018. Pernah Berjuang

59.2K 8.8K 1.3K
                                    


Jelo mendesah pelan setelah beberapa lama hening di kamarnya tersebut. Pemuda itu merasa malu begitu saja tersadar baru saja mengutarakan perasaannya. Ia jadi memperbaiki posisi berbaring, mengalihkan wajah. Rasanya ingin menutupi diri keseluruhan dengan selimutnya, tapi merasa itu akan jadi sangat memalukan.

Haylie masih bengong. Jelo tak tahu, gadis itu juga merasa malu begitu saja. Ia jadi merasa salah tingkah membatu di tempatnya berdiri.


Suara ramai-ramai dari luar membuat Haylie terlonjak kecil, segera tersadar sepenuhnya. Jelo sendiri juga jadi menoleh ke pintu kamar. Yang tak lama memunculkan Erin dengan Hanbin diekori Candra, Jevon, serta Ezra.

"Wah berduaan di kamar astaga anak jaman sekarang," celetuk Hanbin begitu saja saat baru memasuki ruangan.

"Ya namanya juga lagi puber, terus dimabuk asmara," kata Candra menyahuti.

"Hormon remaja emang nggak terkendali ya," kata Jevon ikutan.

"Sumpah ya anjis mending gue sendirian bacot banget kalian ini," omel Erin sebal, tapi jadi berubah ramah saat memandang Jelo. "He he Jel, sorry sorry. Kita datang dengan niat baik kok."

Jelo mengangkat alis, lalu kemudian mendesah pasrah dan mengubah posisi menjadi duduk di ranjangnya. Ia melirik Haylie yang menautkan anak rambut ke telinga dan terlihat agak salah tingkah.

Ezra menangkap sikap gelisah Haylie, membuat pemuda itu mengernyit samar dan mendekat. "Udah dari tadi?" tanyanya berdiri ke samping Haylie.

Haylie tersentak, "hm? Oh, iya," jawabnya dengan linglung.

"Jel! Gue bawain brownies spesial!!!" kata Hanbin riang, membuat Jelo yang melirik tajam dua orang yang berdiri itu mengalihkan perhatian.

Jevon dengan santai menjatuhkan diri ke ujung tempat tidur, tanpa sadar menduduki kaki Jelo di balik selimut yang langsung membuat pemuda jangkung itu menjerit nyaring.

"Woi woi kenapa!?" panik Candra yang baru akan memberikan plastik buah terkejut setengah mati bersama Erin.

"ANJIR SAKIT BANGSSSSST!" umpat Jelo melempar bantal keras mengenai wajah Jevon tepat sampai ia terjatuh ke belakang.

"Otak lo dimana sih, Jev?!" omel Haylie ikut panik, menendang cowok itu yang sudah tersungkur ke lantai.

"Nggak sengaja anjis gue pikir guling! Panjang bener sih kaki lo sampe ujung tempat tidur!" kata Jevon membela diri sambil bangkit berdiri. "Sakit, Jel?" tanyanya polos, yang langsung dijawab umpatan kasar Jelo.

"Hus! Nanti nyokap lo denger astaga anak mamah mulutnya," kata Erin langsung mengomel.

"Kaki lo aja kali Jev yang pendek," celetuk Hanbin meledek membuat Jevon gantian mengumpat juga. Memang, Jevon punya tinggi rata-rata tak sejangkung anak cowok lain. Walau tak bisa dikatakan pendek. Hanya... kurang tinggi.

"Emang lo kenapa sih, Jel?" tanya Candra memutar tempat tidur dan mendudukkan diri ke sisi ranjang lainnya diikuti Jevon yang bersungut-sungut.

Jelo mendengus, "kepleset" jawabnya memperbaiki posisi duduk bersandar, melirik Haylie yang kembali mendudukkan diri ke sudut tempat tidur. Sementara Ezra menarik kursi di dekatnya dan duduk di sana.

"Banyak tingkah sih, sok jadi Tsubatsa lo," ledek Hanbin yang duduk di sisi Jelo sibuk membuka kotak browniesnya.

"Kok anak futsal nggak jengukin gue, Bin?" tanya Jelo tak menghiraukan ucapan Hanbin.

"Sibuk latihan buat final daripada ngurusin lo," jawab Hanbin tanpa beban, "lagian ini gue sama Jevon juga harus balik cepet."

"Bin, gue dong," kata Candra yang sedari tadi memerhatikan Hanbin, maju mendekat ketika cowok itu sudah mengeluarkan brownies cokelatnya.

2A3: Re-Hi ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang