo harus marah?"
Jelo mengeraskan rahang, merasa gemas tak bisa menahan diri. Pemuda itu menatap Haylie tepat, mengucapkan kalimat itu dengan tegas.
"Karena gue suka sama lo. Masih nggak jelas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Re-Hi ✔ ✔
Teen FictionHaylie bukan tipe cewek yang biasa kamu temui. Penyanyi dengan image imut itu nyatanya punya sisi bobrok yang tak ada duanya. Dia dijuluki 'Duta Jones 2A3'. Tubuh mungil itu sangat masa bodoh, misterius, dan tak tertebak. Bergabung di Panitia Promo...