021. Jawaban

64.9K 8.7K 690
                                    


Jevon mendelik, sementara Cakra juga sudah menatap horror pemuda yang duduk di antara mereka itu. Jevon dan Cakra saling pandang, sama-sama melemparkan ekspresi bertanya. Tapi tak ada satupun yang mengerti dengan kegilaan Jelo.

Jelo memain-mainkan medali yang diterimanya karena keikutsertaan sebagai kapten. Tersenyum-senyum riang memandangi medali dengan pipi merona sedari tadi. Lesung pipinya kini terlihat jelas tak kunjung hilang. Suara Pak Sani yang memberi pidato di tengah ruangan tak ia pedulikan. Jelo sudah larut dalam dunianya sendiri.

Bear hug tadi kembali terngiang, membuat pemuda itu kini tertawa kecil dengan senang.

Jevon jadi menjauhkan diri, takut-takut si jangkung ini kemasukan penunggu ruang olahraga. Tapi Cakra malah ikut terkekeh, merasa Jelo jadi orang sangat bego sekarang.

Pak Sani menyuruh mereka mulai menikmati makanan dan minuman yang disajikan sekolah seusai kemenangan tadi. Memberi kesempatan Jevon kali ini mengubah posisi jadi menghadap Jelo.

"Jel," panggil Jevon menepuk pundak Jelo membuat cowok itu menoleh tersentak terlempar dari lamunannya. "Lo tadi abis diapain Haylie sih?" tanyanya mengingat tadi melihat sekilas Jelo datang ke lapangan bersama Haylie.

Jelo melebarkan mata mendengar nama gadis itu disebut. Dan berikutnya jadi tersenyum kecil, memandang medalinya lagi, tertawa tertahan dengan riang.

"Apasih kak, jijik lo malu-malu gitu," kata Cakra menjauhkan tubuh menatap Jelo horror.

"Anjis gue merinding," kata Jevon memegang kedua lengannya, "nggak sanggup gue di sini," lanjutnya segera berdiri, berjalan pergi berpindah kursi. Cakra juga ikut berdiri, meninggalkan Jelo yang tak merespon, bahkan tak peduli.

Jelo menggigit bibir, menahan tawa keras yang ingin meledak puas. Wajah bengong Haylie saat ia memintanya untuk jadi pacar kembali terngiang. Cewek itu tadi sempat diam lama, menatap Jelo tak percaya.



"Ha?" gumam Haylie masih merasa melayang.

Jelo yang diam-diam menahan nafas, jadi mendesah dan grogi. Ia menyentuh lehernya tanpa sebab, "gue serius," kata pemuda itu agak menurunkan intonasi.

Jelo merapatkan bibir, menatap gadis bermata bundar itu. "Semua orang tahu gue suka sama lo dari dulu. Tapi kenapa cuma lo sih yang nggak pernah sadar?" tanya pemuda itu membuat Haylie makin bungkam.

"Dari kita ketemu lagi di SMA yang sama, dari salam-salam gue lewat teman sekelas lo, dari gue yang sering jemput Hanbin ke kelas biar bisa liat lo, dari saat gue ngajuin lo jadi admin pensi biar kita ketemu di grup chat yang sama, sampai saat gue tahu apa hubungan lo sama Ezra. Gue terus nunggu lo," tegas Jelo serius.

"Dan sekarang lo udah baikan sama dia. Kalian pasti mau mulai semua dari awal, kan?" tanya Jelo seakan menghakimi, membuat Haylie merasa tersudut.

Jelo menghela nafas, mencoba meredakan emosinya yang hampir meledak. Ia berusaha tenang, diam sejenak mencoba mereda suasana tegang di antara mereka.



Jelo mengerjap, menatap medalinya dengan pandangan menerawang. Merutuk kenapa ia terkesan memojokkan gadis itu tadi. Haylie bahkan terlihat hilang kata tak balas ucapan Jelo lama dan membatu di tempat.

Namun berikutnya Jelo merona lagi. Teringat saat ia mengalihkan pembicaraan, ingin menuju kelas dan sebaiknya Haylie turun saja ke lapangan. Haylie sempat terlihat terkejut, dan tiba-tiba saja menahan. Ucapannya membuat Jelo terdiam.

2A3: Re-Hi ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang